Minggu, 30 April 2017

Ayat dan Hadis sama namun pemahaman bisa berbeda.

Taqlid adalah jalan untuk menyamakan presepsi makna ayat dan Hadis.
Karena kita tidak langsung ketemu dengan rasulullah, kita hanya bisa bertemu dengan para pewaris nabi yaitu para ulama.

Jadi untuk pemahaman makna ayat kita harus mengikuti pemahaman para ulama.
Sebab ketika kita tidak mengikuti pemahaman para ulama, sementara ilmu alat al Qur'an dan Hadis tidak bisa, akibatnya sesat dan menyesatkan. Bahkan akan gampang sekali menuduh orang yg tidak sepaham dengannya. Sehingga akan terjadi perpecahan.
"Orang yang hanya bisa berteriak Syi'ah, Liberal, Sesat, Kafir dan Kata-Kata Kotor lainnya, itu membuktikan bahwa dalam bagian alat fikirnya ada yang kurang dan konslet sehingga tidak bisa berfikir cerdas dan normatif kecuali hanya bisa melontarkan kata-kata kotor dan amoral"
Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.
Saudara dan Saudariku seiman seislam seaqidah ASWAJA sebangsa senegara dan setanah air.
Semoga Allah SWT Senantiasa memberikan kesemangatan dalam belajar ilmu agama Islam dan menghindarkan dari sikap grasah grusuh sesuai nafsu dalam menyikapi sesuatu terlebih yang berhubungan dgn ilmu dan hukum agama seperti Al-Qur'an dan Al-Hadits.

BERHUKUM DAN BERHUJJAH LANGSUNG KEPADA AL-QUR'AN DAN HADITS

Beberapa tahun terakhir sudah mulai berkembang aliran atau faham dgn slogan diatas tetapi hanya bermodalkan terjemahan bukan dgn jalan belajar yg matang dan serius.
Mereka tidak segan-segan untuk menyerangnya dengan berbagai macam cemoohan itu. Bahkan, ulama-ulama atau pakar-pakar keislaman yang puluhan tahun mengkaji dan belajar tentang Islam pun tidak lepas dari segala bentuk cacian tersebut. Terkait hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj atau yang akrab disapa Kiai Said mengajak kepada seluruh umat Islam untuk terus belajar dan memahami Islam dengan pemahaman yang benar. Ia mengkritik siapa saja yang menggunakan dalil Al-Qur’an dan Hadis sesuai dengan kepentingannya sendiri. “Jangan seenaknya sendiri menggunakan Al-Qur’an dan Hadis,” kata Kiai Said di gedung PBNU, Senin (3/4). Kiai kelahiran Cirebon tersebut menilai, memahami kitab suci umat Islam itu tidaklah gampang. Seseorang tidak bisa memahami Al- Qur’an secara utuh kalau hanya mengandalkan terjemahan.
Kiai Said kemudian mencontohkan, orang yang memahami Al-Qur’an dengan modal terjemahan sama dengan orang awam yang membaca buku kedokteran, lalu ia membuka praktik. “Saya baca buku kedokteran, tetapi kemudian membuka praktik. Apakah itu boleh? Jangan ikut campur apa yang enggak kamu tahu!” lanjutnya. Selain itu, alumni Universitas Umm al-Quro Mekkah ini menilai, butuh waktu yang tidak sebentar untuk memahami Al-Qur’an. Ia sangat menyayangkan banyak tokoh-tokoh yang puluhan tahun mempelajari Islam dan Al-Qur’an dicemooh bahkah dikafir-kafirkan hanya karena pemahamannya berbeda dengan mereka yang baru saja belajar tentang Islam.
Dalil nash Ayat dan Hadits berikut sebagai peringatan dan renungan bagi saya pribadi dan anda yang merasa beraqidah Ahlussunnah Wal Jamaah serta bagi mereka yg beraliran Wahhabi_Takfiri_Hawaai
☆☆☆☆

Dalil Al-Qur'an : Al-Isra, ayat 36

{ ﻭَﻻ ﺗَﻘْﻒُ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺌُﻮﻻ ‏( 36 ) }

Dan janganlah kamu mengikuti (mengatakan) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabann­ya.
Al-Anbiya, ayat 7

{ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﺇِﻻ ﺭِﺟَﺎﻻ ﻳُﻮﺣَﻰ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ‏( 7 )

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

Dalil Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam At-Turmudzi dalam Bab Tafsirul Qur'an :

«3204» ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻏﻴﻼﻥ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﺸﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺴﺮﻱ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : )) ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ .((

ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ : ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ .
‏« 3205 ‏» ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻭﻛﻴﻊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻮﻳﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺍﻟﻜﻠﺒﻲ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻋﻮﺍﻧﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : )) ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻨﻲ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻋﻠﻤﺘﻢ ﻓﻤﻦ ﻛﺬﺏ ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪﺍ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﺮﺃﻳﻪ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ .((
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ : ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ .


Diantara nasehat emas dan bahkan mutiara dari Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah:

ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : “ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺷﺪﻳﺪ ”. ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻼﻝ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ ١ / ٣٧٣ ، ﺭﻗﻢ : ٥١٣ ” “

Mengeluarkan orang dari Sunnah itu adalah berat”. [Diriwatkan oleh Abu Bakar bin Al-Khallal rahimahullah dengan sanad shahih dalam As-Sunnah 1/373, nomer 513]

Maksudnya, jangan mudah menuduh seseorang telah keluar dari Sunnah dan bahkan menuduhnya sebagai ahli bid’ah jika orang tersebut masih meyakini prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Ingat, menuduh dan bahkan memvonis sesat itu adalah perkara besar dan dahsyat..! Sudah siapkah kita untuk bertanggung jawab di hadapan Allah atas tuduhan tersebut..?!
Berbicara tentang kelompok dalam Islam tidak akan pernah tuntas karena semua merasa paling benar dan menuduh yang lain tersesat.

ﻓَﺘَﻘَﻄَّﻌُﻮﺍ ﺃَﻣْﺮَﻫُﻢ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺯُﺑُﺮًﺍ ﻛُﻞُّ ﺣِﺰْﺏٍ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺪَﻳْﻬِﻢْ ﻓَﺮِﺣُﻮﻥَ

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). [QS 23 Al-Mukminun Ayat 53]

Ada sebuah ayat Al-Qur’an yang perlu selalu kita baca dan renungkan secara rutin dan terus menerus disertai muhasabah, koreksi dan mawas diri, yaitu ayat berikut ini;

ﻓَﻠَﺎ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰٰ “

Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”. [QS 53 An-Najm Ayat 32]

Hanya Allah Yang Maha Tahu siapa yang terbaik diantara kita di SisiNya. Mari kita fokus mencari keburukan diri sendiri dan kemudian memperbaikinya, bukan fokus mencari keburukan orang lain sehingga lupa dan bahkan tidak menyadari keburukan diri sendiri. Ya Allah, hanya kepadaMu hamba mengadu.

Orang yang keluar dari busur agama
Sabda Rasulullah SAW :

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Jangan mudah menuduh musyrik kepada orang lain.
Nabi Muhammad SAW, di bawah ini..

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr).

Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Semoga Barokah dan Manfaat.
Salam Islam Indah dan Damai.
Salam Indonesia Sejuk Aman Damai Tentram Rukun dan Sejahtera.

Salam ASWAJA - NU

Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar