Sabtu, 29 Agustus 2015

Imam Masjidil Haram – Mekkah juga baca qunut dan jahr bismillah

Foto Nawawi Ar Rois.
SYEKH SUDAIS MENJADI IMAM DI INDONESIA (MENJAHRKAN BISMILLAH & QUNUT SHUBUH)
Ada hal yang menarik dalam beberapa lawatan Syekh Sudais ke Indonesia. Saya yakin Syekh Sudais (Imam Masjidil Haram – Mekkah) mengerti dan paham betul, bahwa penduduk Islam di Indonesia mayoritas bermadzhab fiqh Syafi’i, karenanya dalam setiap kunjungannya seperti tahun 2000-an dan juga kali ini (30Oktober 2014) Beliau menjadi Imam di sholat-sholat yang dijahrkan suaranya, seperti Maghrib, ‘Isya & Shubuh, beliau selalu membaca surat alfatihah dengan menjahrkan (mengeraskan) membaca Alfatihah. (Baca tentang Menjahrkan Bismillah di dalam sholat)

Lawatan pertamanya tahun 2000-an (Sekitar bulan Desember 2004) lalu Syekh Sudais mengimami sholat Maghrib di Al-Azhar, tahun ini Syekh Sudais mengimami jamaah sholat Jum’at di masjid Istiqlal – Jakarta dengan menjahrkan bismillah pada surat alfatihah, Guru kami sempat pula bercerita di tahun 2000-an beliau sholat berjamaah dan Syekh Sudais sebagai imamnya di sholat shubuh dan Syekh Sudais berqunut pula di rakaat kedua, seperti yang biasa penganut fiqh Madzhab Syafi’i lakukan.
Dan posisi tangan (bersedekap) ketika sholat di atas perut di bawah dada.

Agak berbeda dengan pandangan bid’ah (pelakunya melakukan amalan sesat dan masuk neraka) para sebagian golongan Salafy di Indonesia, yang sangat anti melakukan apa yang di lakukan Syekh Sudais ini, padahal mereka hidup di Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Memang terkadang kita sependapat atau tidak sependapat dengan seseorang yang kita kagumi, akan tetapi janganlah menjadikan kita tidak saling menghormati, atau pun jika memang tak ingin menjahrkan bismillah, berqunut & isbal, dll janganlah dengan mudahnya mencela dan menuduh bid’ah pelakunya.

Kiranya Syekh Sudais mengetahui dan memahami akan kalam Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Zaad al-Ma’ad, : 1/ 266, perihal ini (qunut shubuh khususnya) :

ﻓﺄﻫﻞ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺘﻮﺳﻄﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﻭﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺤﺒﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺯﻝ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻭﻫﻢ ﺃﺳﻌﺪ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺘﻴﻦ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻘﻨﺘﻮﻥ ﺣﻴﺚ ﻗﻨﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻳﺘﺮﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺚ ﺗﺮﻛﻪ، ﻓﻴﻘﺘﺪﻭﻥ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﺗﺮﻛ

“AHLI HADITS adalah kaum pertengahan antara mereka (pent: yang mengatakan Qunut itu bid’ah) dan mereka yang menganggap sunnah Qunut ketika ada nawazil dan lainnya (pent: termasuk Qunut Shubuh). Mereka lebih beruntung terhadap hadits Nabi, mereka qunut ketika Rasulullah Qunut dan meninggalkannya ketika Rasul juga meninggalkannya. Mereka mengikuti Nabi dalam menjalankan ataupun meninggalkannya. “
Kemudian Ibnul Qayyim melanjutkan ucapannya :

ﻭﻳﻘﻮﻟﻮﻥ : ﻓﻌﻠﻪ ﺳﻨﺔ ﻭﺗﺮﻛﻪ ﺳﻨﺔ، ﻭﻣﻊ ﻫﺬﺍ ﻓﻼ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺩﺍﻭﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻫﻮﻥ ﻓﻌﻠﻪ، ﻭﻻ ﻳﺮﻭﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻻ ﻓﺎﻋﻠﻪ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻠﺴﻨﺔ، ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﻧﻜﺮﻩ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺯﻝ، ﻭﻻ ﻳﺮﻭﻥ ﺗﺮﻛﻪ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻻ ﺗﺎﺭﻛﻪ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻠﺴﻨﺔ، ﺑﻞ ﻣﻦ ﻗﻨﺖ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ، ﻭﻣﻦ ﺗﺮﻛﻪ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ

“ Mereka (AHLI HADITS) mengatakan bahwa melakukannya adalah perbuatan SUNNAH dan meninggalkannya juga perbuatan SUNNAH. Maka, mereka tidak mengingkari orang yang membiasakan qunut, tidak benci untuk melakukannya , tidak menganggapnya bid’ah, dan juga tidak menganggap orang yang melakukannya termasuk menyelisihi sunnah begitu juga sebaliknya. Bahkan orang yang qunut itu BAGUS, yang meninggalkannya juga BAGUS.”

ﻻ ﻳﻨﻜﺮ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ , ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻜﺮ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻋﻠﻴﻪ

“ Tidak boleh mengingkari perkara yang masih diikhtilafkan, sesungguhnya pengingkaran hanya boleh dalam perkara yang sudah ijma’ “

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar