Rabu, 02 September 2015

Fatihah pahalanya sampai kepada mayat

Itu tayangan di acara "Berita Islami Masa Kini" di TransTV pada hari selasa tanggal 1 september 2015 sekitar jam 17:05 WIB. Hati-hatilah, dan mari sampaikan kepada MUI dan KPI supaya segera menegur TransTV dan Trans7 terkait tayangan-tayangan dan program-program Islaminya yg perlu dibenahi isinya.

Entah sejak kapan pahala fatihah tidak sampai kepada mayit, Padahal di masa ulama Madzhab kirim hadiah fatihah pahalanya sampai kepada mayit :

ﻗﺎﻝ اﻟﻤﺮﻭﺫﻱ: ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺣﻤﺪ ﻳﻘﻮﻝ: ﺇﺫا ﺩﺧﻠﺘﻢ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻓﺎﻗﺮءﻭا ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭاﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ، ﻭﻗﻞ ﻫﻮ اﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ، ﻭاﺟﻌﻠﻮا ﺛﻮاﺏ ﺫﻟﻚ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﻤﻘﺎﺑﺮ؛ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ , كتاب مطالب اولي النهى من الحنابلة 

Al Marwadzi berkata bahwa ia mendengar Imam Ahmad berkata: "Jika kalian masuk ke kuburan, maka bacalah al Fatihah, al-Falaq dan al-Nas, serta al-Ikhlas. Jadikan pahalanya untuk ahli kubur, maka akan sampai pada mereka" (Kitab Mathalib Uli al-Nuha, madzhab Hanbali)

Dahulu bacaan Fatihah pahalanya sampai kepada mayit, kok kata ustadz TV zaman sekarang tidak sampai.....

HEBOH, FATWA "NYELENEH" USTADZ/ USTADZAH ARTIS TV TERKAIT PAHALA BACAAN AL-FATIHAH UNTUK MAYIT

Heboh, sosial media digemparkan dengan adanya fatwa yang dikeluarkan oleh salah satu Ustadz/ Ustadzah Artis di Indonesia. Dalam sebuah program TV bertajuk “Berita Islam Masa Kini” di salah satu televisi nasional, Ustadz/ Ustadzah Artis fenomenal selaku pembawa acara program itu menyatakan keharaman amaliah ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) mengirim atau menghadiahkan bacaan Qur’an Surat Al-Fatihah untuk mayit.
Ustadzah Artis fenomenal, sebutlah namanya ZM, berfatwa membacakan Quran Surat Al-Fatihah untuk orang-orang yang sudah meninggal adalah perbuatan bid’ah (sesat) karena tidak dilakukan oleh Rasulullah. Sementara itu, Ustadz Artis fenomenal yang lain, katakanlah inisial TW, di televisi dan waktu yang sama juga membenarkan dan menguatkan fatwa Ustadzah Artis ZM tersebut. Dikatakan oleh Ustadz Artis TW itu bahwasanya mengirim Al-Fatihah untuk orang yang telah meninggal itu tidak ada dalilnya dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Entahlah apa yang ada pada pikiran Ustadzah Artis ZM dan Ustadz Artis TW itu sehingga bisa dengan mudahnya menyalahkan amaliah ahlussunah yang banyak dilakukan oleh mayoritas umat Islam di seluruh dunia.
Menanggapi fatwa “nyeleneh” ini, Wakil Katib Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya yang juga Mantan Ketua LBM NU Surabaya dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Ustadz Muhammad Ma’ruf Khozin ikut angkat bicara. Dalam akun Facebooknya, beliau menyatakan keheranannya. Alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Mojo, Kediri ini menyatakan entah sejak kapan kirim Al-Fatihah tidak sampai padahal di masa ulama Madzhab dahulu bacaan Al-Fatihah sampai, kok kata Ustadz/ Ustadzah Artis TV di zaman sekarang tidak sampai. Beliau pun mengungkapkan salah satu dalil amaliah sampainya pahala bacaan Quran Surat Al-Fatihah untuk mayit menurut pendapat madzhab Hanbali:

وقال أحمد بن محمد المروذي : سمعت أحمد بن حنبل رحمه الله يقول : إذا دخلتم المقابر فاقرءوا بفاتحة الكتاب والمعوذتين وقل هو الله أحد واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم… (مطالب اولي النهى من الحنابلة)

“Al-Marwadzi berkata bahwa ia mendengar Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Jika kalian masuk ke kuburan, maka bacalah Al-Fatihah, Al-Falaq dan An-Nas, serta al-Ikhlas. Jadikan pahalanya untuk ahli kubur, maka akan sampai kepada mereka” (Mathalib Uli al-Nuha, madzhab Hanbali).
Sebagaimana pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, ulama-ulama Salafi pun berpendapat yang sama tentang sampainya pahala bacaan Qur’an, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Al-Utsaimin, dan Nashiruddin Al-Albani. Tapi anehnya para pengikut ulama Salafi seperti Ustadz Artis TW dan Ustadzah Artis ZM menyelisihi pendapat ulama yang dianutnya.

CUPLIKAN TRANSKIP PERCAKAPAN FATWA USTADZ/ USTADZAH ARTIS FENOMENAL

Berikut adalah cuplikan transkip percakapan dan rekaman video fatwa Ustadz Artis TW dan Ustadzah Artis ZM yang menghebohkan:
=============awal cuplikan==============

Ustadzah Artis ZM: “… Pembahasan yang sangat penting dan menarik buat saya, karena terus terang saya baru tahu sekarang kalau yang namanya Al-Fatihah, saya sering banget membacakan surat Al-Fatihah untuk orang-orang yang sudah meninggal biasanya habis shalat tapi ternyata Rasulullah tidak menjalankannya“.
Ustadz Artis TW: “Nah itu dia… Poin yang paling penting sebenarnya yang harus kita benarkan adalah ada dua syarat diterimanya amalan oleh Allah Ta’ala. Yaitu yang pertama ikhlas, dan yang kedua sesuai dengan anjuran Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Nah ini dia ketika ada yang menyampaikan sesuatu kita harus tanya dulu ada dalilnya atau nggak begitu ya. Nah ini juga hak kita sebagai para jamaah misalnya berdiri di suatu majelis dengan ustadz, ya ustadz kalau membaca Al-Fatihah setelah eh.. ada untuk mengirim untuk orang yang telah meninggal ataupun setelah shalat baca Fatihah dan kita ada punya hak untuk bertanya kepada ustadz, ustadz afwan kira-kira ada dalilnya begitu? (Ustadzah ZM menyahut: Dalilnya apa?). Nah balik lagi supaya kita menuntut ilmu, kan menuntut ilmu wajib ya, dan ini menjadikan kita sebagai seorang muslim dan muslimah yang semakin berilmu dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Ustadzah Artis ZM: “Jangan sampai ketika melakukan sesuatu dengan niat yang baik tapi justru kita malah melakukan bid’ah“.
=============akhir cuplikan==============

PENDAPAT ULAMA SALAFI TENTANG SAMPAINYA PAHALA BACAAN AL-QUR’AN KEPADA MAYIT

Ulama rujukan Salafi, Ibnu Taimiyah, berkata di dalam kitab Majmu’ Al-Fatawa juz 24 halaman 367:

وأما القراءة والصدقة وغيرهما من أعمال البر فلا نزاع بين علماء السنة والجماعة في وصول ثواب العبادات المالية كالصدقة والعتق كما يصل إليه أيضا الدعاء والاستغفار والصلاة عليه صلاة الجنازة والدعاء عند قبره. وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية: كالصوم والصلاة والقراءة. والصواب أن الجميع يصل إليه

“Adapun bacaan Al-Quran, shodaqoh dan ibadah lainnya termasuk perbuatan yang baik dan tidak ada pertentangan dikalangan ulama ahlussunnah wal jamaah bahwa sampainya pahala ibadah amaliah seperti shodaqoh dan membebaskan budak. Begitu juga dengan doa, istighfar, shalat dan doa di kuburan. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat tentang sampai atau tidaknya pahala ibadah badaniyah seperti puasa, shalat dan bacaan. Pendapat yang benar adalah semua amal ibadah itu sampai kepada mayit”.
Bahkan Ibnu Taimiyah juga menyebutkan bahwa pendapat yang mengatakan pahala bacaan Al-Quran itu sampai kepada mayit adalah pendapat dari Al-Imam Abu Hanifah dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Berikut ini adalah perkataan beliau dalam kitab Majmu’ Al-Fatawa:

وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية: كالصوم والصلاة والقراءة. والصواب أن الجميع يصل إليه فقد ثبت في الصحيحين عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: {من مات وعليه صيام صام عنه وليه} وثبت أيضا: {أنه أمر امرأة ماتت أمها وعليها صوم أن تصوم عن أمها} . وفي المسند عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لعمرو بن العاص: {لو أن أباك أسلم فتصدقت عنه أو صمت أو أعتقت عنه نفعه ذلك} وهذا مذهب أحمد وأبي حنيفة وطائفة من أصحاب مالك والشافعي

“Para ulama berbeda pendapat tentang sampai atau tidaknya pahala ibadah badaniyah seperti puasa, shalat dan bacaan. Pendapat yang benar adalah semua amal ibadah itu sampai kepada mayit. Karena diriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dan dia punya hutang puasa maka boleh bagi walinya untuk berpuasa atas si mayit”. Dan ini adalah pendapat Ahmad bin Hanbal, Abu Hanifah dan beberapa ulama Malikiyah dan Syafiiyah”.
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, ulama rujukan pengikut Salafi yang lain juga mengatakan bahwa pahala bacaan Al-Quran itu sampai kepada mayit. Hal ini beliau jelaskan di dalam kitab Ar-Ruh halaman 122:

هذه النصوص متظاهرة على وصول ثواب الأعمال إلى الميت إذا فعلها الحي عنه وهذا محض للقياس فإن الثواب حق للعامل فإذا وهبه لأخيه المسلم لم يمنع من ذلك كما لم يمنع من هبة ماله في حياته وإبرائه له من بعد موته وقد نبه النبي بوصول ثواب الصوم الذي هو مجرد ترك ونية تقوم بالقلب لا يطلع عليه إلا الله وليس بعمل الجوارح على وصول ثواب القراءة التي هي عمل باللسان تسمعه الأذن وتراه العين بطريق الأولى. ويوضحه أن الصوم نية محضة وكف النفس عن المفطرات وقد أوصل الله ثوابه إلى الميت فكيف بالقراءة التي هي عمل ونية بل لا تفتقر إلى النية فوصول ثواب الصوم إلى الميت فيه تنبيه على وصول سائر الأعمال. والعبادات قسمان مالية وبدنية وقد نبه الشارع بوصول ثواب الصدقة قال على وصول ثواب سائر العبادات المالية ونبه بوصول ثواب الصوم على وصول ثواب سائر العبادات البدنية وأخبر بوصول ثواب الحج المركب من المالية والبدنية فالأنواع الثلاثة ثابتة بالنص والاعتبار. وبالله التوفيق ( كتاب الروح لابن القيم الجوزية, ص : 122

“Dalil-dalil ini sangat jelas sekali bahwa amal ibadah itu sampai kepada mayit jika yang melakukan adalah orang yang masih hidup. Jika orang itu menghadiahkan pahalanya buat saudaranya maka pahalanya sampai seperti sampainya pahala puasa sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi. Allah telah menyampaikan pahala puasa bagi mayit maka begitu juga dengan pahala bacaan. Ibadah itu dibagi menjadi dua. Yaitu ibadah maliyah dan ibadah badaniyah. Sungguh Allah telah menjelaskan tetang sampainya pahala ibadah maliyah seperti shodaqoh dan pahala badaniyah seperti puasa dan begitu juga pahala haji yang merupakan ibadah badaniyah sekaligus ibadah maliyah. Dan hal ini berdasarkan nash-nash yang ada”.
Sementara itu Al-Utsaimin juga mengatakan hal yang sama bahwa pahala bacaan Al-Quran itu sampai kepada mayit. Hal ini beliau jelaskan di dalam majmu fatawa dan wa rosail beliau sebagai berikut:

الناس على قولين معروفين: أحدهما: أن ثواب العبادات البدنية من الصلاة والقراءة ونحوهما يصل إلى الميت كما يصل إليه ثواب العبادات المالية بالإجماع وهذا مذهب أبي حنيفة وأحمد وغيرهما وقول طائفة من أصحاب مالك والشافعي وهو الصواب لأدلة كثيرة ذكرناها في غير هذا الوضع. والثاني: أن ثواب العبادة البدنية لا يصل إليه بحال وهو المشهور عند أصحاب الشافعي ومالك. ( مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين .ج 7 / ص 159

“Ada dua pendapat diantara ulama: yang pertama bahwa pahala ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al-Quran itu sampai kepada mayit sebgaimana sampainya pahala ibadah maliyah. Dan ini adalah madzhab Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal dan sebagian ulama Syafiiyah dan Malikiyah. Dan ini adalah pendapat yang benar berdasarkan dalil-dalil. Pendapat yang kedua mengatakan tidak sampainya ibadah badaniyah. Dan ini pendapat masyhur Imam Syafiiy dan Imam Malik”.
Sedangkan ulama Salafi lainnya, Nashiruddin Al-Albani, berpendapat bahwa pahala bacaan Al-Quran itu sampai kepada mayit jika yang membacanya adalah seorang anak yang menghadiahkan pahalanya untuk orang tuanya. Adapun bacaan Al-Quran yang dibaca oleh orang lain maka tidak sampai pahalanya. Berikut perkataan beliau dalam salah satu sesi tanya jawab:

قال الشيخ الألباني : إذا كان الذي يقرأ القران هو الولد للموتى سواء كان أبا او اما فهذه القراءة تنفع وأما من سوى الأولاد فلا تنفع قراءتهم

“Berkata Al-Albani: “Jika yang membacaAl-Quran itu adalah seorang anak untuk bapak dan ibunya maka bacaanya bermanfaat bagi si mayit. Adapun jika orang lain yang membacanya maka tidak bermanfaat bacaan mereka itu bagi si mayit”.
MARI KITA SAMA-SAMA BERDOA SEMOGA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA MEMBERIKAN HIDAYAH KEPADA USTADZ/ USTADZAH ARTIS TV TERSEBUT DAN KITA SEMUA UNTUK TETAP BERPEGANG PADA AJARAN ISLAM AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH. AL-FATIHAH.....

Simak videonya di sini: http://www.elhooda.net/…/heboh-fatwa-nyeleneh-ustadz-ustad…/.


Heboh, sosial media digemparkan dengan adanya fatwa yang dikeluarkan oleh salah satu Ustadz/ Ustadzah Artis di Indonesia. 

HADIAH BACAAN SURAT ALFATIHAH UNTUK AHLI KUBUR

Syaikh Malik bin Dinar seorang Ulama Sufi terkemuka bercerita :

عَن مَالك بن دِينَار قَالَ دخلت الْمقْبرَة لَيْلَة الْجُمُعَة فَإِذا أَنا بِنور مشرق فِيهَا فَقلت لَا إِلَه إِلَّا الله نرى أَن الله عز وَجل قد غفر لأهل الْمَقَابِر فَإِذا أَنا بهاتف يَهْتِف من الْبعد وَهُوَ يَقُول يَا مَالك بن دِينَار هَذِه هَدِيَّة الْمُؤمنِينَ إِلَى إخْوَانهمْ من أهل الْمَقَابِر قلت بِالَّذِي أنطقك إِلَّا أَخْبَرتنِي مَا هُوَ قَالَ رجل من الْمُؤمنِينَ قَامَ فِي هَذِه اللَّيْلَة فأسبغ الْوضُوء وَصلى رَكْعَتَيْنِ وَقَرَأَ فيهمَا فَاتِحَة الْكتاب و {قل يَا أَيهَا الْكَافِرُونَ} و {قل هُوَ الله أحد} وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي قد وهبت ثَوَابهَا لأهل الْمَقَابِر من الْمُؤمنِينَ فَأدْخل الله علينا الضياء والنور والفسحة وَالسُّرُور فِي الْمشرق وَالْمغْرب

Dari Malik bin Dinar RA Beliau berkata : “Pada suatu malam jumat aku masuk ke sebuah pemakaman ,disana aku melihat cahaya yang terang benderang, aku berkata “Tiada tuhan selain Alloh, kami melihat bahwa Alloh telah mengampuni pada ahli kubur. Tiba tiba aku mendengar suara dari seseorang, ia mengatakan “Wahai Malik bin Dinar, ini adalah hadiah orang mu’min kepada saudara mereka yang telah meninggal dunia.” Aku menjawab,”Demi Dzat yang telah membuat kamu dapat berbicara, apakah hadiah itu?” Suara itu menjawab, “Seorang laki laki dari golongan Mu’min bangun pada malam ini, kemudian ia berwudlu dengan sempurna, lalu Sholat dua rokaat dan membaca Surat Al Fatihah, Al Kafiruun dan Al Ikhlash, kemudian berdo’a “Ya Alloh sesungguhnya aku hadiahkan bacaan tersebut kepada ahli kubur yang Mu’min”. Maka Alloh memberikan kepada kami sinar, cahaya, keluasan dan kebahagiaan di timur dan di barat
(Ithaafu as Saadati al Muttaqiin, li Sayyid Muhammad bin Muhammad Az Zabidi).

Bahkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi (Pendiri Wahabi) meriwayatkan Hadits tentang keutamaan membaca Surat AlFatihah dan bacaan AlQur’an lainnya yang dihadiahkan kepada ahli kubur :

وَأَخْرَجَ سَعْدُ الزَّنْجَانِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مرفوعا: " مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَأَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي جَعَلْت ثَوَابَ مَا قَرَأْت مِنْ كَلَامِك لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانُوا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

“Sa’ad al-Zanjani meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah secara marfu’: “Barangsiapa mendatangi kuburan lalu membaca surah Al-Fatihah, Qul huwallahu ahad dan Alhakumuttakatsur, kemudian mengatakan: “Ya Allah, aku hadiahkan pahala bacaan al-Qur’an ini bagi kaum beriman laki-laki dan perempuan di kuburan ini,” maka mereka akan menjadi penolongnya kepada Allah.” Abdul Aziz –murid al-Imam al-Khallal–, meriwayatkan hadits dengan sanadnya dari Anas bin Malik secara marfu’: “Barangsiapa mendatangi kuburan, lalu membaca surah Yasin, maka Allah akan meringankan siksaan mereka, dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang-orang yang ada di kuburan itu.”
(Ahkaamu tamanni al maut, li Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi).

Sahabat Nabi SAW bertawasul dengan Al Fatihah


Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi pernah singgah di sebuah kabilah, yang kepala sukunya terkena gigitan hewan berbisa. Lalu sahabat melakukan doa ruqyah dengan bacaan Fatihah (tanpa ada contoh dan perintah dari Nabi). Kepala suku pun mendapat kesembuhan dan sahabat mendapat upah kambing. Ketika disampaikan kepada Nabi, beliau tersenyum dan berkata:

وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

“Dari mana kalian tahu bahwa surat Fatihah adalah doa? Kalian benar. Bagikan dan beri saya bagian dari kambing itu” (HR al-Bukhari dan Muslim, redaksi diatas adalah hadis al-Bukhari)
Di hadis ini sahabat membaca al-Fatihah untuk doa ruqyah adalah dengan ijtihad, bukan dari perintah Nabi. Mengapa para sahabat melakukannya, sebab hal ini tidak dilarang oleh Rasulullah. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam al-Hasyr: 7

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا [الحشر/7]

“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”
Yang harus ditinggalkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah, bukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah! Dalam masalah al-Fatihah ini tidak ada satupun hadis yang melarang membaca al-Fatihah dihadiahkan untuk mayit!
Bahkan membaca al-Fatihah untuk orang yang telah wafat juga telah diamalkan oleh para ulama, diantara ulama ahli Tafsir berikut:

وَأَنَا أُوْصِي مَنْ طَالَعَ كِتَابِي وَاسْتَفَادَ مَا فِيْهِ مِنَ الْفَوَائِدِ النَّفِيْسَةِ الْعَالِيَةِ أَنْ يَخُصَّ وَلَدِي وَيَخُصَّنِي بِقِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ وَيَدْعُوَ لِمَنْ قَدْ مَاتَ فِي غُرْبَةٍ بَعِيْداً عَنِ اْلإِخْوَانِ وَاْلأَبِ وَاْلأُمِّ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ فَإِنِّي كُنْتُ أَيْضاً كَثِيْرَ الدُّعَاءِ لِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فِي حَقِّي وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً آمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (تفسير الرازي : مفاتيح الغيب 18 / 183)

“(al-Razi berkata) Saya berwasiat kepada pembaca kitab saya dan yang mempelajarinya agar secara khusus membacakan al-Fatihah untuk anak saya dan diri saya, serta mendoakan orang-orang yang meninggal nan jauh dari teman dan keluarga dengan doa rahmat dan ampunan. Dan saya sendiri melakukan hal tersebut” (Tafsir al-Razi 18/233-234)
Bahkan ulama Salafi pun masih ada yang berpendapat bahwa al-Fatihah bisa sampai kepada orang yang telah wafat, Syaikh Abdullah al-Faqih berfatwa:

قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، سَوَاءٌ الْفَاتِحَةُ أَوْ غَيْرُهَا وَإِهْدَاءُ ثَوَابِ قِرَاءَتِهَا إِلَى الْمَيِّتِ جَائِزٌ وَثَوَابُهَا يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ –إِنْ شَاءَ اللهُ- مَا لَمْ يَقُمْ بِالْمَيِّتِ مَانِعٌ مِنَ اْلاِنْتِفَاعِ بِالثَّوَابِ وَلاَ يَمْنَعُ مِنْهُ إِلاَّ الْكُفْرُ (فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة رقم الفتوى 18949 حكم قراءة الفاتحة بعد صلاة الجنازة 3 / 5370)

“…. Membaca al-Quran baik al-Fatihah atau lainnya, dan menghadiahkan bacaannya kepada mayit, maka akan sampai kepadanya –Insya Allah- selama tidak ada yang menghalanginya, yaitu kekufuran (beda agama).” (Fatawa al-Islamiyah 3/5370

HADITS SHOHIH-----
Hadits ummu salamah :


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَضَرْتُمْ الْمَرِيضَ أَوْ الْمَيِّتَ فَقُولُوا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ قَالَتْ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سَلَمَةَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سَلَمَةَ قَدْ مَاتَ قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلَهُ وَأَعْقِبْنِي مِنْهُ عُقْبَى حَسَنَةً قَالَتْ فَقُلْتُ فَأَعْقَبَنِي اللَّهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لِي مِنْهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Ummu Salamah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kamu menjenguk orang sakit atau orang yang meninggal, maka ucapkanlah (do'a) yang baik, karena malaikat mengaminkan ucapan kalian." Abu Salamah mengkisahkan; Ketika Abu Salamah meninggal, saya mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal." Maka beliau pun bersabda: "Ucapkanlah, 'ALLAHUMMAGHFIR LII WA LAHU WA`A'QIBNII MINHU UQBAA HASANAH (Ya Allah, ampunilah aku dan ampunilah dia. Dan berilah ganti kematiannya itu bagiku dengan ganti yang lebih baik).'" maka saya pun membacanya, sehingga Allah menggantikan dengan yang lebih baik darinya, yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam...muslim 919.

Wahabi bagikan kitab palsu untuk jama'ah Haji

Beberapa kitab yg di palsukan dr muhammad bin abdurrahman alkhamis .penerbit departemen agama wakaf dakwah dan bimbingan islam .saudi arabia .yg di bagikan secara gratis untuk jama'ah haji " di kala pulang ketanah air ; " AQIDAH IMAM EMPAT " :a) IMAM HANAFI . b) IMAM MALIKI . c)IMAM SYAFI'I . d)IMAM HAMBALI .

Sampainya fahala kepda si mayit dan tahlilan...


عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mendatangi Masjid Quba’ setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki dan menaiki kendaraan.” Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu juga selalu melakukannya.” (HR al-Bukhari).
Berdasarkan hadits tersebut, al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
“Hadits ini dengan jalur-jalurnya yang berbeda-beda menjadi dalil bolehnya menentukan sebagian hari-hari dengan sebagian amal shaleh dan melakukannya secara rutin.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fathul-Bariy juz 3 hal. 69).
Oleh karena itu, Syaikhul-Islam Syaikh Nawawi Banten, guru para ulama Nusantara, membolehkan tradisi kenduri 40 hari, 100 hari dan seterusnya. Beliau berkata dalam kitabnya Nihayatuz-Zain sebagai berikut:
“Bersedekah atas nama mayit dengan cara yang syar’iy adalah dianjurkan, tanpa ada ketentuan harus 7 hari, lebih atau kurang 7 hari. Sedangkan penentuan sedekah pada hari-hari tertentu itu hanya merupakan kebiasaan masyarakat saja, sebagaimana difatwakan oleh Sayyid Ahmad Dahlan. Sungguh telah berlaku di masyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ketiga kematian, hari ketujuh, dua puluh, empat puluh hari serta seratus hari. Setelah itu dilakukan setiap tahun pada hari kematiannya. Sebagaimana disampaikan oleh guru kami Syaikh Yusuf al-Sunbulawaini.” (Syaikh Nawawi Banten, Nihayatuz-Zain hal. 281).
Sampainya Pahala Untuk Mayit Menurut Ibnu Taimiyah
Dalam kitabnya, Ibnu Taimiyah, soko guru wahabi, ia menjelaskan bahwa sampainya pahala bacaan yang dihadiahkan pada mayit.

وسئل: عمن هلل سبعين ألف مرة، وأهداه للميت يكون براءة للميت من النار حديث صحيح أم لا؟ وإذا هلل الإنسان وأهداه إلى الميت يصل إليه ثوابه، أم لا؟ فأجاب: إذا هلل الإنسان هكذا: سبعون ألفاً، أو أقل، أو أكثر، وأهديت إليه، نفعه الله بذلك، وليس هذا حديثا صحيحاً، ولا ضعيفاً. والله أعلم. مجموع فتاوى ابن تيمية

“Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya (oleh seseorang) tentang orang yang membaca tahlil 70.000 kali dan menghadiahkannya kepada mayit agar menjadi tebusan baginya dari neraka, apakah hal ini hadits shahih atau tidak?. Dan apabila sseorang membaca tahlil lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau tidak?” Beliau menjawab, “Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka hadiah tersebut bermanfaat baginya, dan ini bukan hadits shahih dan bukan hadits dha’if. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)

قال شيخ الأسلام تقيالدّين احمد بن تيمية في فتاويه، الصّيحح أن الميّت ينتفع بجميع العبادات البدنية من الصّلاة والصّوم والقراءة كما ينتفع بالعبادات الماليّة من الصّدقة ونحوها باتّفاق الأئمّة وكمالودعي له واستغفرله – حكم الشريعة الإسلاميّة فى مأتم الأربعين ٣٦

“Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan dalam kitab Fatawa-nya bahwa pendapat yang benar dan sesuai dengan kesepakatan para imam adalah bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah badaniyyah seperti shalat, puasa, membaca alQur’an, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdo’a dan membaca istighfar untuk mayit. (Hukm al-Syari’ah al-Islamiyah fi Ma’tam al-Arba’in, 36)

Sedekah Pahalanya sampai ke Mayit


Mari berdzikir karena Allah berfirman :

فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

Maka berdzikirlah kepadaku maka Aku akan mengingatmu dan bersyukurlah kepadaKu dan jangan engkau mengkufuri Aku

KIRIM PAHALA kepada mayat, karena sabda Rosulullah sholla Allahu 'alaihi wa sallam :

عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة رضي الله عنها أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم إن أمي افتلتت نفسها وأراها لو تكلمت تصدقت أفأتصدق عنها قال نعم تصدق عنها . رواه البخاري

Dari Hisyam bin 'Urwah dari ayahnya dari 'Aisyah radliya Allahu 'anha bahwa sesungguhnya seorang lelaki berkata kepada Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam ''Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan aku melihat andai ia sempat bicara maka ia akan sedekah , apakah aku boleh bersedekah darinya ? Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda ''Bersedekahlah darinya''
(Hr. Al-Bukhoriy)

Dalam riwayat Imam Muslim :

عن عائشة أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله إن أمي افتلتت نفسها ولم توص وأظنها لو تكلمت تصدقت أفلها أجر إن تصدقت عنها قال نعم . رواه مسلم

Dari 'Aisyah radliya Allahu 'anha bahwa sesungguhnya seorang lelaki datang kepada Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam lalu berkata ''Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan tidak sempat berpesan , aku menyangka andai ia sempat bicara maka ia bersedekah , apakah ia dapat pahala jika aku bersedekah darinya ? Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda ; Ya. (Hr. Muslim)

عن أبي هريرة أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم إن أبي مات وترك مالا ولم يوص فهل يكفر عنه إن أتصدق عنه قال نعم . رواه مسلم

Dari Abu Huroiroh radliya Allahu 'anhu bahwasanya seorang lelaki berkata kepada Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam '' Sesungguhnya ayahku telah meninggal dunia , ia meninggalkan harta dan tidak berpesan , maka apakah ia akan diampuni jika aku bersedekah darinya ? Nabi sholla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda ''Ya''.
(Hr. Muslim)
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar