Selasa, 08 September 2015

Kisah nabi Uzair Yang Tertidur Selama 100 Tahun



Kisah Legenda Nabi Uzair AS (Ezra AS) Yang Tertidur Selama 100 Tahun Dalam Surat Al Baqarah Ayat 259
Assalamu'alaykum...
 Siapakah Nabi Uzair ? Mohon linknya yang tahu kisahnya, Makasih.

JAWABAN :
Wa'alaikum salam Wr Wb. Dalam Surat Al Baqarah Ayat 259 :

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَانظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (259)

Artinya :
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."(QS. Al-Baqarah: 259)

Sebagian kisahnya :
http://constantine23.wordpress.com/.../kisah-nabi-uzair-a-s/

Kisah Nabi Uzair A.s

Nabi Uzair A.s adalah seorang hamba Allah Swt yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh A.s dan Nabi Ibrahim A.s, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa  Nabi Isa A.s.

Nabi Uzair A.s adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Allah Swt,  satu diantara 313  Rasul utusan Allah Swt.

Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan  menjadi suatu kebenaran yang semestinya.

Nabi Uzair A.s adalah seorang lelaki yang amat sholeh dan Hafidz kitab Taurat. Beliau dikatakan memahami setiap isi kandungan Taurat. Beliau menjadi rujukan setiap masyarakat Yahudi pada zamannya.

Dari Uzair A.s ini, Allah Swt telah memperlihatkan kebesaran-Nya dengan membangkitkannya dari kematian dan kembali kepada masyarakat untuk menyelamatkan isi Taurat.

    “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
    Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?”
    Ia menjawab: “Saya (Uzair A.s) tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
    Allah berfirman: “Sebenarnya kamu (Uzair A.s) telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu (Uzair A.s) tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”
    Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah Swt menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya (Uzair A.s) yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Surah al-Baqarah ayat 259)

Suatu saat Nabi Uzair A.s berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang hidup.  Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan dengan negeri Palestina.

Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Allah Swt, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.

Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Allah Swt menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam bathiniyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Allah Swt mengajarkan berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.

Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah Swt membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah Swt bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”.
Allah Swt berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”.
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqarah 259).

Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair A.s dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Allah Swt yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrudz (jaman sebelum kelahiran Nabi Ibrahim A.s). Kemudian tentara kerajaan Namrudz itu menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Alloh Swt ke alam bathiniyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa A.s.

Setelah kehilangan Nabi Uzair A.s, rakyat di wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair A.s. Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair adalah anak Allah” (Naudzubillahi Min Dzalik), kata si setan (Laknatullah Alaih) itu.

“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”
Mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqarah 169-170).

Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrudz dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja Namrudz menyembah patung Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Allah Swt dan mendewakan patung Uzair sehingga Allah Swt mengutus Nabi Ibrahim A.s bin Tarih bin Azir untuk memperingatkan Raja Namrudz dan penduduk kerajaannya.

“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).

“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.  (QS 4 Al An’aam 74).

Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi

Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat At Taubah 30-31 :

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah”
dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“.
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.”

“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS 9 At Taubah 30-31).

Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada orang-orang kafir yang terdahulu itu.

Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat kisah Nabi Uzair A.s itu, seakan-akan Nabi Uzair A.s itu adalah dari golongan Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah Israiliyat yang sering terdengar oleh kalangan umat Islam. .

Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sampai saat ini,  untuk dijadikan sesembahan dalam rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.

Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik Yahudi dengan kalimat bantahan :

Nabi Uzair A.s adalah hamba Allah Swt dan hayatNya (Uzair ‘Abdullah Wa Hayatuh), dan karena setan pun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.

Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah Saw bersabda :

Man Syahida Anna ‘Uzair  ‘Abdullohir Rokhman, Fatahalloohu Abwaabal Jannah Wa ba’ada ‘anhu makayidas Syaitooni Wa Hasyarohu Ma’a ‘ibadir Rokhmaan (Wa Dzalikas Syahadah Ba’da Syahadatillaah Wa Syahadati Rasuulih).

Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair A.s itu adalah hamba Allah yang maha pemurah, maka Allah membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Allah yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Allah dan Rasul-Nya).

Kesimpulan :

Berdasarkan Al-Qur’an Surat Al Baqarah 259, At Taubah 30-31 dan Hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman, serta Hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit R.a. berkata: Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
“Siapa yang membaca
Asyhadu anlaa ilahaillallah Wahdahu Laa Syariika Lahu Wa Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuluhu, Wa Anna Isa ‘Abdullahi Wa Rasuluhu (Wabnu Amatihi) Wa Kalimatuhu Alqaaha ila Maryam Waruhun Minhu, Wal Jannatu Haq Wannaru Haq.
(Aku percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah yang Esa dan tidak bersekutu, dan bahwa Nabi Muhammad Saw hamba Allah Swt dan utusan-Nya, dan bahwa Isa A.s juga hamba Allah Swt dan utusan-Nya (putra dari hamba-Nya), dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa sebagai ruh yang diciptakan allah Swt, dan surga itu Haq (benar) juga neraka Haq (benar), pasti Allah Swt akan memasukkannya kedalam surga meskipun bagaimana amalnya). (Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).

Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat Thoyyibah :

Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa nabiya ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat bishohibah.

Kalimah Thoyyibah ini akan memperkuat keimanan dan menjadikan benteng terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau rekayasa setan yang terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul maut.

Kisah Kedua:


Allah Swt berfirman:

“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’, maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: ‘Berapa lama kamu tinggal di sini ?’ Ia menjawab: ‘Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman: ‘Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang- belulang keldai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'” (QS. Al-Baqarah: 259)

Yang popular menurut kaum salaf dan kaum khalaf bahwa Uzair adalah pahlawan dalam kisah ini yang diceritakan oleh Allah Swt. Dikatakan bahwa Uzair adalah seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Beliaulah yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa yang sangat mengagumkan padanya. Allah Swt telah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair tidur satu abad penuh, terjadilah peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada Nabi Uzair A.s adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.

Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat panas dan segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair A.s hari itu tampak tenang kerana sedang melalui musim panas di mana sedikit sekali kegiatan di dalamnya. Uzair A.s berfikir bahwa kebunnya butuh untuk di airi. Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju kesana sangat berat dan disela- selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang indah dan ramai dimana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota mati.

Uzair A.s berfikir dalam hatinya bahawa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang sholeh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru memasuki waktu siang. Uzair A.s menunggang keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga sampai di kebun. Beliau mengetahui bahawa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair A.s menyirami kebunnya dan ia memetik dari kebun itu buah Tiin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau meletakkan buah Tiin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.

Di tengah-tengah perjalanan, Uzair A.s berfikir tentang tugasnya yang harus dilakukan besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat dari tempat persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau berfikir untuk membawa makanan dan memikirkan tentang anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keledainya untuk berjalan lebih cepat.

Lalu Uzair A.s sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat dan keledai tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala karena tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika sampai di kuburan. Uzair A.s berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar untuk beristirahat, dan aku akan mengistirahatkan keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair A.s turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rosak dan sepi. Semua desa itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair A.s mengeluarkan piring yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding, lalu ia mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair A.s menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair A.s menunggu sampai roti itu tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair A.s mulai mengamati keadaan di sekelilinginya dan tampak keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu: rumah-rumah hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di tempat itu yang tampak akan mati kerana kehausan, tulang-tulang yang mati yang dikuburkan disana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi tempat itu. Uzair A.s merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam dirinya sendiri: bagaimana Allah Swt menghidupkan semua ini setelah kematiannya?
“Bagaimana Allah Swt menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”

Uzair A.s bertanya: bagaimana Allah Swt menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, dimana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair A.s tidak meragukan bahawa Allah Swt mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan yang demikian itu kerana rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair A.s mengatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah Swt mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu datanglah waktu Shubuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.

Kemudian penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair A.s di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok- kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair A.s dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang disitu Uzair A.s meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu hanya diliputi keheningan. Seandainya Uzair A.s ada di sana niscaya mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.

Lalu berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa dari mencari Uzair A.s, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair A.s kedua kalinya dan isterinya mengetahui bahwa Uzair A.s tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga isterinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair A.s dan mereka tetap menjalankan tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan Uzair A.s kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair A.s sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun ketika Uzair A.s keluar dari desa.

Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah Swt berkehendak untuk membangkitkan Uzair A.s kembali. Allah Swt mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair A.s sehingga ia melihat bagaimana Allah Swt menghidupkan orang-orang mati. Uzair A.s telah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah Swt membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.

Uzair A.s bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair A.s berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah Swt membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”

Malaikat bertanya kepadanya: “Berapa jam engkau tidur?”
Uzair A.s menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”
Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Engkau tidur selama seratus tahun. Allah Swt mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati.”
Uzair A.s merasakan keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair A.s: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah.”

Uzair A.s melihat buah Tiin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah?
Lalu Uzair A.s melihat piring yang disitu ia memeras buah anggur dan meletakkan didalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula dimana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, dimana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair A.s merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahawa seakan-akan Uzair A.s masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. kerana itu, malaikat menunjuk keldainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang).”

Uzair A.s pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keldainya.
Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah Swt membangkitkan orang-orang yang mati?
Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu.”
Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair A.s memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.

Alhasil, keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair A.s menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah Swt tersebut terjadi didepannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah Swt yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair A.s berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “

Uzair A.s bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah Swt berkehendak untuk menjadikan Uzair A.s sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair A.s memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya dimana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair A.s meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.

Uzair A.s berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku. Uzair A.s terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah.
Uzair A.s bertanya kepadanya: “Wahai perempuan yang baik, di mana rumah Uzair.”
Wanita itu menangis dan berkata: “Tak seorang pun yang mengingatinya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah Swt merahmatinya.”
Uzair A.s berkata kepada wanita itu: “Sungguh aku adalah Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah Swt telah mematikan aku selama seratus tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian.”
wanita itu kehairanan dan tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: “Uzair adalah seseorang yang do’anya dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka berdo’alah kepada Allah Swt agar aku dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu.”
Lalu Uzair A.s berdo’a untuk wanita itu sehingga Allah Swt mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Uzair A.s. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak: “Sungguh Uzair telah kembali.” Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.

Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama. Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair A.s dimana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan datuknya, Uzair A.s, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka mendengarnya kisah Uzair A.s lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka akan mempercayainya atau mengingkarinya.
Salah seorang yang pandai bertanya kepada Uzair A.s: “Kami mendengar dari ayah- ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair A.s adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr dimana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair A.s.”

Uzair A.s mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal Taurat. Uzair A.s telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk menghancurkannya. Uzair A.s duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu Uzair A.s menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan. Uzair A.s pergi ke suatu tempat lalu ia mengeluarkan Taurat dimana kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia mengetahui mengapa Allah Swt mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair A.s di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahawa Uzair A.s adalah anak Allah.
Allah Swt berfirman:

“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.'” (QS. Al- Baqarah: 30)

Mula-mula mereka membandingkan antara Musa A.s dan Uzair A.s dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair A.s mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab.” Setelah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menishbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua itu:

ما كانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحانَهُ إِذا قَضى‏ أَمْراً فَإِنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia.” (QS. Maryam: 35).

Begitulah, Allah menyelamatkan Bani Israel, tetapi mereka tidak bersyukur, dan malah membuat fitnah kepada Allah, maka Allah mengutuk-Nya. Sungguh kisah perjalanan bangsa Israel ini menjadi pelajaran bagi umat sesudahnya, supaya kita tidak meniru sikap ingkar yang mereka lakukan.

Allah SWT berfitman dalam Surah 12. Yusuf, Ayat 111

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” [Yusuf 12 : 111]

-Kisah dalam Tafsir Ibnu Katsir :


Berhubungan dengan ayat sebelumnya 258, maka ayat 259, menurut Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib , ia berkata : "Ia adalah Uzair". Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi, dan Sulaiman bin Buraidah. Pendapat inilah yang mahsyur. Dan negeri yang dimaksud adalah BAITUL MAQDIS.
Ia melintasi negeri itu setelah dihancurkan dan dibunuh penduduknya oleh Raja Bukhtanashar

وَهِيَ خَاوِيَةٌ

"Yang temboknya roboh menutupi atapnya", maksudnya tidak ada seorang pun di sana.
Sedangkan firman Allah Ta'ala

عَلَى عُرُوشِهَا

"Yang temboknya telah roboh menutupi atapnya artinya bangunan itu sudah runtuh dan temboknya telah roboh ke lantainya. Maka orang itu berdiri seraya berfikir tentang kejadian yang menimpa negeri itu beserta penduduknya, padahal sebelumnya negeri itu dipenuhi oleh bangunan-bangunan yang megah.
Ia pun berkata :

أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا

"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" , perkataan itu ia ucapkan setelah menyaksikan kerusakan dan kehancuran perkataan yang sangat parah serta tidak mungkin bisa kembali ramai seperti sediakala.
Maka Allah Ta'ala berfirman :

فَأَمَاتَهُ اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ

Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.", Allah berfirman "Aku membangun kembali negeri itu setelah 70 tahun berlalu dari kematiannya, penduduknya berkumpul kembali dan Bani Israel telah kembali ke negeri tersebut, ketika Allah membangkitkannya dari kematian.
Yang pertama kali dihidupkan Allah adalah kedua matanya, sehingga ia dapat melihat ciptaan Allah, bagaimana Dia menghidupkan kembali badannya, maka setelah ia hidup sempurna, Allah melalui Malaikat Nya bertanya :

كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ

"Berapa lama kamu tinggal disini ? "Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." , yang demikian itu disebabkan kematiannya terjadi pada permulaan siang hari, kemudian ALlah Ta'ala membangkitkannya setelah seratus tahun pada akhir siang hari. Ketika ia melihat matahari masih bersinar, ia menyangka itu adalah matahari yang sama pada hari kematiannya., sehingga ia mengatakan "atau setengah hari".

قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ

Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah

وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ

dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); , maksudnya bagaimana Allah Ta'ala menghidupkan sedang engkau memperhatikan.

وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ

"Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Maksudnya adalah sebagai dalil yang menunjukkan adanya hari akhir.

وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا

dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali", artinya Allah mengangkat nya lalu menyusunnya satu persatu dengan yang lainnya. Dalam kitabnya al-Mustadrak , al Hakim meriwayatkan dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit , dari ayahnya bahwa Rasulullah Muhammad salallahu' alaihiwassalam pernah membaca ayat كَيْفَ نُنشِزُهَا membacanya dengan huruf "dza" kemudian ia mengatakan "Hadits tersebut berisnad shahih", akan tetapi tidak diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً

kemudian Kami membalutnya dengan daging." As-suddi dan ulama lainnya mengatakan'bahwa tulang belulang keledai orang itu berserakan di sekitarnya , baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Kemudian ia memperhatikan tulang-tulang itu yang tampak jelas karena putihnya. Selanjutnya Allah Ta'ala mengirimkan angin untuk mengumpulkan kembali tulang dari segala tempat. Lalu Allah menyusunnya setiap tulang menjadi seekor keledai yang berdiri dengan tulang tanpa daging. Selanjutnya ALlah Ta'ala membungkusnya dengan daging, urat, pembuluh darah dan kulit. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh melalui kedua lubang hidung kedelai. Dan dengan izin Allah Azza Wajjala keledai itu bersuara. Semua peristiwa itu disaksikan oleh Uzair.

قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Ia berkata "AKu yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"artinya aku benar-benar mengetahui hal itu, aku telah menyaksikannya dengan kedua mataku. Dan aku adalah orang yang mengetahui hal itu daripada orang - orang lain se-zamanku.

Wallahu'alam bishawab

( أو كالذي مر على قرية وهي خاوية على عروشها قال أنى يحيي هذه الله بعد موتها فأماته الله مائة عام ثم بعثه قال كم لبثت قال لبثت يوما أو بعض يوم قال بل لبثت مائة عام فانظر إلى طعامك وشرابك لم يتسنه وانظر إلى حمارك ولنجعلك آية للناس وانظر إلى العظام كيف ننشزها ثم نكسوها لحما فلما تبين له قال أعلم أن الله على كل شيء قدير ( 259 ) )

تقدم قوله تعالى : ( ألم تر إلى الذي حاج إبراهيم في ربه [ أن آتاه الله الملك ] ) وهو في قوة قوله : هل رأيت مثل الذي حاج إبراهيم في ربه ؟ ولهذا عطف عليه بقوله : ( أو كالذي مر على قرية وهي خاوية على عروشها ) اختلفوا في هذا المار من هو ؟ فروى ابن أبي حاتم عن عصام بن رواد عن آدم بن أبي إياس عن إسرائيل عن أبي إسحاق عن ناجية بن كعب عن علي بن أبي طالب أنه قال : هو عزير .

ورواه ابن جرير عن ناجية نفسه . وحكاه ابن جرير وابن أبي حاتم عن ابن عباس والحسن وقتادة والسدي وسليمان بن بريدة وهذا القول هو المشهور .
وقال وهب بن منبه وعبد الله بن عبيد بن عمير : هو أرميا بن حلقيا . قال محمد بن إسحاق ; عمن لا يتهم عن وهب بن منبه أنه قال : وهو اسم الخضر عليه السلام .
وقال ابن أبي حاتم : حدثنا أبي قال : سمعت سليمان بن محمد اليساري الجاري من أهل الجار ، ابن عم مطر فقال : سمعت رجلا من أهل الشام يقول : إن الذي أماته الله مائة عام ثم بعثه اسمه : حزقيل بن بورا .

وقال مجاهد بن جبر : هو رجل من بني إسرائيل . [ ص: 688 ]
[ وذكر غير واحد أنه مات وهو ابن أربعين سنة ; فبعثه الله وهو كذلك ، وكان له ابن فبلغ من السن مائة وعشرين سنة ، وبلغ ابن ابنه تسعين وكان الجد شابا وابنه وابن ابنه شيخان كبيران قد بلغا الهرم ، وأنشدني به بعض الشعراء :

واسود رأس شاب من قبل ابنه ومن قبله ابن ابنه فهو أكبر يرى أنه شيخا يدب على عصا ولحيته سوداء والرأس أشعر وما لابنه حبل ولا فضل قوة يقوم كما يمشي الصغير فيعثر وعمر ابنه أربعون أمرها ولابن ابنه في الناس تسعين غبر
]
وأما القرية : فالمشهور أنها بيت المقدس مر عليها بعد تخريب بختنصر لها وقتل أهلها . ( وهي خاوية ) أي : ليس فيها أحد من قولهم : خوت الدار تخوي خواء وخويا .
وقوله : ( على عروشها ) أي : ساقطة سقوفها وجدرانها على عرصاتها ، فوقف متفكرا فيما آل أمرها إليه بعد العمارة العظيمة وقال : ( أنى يحيي هذه الله بعد موتها ) وذلك لما رأى من دثورها وشدة خرابها وبعدها عن العود إلى ما كانت عليه . قال الله تعالى : ( فأماته الله مائة عام ثم بعثه ) قال : وعمرت البلدة بعد مضي سبعين سنة من موته وتكامل ساكنوها وتراجعت بنو إسرائيل إليها . فلما بعثه الله عز وجل بعد موته كان أول شيء أحيا الله فيه عينيه لينظر بهما إلى صنع الله فيه كيف يحيي بدنه ؟ فلما استقل سويا قال الله له أي بواسطة الملك : ( كم لبثت قال لبثت يوما أو بعض يوم ) قالوا : وذلك أنه مات أول النهار ثم بعثه الله في آخر نهار ، فلما رأى الشمس باقية ظن أنها شمس ذلك اليوم فقال : ( أو بعض يوم قال بل لبثت مائة عام فانظر إلى طعامك وشرابك لم يتسنه ) وذلك : أنه كان معه فيما ذكر عنب وتين وعصير فوجده كما فقده لم يتغير منه شيء ، لا العصير استحال ولا التين حمض ولا أنتن ولا العنب تعفن ( وانظر إلى حمارك ) أي : كيف يحييه الله عز وجل وأنت تنظر ( ولنجعلك آية للناس ) أي : دليلا على المعاد ( وانظر إلى العظام كيف ننشزها ) أي : نرفعها فتركب بعضها على بعض .
وقد روى الحاكم في مستدركه من حديث نافع بن أبي نعيم عن إسماعيل بن أبي حكيم عن خارجة بن زيد بن ثابت عن أبيه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ : ( كيف ننشزها ) بالزاي ثم قال : صحيح الإسناد ولم يخرجاه .

وقرئ : ( ننشرها ) أي : نحييها قاله مجاهد ( ثم نكسوها لحما ) .
وقال السدي وغيره : تفرقت عظام حماره حوله يمينا ويسارا فنظر إليها وهي تلوح من بياضها فبعث الله ريحا فجمعتها من كل موضع من تلك المحلة ، ثم ركب كل عظم في موضعه حتى صار حمارا قائما من عظام لا لحم عليها ثم كساها الله لحما وعصبا وعروقا وجلدا ، وبعث الله ملكا فنفخ في منخري الحمار فنهق ، كله بإذن الله عز وجل وذلك كله بمرأى من العزير ، فعند ذلك لما تبين له هذا كله ( قال أعلم أن الله على كل شيء قدير ) أي : أنا عالم بهذا وقد رأيته عيانا فأنا أعلم أهل زماني بذلك ، وقرأ آخرون : " قال اعلم " على أنه أمر له بالعلم

Nabi Uzair, Seabad Mati Suri

Nabi Uzair merupakan salah satu nabi yang bukan termasuk 25 nabi yang populer, tetapi terdapat di dalam Al-Qur’an. Namanya tercantum dalam Surat At-Taubah (9): 30, tetapi kisahnya dipercaya ada di dalam surat Al-Baqarah (2): 259:
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman:
“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah keledai kamu ( yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu; kemudian Kami menyusun kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

Sayyidina Ali bin Abi Thalib menyebut “orang yang melalui suatu negeri itu” adalah Uzair, yang nama lengkapnya Uzair bin Sarkhaya.

Ini juga merupakan pendapat Ibnu Jarir, Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah. Meski ada yang menyebut orang itu orang lain, tetapi pendapat di atas lebih banyak diikuti para mufasirin. Sedang negeri dimaksud adalah Baitul Maqdis di Palestina.
Uzair adalah satu satu nabi-nabi dari bani Israel setelah wafatnya Nabi Musa as. Dia adalah seorang hamba saleh yang hafal kitab Taurat, dan dirinya juga menyimpan satu salinan kitab Taurat asli yang disembunyikan di suatu tempat. Dengan mukjizatnya bisa mati suri selama seabad, Uzair berhasil menghindarkan pemusnahan kitab Taurat yang dilakukan penguasa lalim bernama Bukhtunassar (Bugatnesar). Penguasa lalim itu tidak senang dengan ajaran Taurat karena itu berusaha memusnahkannya dengan cara membakar kitab-kitab yang ada atau membunuh para rabi dan orang-orang saleh yang hafal sebagian atau seluruh kitab Taurat.

Begini kisahnya:
Pada saat itu, Uzair melihat matahari pada siang hari bersinar amat panas. Orang-orang takut untuk keluar rumah, pepohonan terasa kuyu menerima deraan panas yang bertubi-tubi. Dengan membawa keledainya dan perbekalan makanan, dia ingin menyirami kebun tin dan anggurnya yang terletak di pinggir kota.
Sampai di kebunnya, di lihatnya daun-daun mulai kering dan tanahnya mengeras karena kurang mendapat air, maka ditimbanya air dari sebuah mata air dan disiramnya di pokok-pokok pohon itu. Usai menyiram kebunnya, maka dia mencari tempat untuk beristirahat serta makan dan minum. Setelah berjalan beberapa saat, dilihat keledainya telah kepayahan dan bermandikan keringat, maka ditambatkannya keledainya di pepohonan, dan Uzair menemukan sebuah pekuburan tua di mana di sana ada sebuah pohon rindang yang bisa dipakai untuk berteduh.

Pekuburan tua itu kelihatan menyeramkan dan lebih mengherankan lagi kampung sekitarnya juga seperti bangunan reruntuhan, tinggal puing-puing berserakan. Al-Qur’an menggambar kampung itu cukup singkat tetapi imajinatif: “suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya”.
Kemudian Uzair mengeluarkan roti keringnya dan memeras beberapa anggur yang telah dipetiknya tadi, begitu juga buah tin yang masak menjadi camilannya. Di tengah makan itu dia bertanya di dalam hati: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”
Pertanyaan itu, tidak segera diperoleh jawabannya, sebab setelah itu Allah mematikannya. “Maka Allah mematikan orang itu (selama) seratus tahun”.
Semula anak dan istrinya hanya saling bertanya, mengapa Uzair tidak segera kembali dari kebunnya. Namun setelah ditunggu agak lama, maka anak istrinya mulai mencari sekeliling negeri, begitu juga tetangganya mencari ke pelosok negeri, tetapi mereka hanya melewati pekuburan tua itu, tetapi tidak menyinggahinya, sehingga tidak menjumpai Uzair tertidur mati suri di sana.
Tentang istilah “mematikan” di sini Al-Maraghi dalam Tafsir-nya berpendapat bahwa Nabi Uzair mengalami mati suri, dengan alasan kalau dalam dunia kedokteran, ada seseorang yang mengalami mati suri hingga seminggu atau sebulan, maka tidak sulit bagi Allah untuk membuat Uzair mati suri hingga seratus tahun. Namun ada juga yang berpendapat bahwa dia betul-betul mati dan jasadnya tinggal tulang-tulang berserakan sebagaimana keledainya.

Wallahua’lam.

“Kemudian (Allah) menghidupkannya kembali”. Allah kuasa untuk mematikan dan menghidupkan kembali manusia sebagaimana kejadian ini.
Setelah hidup kembali, Uzair merasa bahwa dia tidur agak lama, tetapi melihat sekelilingnya telah berubah, dia merasa heran. Apalagi keledainya telah menjadi tulang-belulang.
Allah (lewat melaikat) bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Dia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari?”
Allah berfirman: “Sebenarnya kau telah tinggal di sini seratus tahun lamanya”.
Tentu saja Uzair sangat heran dengan jawaban itu, tetapi demi melihat sekelilingnya, maka dia seperti ingin minta penjelasan yang sebenarnya.
“Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia”.
Uzair justru lebih heran, tetapi jawaban itu sedikit mententramkan hatinya. Dia menunggu peristiwa apalagi yang akan selanjutnya akan dialaminya?
“Lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”.
Inilah keajaiban yang dialaminya di depan mata kepalanya sendiri, bagaimana keledai itu berproses hidup kembali: …..lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging ….. “ [Al-Mukmin (23): 14]. Dan subhanallah, keledainya hiduplah kembali!
“Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Uzair sekarang semakin yakin kekuasaan Allah. Akhirnya dia pulang ke rumahnya dengan menaiki keledainya. Konon waktu itu umurnya baru 40 tahun. Namun selama seabad dia tidak mengalami perubahan itu, sedang semuanya telah berubah, termasuk juga keluarganya.
Anaknya yang dulu masih kecil sekarang sudah meninggal, dan yang ada hanya cucunya yang kini sudah berusia 70 tahun. Setelah diceritakan semua kejadian itu, barulah mereka percaya bahwa lelaki itu betul-betul Uzair yang telah hilang seabad yang lalu.

Orang-orang bertanya tentang kitab Taurat yang dihafalnya, sebab selama seratus tahun kitab Taurat serta para penghafalnya telah musnah dari muka bumi, dibunuh penguasa lalim yang bernama Bukhtunassar (Bugatnesar). Masyarakat Yahudi yang masih merindukan tuntunan Taurat mengharap Uzair menuliskan kembali untuk mereka, maka dengan senang hati, Uzair memenuhi permintaan mereka.
Keajaiban yang dialami Nabi Uzair membuat orang-orang Yahudi jadi lupa diri dan menganggapnya bukan manusia biasa. Setelah Nabi Uzair meninggal, “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak Allah”. [Al-Baqarah (2): 30]. Perkataan orang Yahudi itulah yang membuat orang Nasrani iri, sehingga mengatakan kesesatan yang sama denga menganggap Isa juga putra Allah. “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia." [Maryam (19): 35].

Begitulah, Allah menyelamatkan Bani Israel, tetapi mereka tidak bersyukur, dan malah membuat fitnah kepada Allah, maka Allah mengutuk-Nya. Sungguh kisah perjalanan bangsa Israel ini menjadi pelajaran bagi umat sesudahnya, supaya kita tidak meniru sikap ingkar yang mereka lakukan.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” [Yusuf (12): 111].

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar