Minggu, 23 Agustus 2015

Benarkah Belajar Tasawuf Bisa Gila ?

Berbekal Video Orang Gila, Pengikut Wahhabi Ini Pelintir Ucapan Imam al-Syafi'i
Orang gila memakai kopyah dan sarung, yang cukup lancar mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa arab dan jawa meskipun tidak beraturan terekam dalam sebuah video berdurasi sekitar 1 menit 24 detik.

Video itu nampaknya sengaja direkam oleh seseorang. Dalam video itu, pihak perekam sengaja bertanya tentang sufi kepada orang gila tersebut seakan-akan ingin memberikan kesan bahwa, Orang itu gila akibat belajar sufi atau ilmu tasawuf.

"Pernah belajar sufi?", Kata pihak perekam yang tidak mendapat jawaban dari orang gila tersebut.

Video yang sebenarnya sudah lama beredar itu diunggah kembali dijejaring sosial facebook oleh akun Wardah Jameellah atau mawar.jingga.75054689  difacebook miliknya. (21/8/2015).

Dalam akunnya, ia menambahkan keterangan berupa perkataan Imam al-Syafi'i tentang tasawuf yang memberikan kesan bahwa orang yang belajar tawasuf akan menjadi gila seperti orang pada video tersebut.

"GILA AKIBAT BELAJAR SUFI DAN ILMU HIKMAH,,,,, "
Jika seorang belajar Tasawuf dipagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu ' ( Imam Asy Syafi i)", tulis Wardah Jameellah.

Benarkah Belajar Tasawuf Bisa Gila ?

Antara video orang gila tersebut dan perkataan Imam al-Syafi'i tidak ada kaitannya. Tidak jelas apa yang menyebabkan orang dalam video tersebut menjadi gila. Sebab, faktor yang membuat terganggunya jiwa seseorang sangat banyak sekali. Lalu bagaimana dengan ucapan Imam al-Syafi'i?.

"Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu".

Perkataan Imam al-Syafi'i diatas ada didalam kitab Manaqib al-Syafi'i karangan Imam Al-Baihaqi. Didalam kitab tersebut, Imam al-Baihaqi meriwayatkan sejumlah perkataan Imam al-Syafi'i tentang sufi dan tasawuf, kemudian menjelaskan perkataan Imam al-Syafi'i tersebut. Sayangnya, orang-orang Wahhabi kerap kali mengutip perkataan Imam al-Syafi'i tersebut tidak disertai keterangan yang benar.

Ketika menjelaskan perkataan Imam al-Syafi'i tersebut, Imam al-Baihaqi mengatakan: 
"Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi'i-: adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan "nama" saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan orang-orang Islam, dia tidak peduli dengan orang-orang Islam tersebut, tidak pernah menyibukan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi'i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya", yaitu riwayat yang telah dikhabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy Syafi'i:

"Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan".

Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini.

Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah 'Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu'amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka".

Baca: Inilah Fatwa yang Benar Imam Syafi'i tentang Tasawuf

Inilah Pendapat Imam Syafi’i yang Benar Tentang Tasawuf dan Sufi

Beberapa pihak yang tidak suka mengenai tasawuf, umumnya orang-orang Wahhabi, kerap kali melakukan penipuan dan pemelintiran mengenai pendapat Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengenai tasawuf. Padahal faktwanya, Imam Syafi’i banyak memuji ahli tasawuf (sufi), bahkan menganjurkan umat Islam untuk menjalani tasawuf.

Salah satu pendapat Imam Asy-Syafi’i yang sering disalah pahami adalah apa yang disebutkan oleh Imam al-Baihaqi di dalam Manaqib Imam al-Syafi’i. Pembenci tasawuf, bahkan dengan sengaja mengutip dalam kitab Imam al-Baihaqi secara tidak utuh demi menyembunyikan kebenaran dan mengedepankan hawa nafsu syaithoniyah. Komentar Imam al-Syafi’i dalam kitab Imam Al Baihaqi tersebut adalah:

“Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu“.

Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:

“Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu“.

Dan telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (lalu mengatakan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn Sulaiman, berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash“.

Aku (Al-Bayhaqi) katakan: “Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi’i-: adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan “nama” saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan orang-orang Islam, dia tidak peduli dengan orang-orang Islam tersebut, tidak pernah menyibukan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya”, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”. Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.

… telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman, mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat)”.

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (ulama Wahabi) mengutip ucapan Imam al-Syafi’i didalam kitabnya:

قال الشافعي رضي الله عنه : صحبت الصوفية فما انتفعت منهم إلا بكلمتين سمعتهم يقولون الوقت سيف فإن قطعته وإلا قطعك ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل . قلت – أي ابن القيم – : يا لهما من كلمتين ما أنفعهما وأجمعهما وأدلهما على علو همة قائلهما ويقظته ويكفي في هذا ثناء الشافعي على طائفة هذا قدر كلماتهم


“Imam Syafi’i berkata: “Aku berteman dengankaum sufi dan tidaklah aku mendapat MANFA’AT dari mereka kecuali dua kalimat yang aku dengar dari mereka yaitu, “Waktu itu adalah pedang jika kamu mampu memutusnya, jika tidak maka waktu itu yang akan memutusmu. Dan nafsumu jika tidak disibukkan dengan kebenaran, maka akan disibukkan dgn kebathilan”. Aku katakan (Ibnul Qoyyim): “Aduhai sangatlah manfaat dan mencangkup dua kalimat tersebut dan sangat menunjukan atas tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakan dua kalimat tersebut, dan cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada mereka…” (Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).

Imam Syafi’i didalam kitab Diwannnya:

فقيهاً وصوفياً فكن ليس واحدا فإنــي وحـق الله إيـاك أنصح فذلك قاس لم يذق قلبه تقــى وهذا جهول كيف ذو الجهل يصلح


“Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu. # Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik “. (Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)

Imam Asy-Syafi’i Memuji Ulama Sufi

Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’i memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar-Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan Asy-Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar-Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As-Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As-Shufi. Asy-Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164).

Itulah sebagian kecil pandangan para ulama ahlussunnah wal jama’ah yang benar mengenai apa itu tasawuf dan sufi. Hanya dari kelompok menyimpang saja yang membenci dan menuduh sesat pengikut tasawuf/ sufi. Kelompok dari paham yang membenci tasawuf atau kaum sufi bisa dipastikan bukan bagian dari ahlussunnah wal jama’ah, karena tasawuf adalah bagian dari ahlussunnah wal jama’ah.

7 komentar:

  1. Asalamu,alaikum wbt
    Salam rahayu

    Baik..maaf
    Izin aku menbuka sedikit penhalusan..

    (Aku tiada guru.)
    .
    Kata Allahswt
    Barang siapa yg aku bimbing tiada
    Siapa pun bisa sesat kan
    &
    Barang siapa sesat kan tiada siapa pun bisa bimbing..
    (Bimbing=lurus kan haq)

    Punya akal tiada
    Kenal diri& tuhan.
    Hanya mrnyembah nama..
    Sjati nya itu lebih gila..

    NGAJI TASAWUF JADI GILA
    1-hakikat nya hati kita sendiri
    Salah pada niat..

    2-Kita masih merasa ada nya AKU DIRI..

    3-MENDESAK OTAK FIKIRAN AGAR
    MENGETAHUI RAHSIA& HAKIKAT SESUATU
    PADA HAKIKAT NYA ALLAHSWT BELUM
    ANUGERAH KAN NYA PENGETAHUAN SESUATU ITU..

    WAHAI ROH..
    SYUKUR LAH WALAUPUN REZEKI MU
    HANYA SEBIJI BERAS..

    BARANG KALI KERANA BERKAT SYUKUR ITU
    KAU BISA MILIKI SEJUTA GUDANG BERAS

    RAMAI TIDAK BER,ARTI KUAT
    &
    KUAT TIDAK BER,ARTI RAMAI

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAKIKAT NYA
      SERAH KAN SEGALA APA PUN TERJADI PADA ALLAHSWT..

      JAGA NIAT & HATI MU YAKIN!! MU..ITU PENTING.

      WAHAI ROHH
      KETAHUI LAH OLEH MUUU..

      BISA GILA PUN HANYA
      DENGAN IZIN ALLAHSWT..

      SAYAP AGUNG
      TIMUR
      AL HAQ
      .

      Hapus
    2. jika sudah menjadi gila apakah tidak ada cara untuk menyembuhkanya?

      Hapus
  2. Ada cara menyembuhkan org gila krn tasawuf , mendatangi Tuan Guru minta petunjuk. Kalau-kalau ada wali Allah yang bisa memperbaiki pemahamannya, InsyaAllah..intinya semuanya Atas Kebesaran Allah SWT yg membuat gila dan menyadarkannya kembali

    BalasHapus
  3. Tiada kenal dengan sholat lima waktu, langsung mau belajar tasawuf ,ibarat bangunan tanpa pondasi akan rubuhlah bangunan itu..

    BalasHapus
  4. Artikel ini pun banyak memelintir ucapan Imam Syafi'i

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.artikel ini hnya mencari pembenaran. Bukan kebenaran.

      Hapus