Sabtu, 15 April 2017

Yang dikejar manusia pada akhir zaman


Firman Allah Ta’ala,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)

Akhir zaman kekayaan akan menjadi lambang kehormatan

قال رسول الله صلى الله عليه وأله وسلم:
سيأتي على الناس زمان بطونهم آلهتهم ونساؤهم قبلتهم ، ودنانيرهم دينهم ، وشرفهم متاعهم ، لا يبقى من الايمان إلا اسمه ، ومن الاسلام إلا رسمه ، ولا من القرآن إلا درسه ، مساجدهم معمورة ، وقلوبهم خراب من الهدى ، علماؤهم أشر خلق الله على وجه الأرض . حينئذ ابتلاهم الله بأربع خصال : جور من السلطان ، وقحط من الزمان ، وظلم من الولاة والحكام ، فتعجب الصحابة وقالوا : يا رسول الله أيعبدون الأصنام ؟ قال : نعم ، كل درهم عندهم صنم ) .متفق عليه

Rasulullah Saw bersabda.
Akan datang suatu zaman atas manusia:
1.Perut-perut mereka menjadi Tuhan-tuhan mereka.
2.Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka.
3.Dinar-dinar(uang) mereka menjadi agama mereka.
4.Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka.
Waktu itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja.
Tidak tersisa dari Islam kecuali ritual-ritualnya saja.
Tidak tersisa Al-Quran kecuali sebatas kajiannya saja.
Masjid-masjid mereka makmur, akan tetapi hati mereka kosong dari petunjuk (hidayah).
Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yang paling buruk di permukaan bumi.
Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka empat perkara (azab) :
1-Kekejaman para penguasa,
2-Kekeringan pada masa,
3-Kezaliman para pejabat,
4-Ketidak adilan para hakim."
Maka heranlah para sahabat mendengar penjelasan Rasulullah. Mereka bertanya, "Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?"
Nabi SAW menjawab, "Ya ! Bagi mereka, setiap dirham (uang) menjadi berhala (dipertuhankan/disembah)....."
(Hadist Mutafaqun'alaih)

Dalam sebuah hadits, Rasululloh pernah menyampaikan tentang salah satu kejadian yang kelak akan terjadi pada ummat Islam. Hal ini terkait dengan kondisi dimana ummat berusaha menjauhkan diri dari Ulama’, beliau bersabda:

سيأتي زمان على أمتى يفرون من العلمإ والفقهإ, فيبتليهم الله بثلاثة بليات. أولاها, يرفع الله البركات من كسبهم. والثانيت, يصلط الله عليهم صلطاناظالما, والثلثة, يخرجون من الدنيا بغير إيمان.

Akan datang suatu masa atas ummatku, dimana mereka menjauhi para ‘Ulama’ dan Ahli Fiqih, maka Allah akan menimpakkan tiga macam bencana pada mereka. Yang pertama, Allah akan mengangkat berkah dari usaha-usaha mereka. kedua, Allah akan memberikan penguasa begi mereka penguasa-peguasa yang zholim. Ketiga, mereka akan keluar dari dunia ini tanpa membawa iman.

Rasululloh SAW telah menyampaikan:

كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته. الاٍمام راع و مسؤل عن رعيته

“Tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Tiap-tiap amir (Imam) adalah Pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”

Muliakanlah Ulama

Kita menjadi manusia yang beriman adalah karena hidayah Allah, kita menjadi seorang muslim tidak bisa lepas dari jasa rosululah, para sohabat, tabiin, tabiit tabiin dan para ulama’. Di zaman akhir ini ulama’ ibarat lampu yang menerangi di kegelapan.

Seandainya tidak ada ulama’, pastilah manusia hidup dalam kegelapan, kesesatan dan bergelimang dalam dosa. Mereka yang kaya akan menguasi yang miskin, yang kuat menindas yang lemah dengan tanpa memperdulikan rasa perikemanusiaan. Itu semua terjadi manakala bimbingan ulama’ sudah tidak dihiraukan lagi.

Sejarah membuktikan, di zaman jahiliyyah, zaman kebodohan, zaman jauhnya manusia dari para ulama’, banyak manusia yang berbuat di luar kewajaran. Sering terjadi saling membunuh hanya karena perbedaan suku, ada pula yang malu memiliki anak perempuan karena dianggap tidak membawa keberuntungan, sehingga tega menguburnya hidup-hidup, dan masih banyak kebatilan yang lain. Keadaan itu berlangsung terus hingga kedatangan ajaran Islam, agama yang dibawa oleh nabi kita Muhammad Rosulullah saw. Maka barulah keadaan berubah 180 derajat, kegelapan semakin sirna berganti dengan kecemerlangan, dari yang jelek menjadi baik dan seterusnya.

Kemudian tuntunan yang suci ini diteruskan oleh para shohabat, tabiin, tabiit tabiin, dan para ulama’ hingga akhir zaman. Berkat perjuangan merekalah, dengan ridlo Allah, kita bisa memebedakan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq dan mana yang bathil. Itulah sebabnya rosulullah bersabda

اَلْعُلَمَاءُ مَصَابِيْحُ اْلاَرْضِ وَخُلَفَاءُ اْلاَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِيْ وَوَرَثَهُ اْلاَنْبِيَاءِ

Ulama’ itu sebagai lampu-lampu di bumi, sebagai pengganti para nabi, mereka adalah pewarisku dan pewaris para nabi.

Dari uraian di atas kiranya cukup jelas bahwa keberadaan ulama’ cukup penting posisinya bagi kehidupan umat manusia. Sebagai pewaris para nabi mereka bertanggung jawab kepada Allah, sehingga mereka berani berkata kepada siapa saja, dimana saja, termasuk apapun resiko yang mereka hadapi. Karena tugas utamanya adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Begitu beratnya tugas mereka maka seyogjanyalah kita muliakan para ulama’, sebagaimana pesan rosul

اَكْرِمُوا الْعُلَمَاءَ فَاِنَّهُمْ عِنْدَ اللهِ كُرَمَاءُ مُكْرَمُوْنَ

Muliakanlah ulama’. Maka sesungguhnya mereka itu di sisi Allah adalah orang-orang yang mulia dan dihormati.

Dalam hadits lain rosulullah bersabda

سَاَلْتُ جِبْرِيْلَ عَنْ اَصْحَابِ الْعِلْمِ فَقَالَ: هُمْ سُرُحُ اُمَّتِكَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ, طُوْبَى لِمَنْ عَرَفَهُمْ وَالْوَيْلُ لِمَنْ اَنْكَرَهُمْ وَاَبْغَضَهُمْ

Aku bertanya kepada Jibril tentang para ahli ilmu (ulama’) Jibril menjawab: Mereka adalah pelita bagi umatmu di dunia dan akhirat. Berbahagialah orang yang mau mengerti tentang mereka, dan celakalah orang yang ingkar dan membenci mereka

Dari dua hadits di atas maka sudah sepantasnya bila kita menghormati para ulama’ melebihi hormat kita terhadap para pejabat ataupun raja sekalipun. Tetapi kenyataannya di zaman akhir ini, banyak yang sudah tidak mengerti tentang mereka, banyak yang sudah mulai ingkar, bahkan banyak pula yang mulai membenci sehingga tidak lagi menghormati para ulama’, padahal ancamannya cukup jelas.

Jika terjadi di suatu daerah, yang penduduknya sudah tidak lagi memperdulikan ulama’ dan fuqoha’ atau hanya pura-pura menghormati dan mencintai ulama’ padahal ada maksud tertentu, memanfaatkannya demi kepentingan pribadi atau golongan, maka tunggulah saatnya siksa dan cobaan Allah yang bakal terjadi.

Coba kita amati keadaan di sekitar kita, saat ini nampaknya fatwa-fatwa para ulama’ sudah diabaikan. Ketika mereka mengharamkan pornografi dan pornoaksi muncul pendapat berseberangan dari para selebritis, kenyataannya banyak yang lebih percaya pendapat selebritis daripada pendapat ulama’. Ketika terjadi masalah berkaitan dengan hukum beragama yang diwawancarai bukan lagi para ulama’ melainkan para selebritis dan masyarakat. Hal itu menandakan bahwa fatwa para ulama’ sudah diabaikan.

Yang lebih memprihatinkan lagi, saat ini ajaran-ajaran yang dibawa para ulama’ mulai ditinggalkan. Kegiatan pembacaan solawat nabi yang mengiringi peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran dan pernikahan sudah digantikan oleh musik-musik modern atau tradisional. Yang memilih musik modern beralasan mengikuti kemajuan jaman, yang memilih musik tradisional beralasan melestarikan budaya bangsa. Padahal para ulama’ mengajarkan bahwa dalam peringatan kelahiran dan pernikahan yang lebih kita butuhkan adalah doa dari segenap sanak kerabat. Dan doa tidak bisa diterima kecuali diiringi dengan sholawat.

Rosulullah bersabda

مَامِنْ دُعَآءٍ اِلاَّ بَيْنَهُ وَبَيْنَ السَّمَاءِ حِجَابٌ حَتَّى يُصَلِّى عَلَى النَّبْيِّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ فَاِذَا صَلَّى عَلَيْهِ يَخْرُجُ ذَالِكَ الْحِجَابُ وَيَدْخُلُ الدُّعَاءُ وَاِذَا اَلَمْ يَفْعَلْ ذَالِكَ رَجَعُ دُعَاؤُهُ

Setiap doa terhalang dinding (penghalang) yang tidak dapat ditembus kecuali dengan sholawat atas Nabi Muhammad saw. Jika dibacakan sholawat hilanglah penghalang itu dan masuklah doanya, jika tidak diiringi maka kembalilah doa itu.

Jika benar manusia sekarang sudah lari dan menjauhi ulama’ maka ada tiga adzab yang menimpa umat ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits

سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ تَعَالَى بِثَلاَثِ بَلِيَّاتٍ:

Akan datang kepada umatku suatu masa dimana mereka lari menjauhi ulama’ dan fuqoha’ (ahli fiqih), maka Allah menurunkan tiga bala’ untuk mereka

اُوْلاَهَا يَرْفَعُ بَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ

Allah menghilangkan barokah dari usaha mereka

Benarkah saat ini mencari harta yang barokah sulit? Kalau tidak benar kenapa para konglomerat nakal, para pejabat korup yang sudah berharta trilyunan masih gila harta, masih memakan harta rakyat? Jawabnya Karena hartanya sudah tidak barokah. Hasil usaha yang tidak barokah pasti membawa dampak negatif, bila dimakan tidak menambah kenyang tapi malah kurang dan semakin rakus. Makanan yang masuk menyebabkan tubuh malas beribadah, dan kebanyakan berakhir menjadi suatu penyakit. Harta yang tidak barokah bila digunakan untuk biaya pendidikan anak bukannya menjadikan anak semakin baik melainkan malah menjadi semakin buruk, digunakan berfoya-foya, zina, narkoba, setidaknya menyebabkan anak berani terhadap orang tua. Lantas jika ingin selamat dari harta yang tidak barokah jalan satu-satunya adalah mendekat pada para ulama’

وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا

Allah mengangkat penguasa untuk mereka, penguasa yang dlolim

Akibat jauh dari para ulama’, banyak diantara kita memilih pemimpin, pejabat, anggota dewan bukan lagi atas dasar kemampuannya berbuat adil tetapi karena ketenarannya, atau karena obral janjinya, atau karena obral hartanya. Sehingga ketika menjabat mereka bukannya menjadi pengayom rakyat, pembawa suara rakyat, malah memakan harta rakyat.

وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ اِيْمَانٍ

Mereka keluar dari dunia (mati) dalam keadaan tanpa iman

Yang paling ditakutkan adalah adzab ketiga yaitu mati dalam keadaan tanpa iman, naudzu billahi min dzalik, jika hal ini terjadi maka kesengsaraan yang dialami bukan tahunan melainkan kekal selama-lamanya disiksa di api neraka.

Saat ini sebagaian adzab tersebut sudah melanda kita, atau bahkan banyak pula yang sudah merasakan ketiganya. Untuk itu agar bisa menghindarinya, maka marilah kita muliakan para ulama’, tidak cukup hanya dengan menghormatinya, melainkan dengan mematuhi fatwanya dan melaksanakan ajaran yang dibawanya serta menjauhi hal-hal yang dilarangnya.

Di zaman akhir ini banyak orang yang berpenampilan ala ulama’, maka kita harus bisa mengenal mana yang ulama’ dan mana yang bukan. Ada sementara orang karena penampilannya yang selalu memakai gamis dan bersurban bahkan dipanggil syeh dianggap ulama’, padahal perilakunya ada yang tidak mencerminkan posisinya sebagai ulama’. Ada pula orang yang pandai berceramah sehingga dianggap ulama’, padahal kesehariannya tidak sesuai antara ucapan yang diamalkan. Ada pula orang yang diberi kelebihan Allah bisa menyembuhkan berbagai penyakit, bisa menebak hal-hal yang belum terjadi, lantas kita anggap ulama’ bahkan ada yang mengangapnya wali atau yang kebablasan ada yang menganggapnya nabi. Padahal dia membawa ajaran yang menyesatkan. Buktinya sekarang banyak aliran-aliran yang menyimpang, banyak orang-orang yang mengaku nabi dan anehnya banyak pula pengikutnya.

Lantas apa definisinya ulama’ yang akan kita anut? Ulama’ adalah manusia yang takut pada Allah sehingga nampak dalam pribadinya yang bertaqwa menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangan Allah serta memiliki akhlaq luhur yang patut diteladani. Jika ingin tahu sesorang ulama’ atau bukan, jangan mengukur dari luasnya ilmunya saja, tapi ukurlah ketaqwaannya, dan ketakwaan akan nampak dalam akhlaq atau perilakunya dengan keluarga dengan tetangga sangat baik, bahkan akhlaq dan perilaku anak istrinya juga patut diteladani.

Dalam surat Al-Fathir ayat 28 Allah berfirman

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
 
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar