Selasa, 18 April 2017

NU adalah pendiri NKRI


Posisi NU sebagai bagian dari the founding fathers (pendiri) negara dan bangsa ini menurut kelompok yang memiliki pemahaman berbeda menjadi salah satu pihak yang harus dibumihanguskan, karena menurut mereka NU telah berkontribusi sangat banyak dalam membentuk bangsa ini dengan menjalankan amaliyah keberagamaan, keberagaman dan bernegara dengan sistem/manhaj Aswaja NU yang salah, mereka tidak hanya menyalahkan dari sisi amaliyah saja melainkan menyalahkan dari sisi manhaj aswaja NU-nya dalam bidang akidah, fikih, tasawuf, dakwah dan politik. Mereka terus melakukan propaganda dan aksinya dengan melakukan segala cara. NU dikepung dari segala penjuru arah mata angin dan menyerang ke dalam jantung pertahanan NU.

Dalam bidang akidah misalnya; prinsip-prinsip akidah Ahlus Sunah wal Jamaah (Aswaja) Nahdlatul Ulama yang mengikuti pendapat Imam Asyari dan Imam Maturidi divonis bukan termasuk Ahlus Sunah Wal Jamaah karena mereka mengatakan bahwa Asyari-Maturidi telah menyalahi para sahabat, tabiin, dan empat Imam Madzhab di dalam banyak masalah akidah, pokok-pokok agama dan tidak berhak disebut dengan Ahlus Sunah wal Jamaah.

Dalam bidang Fikih; ada sebagian kelompok umat Islam mengatakan bahwa bermadzhab kepada Imam Syafi'i, Imam Hanbali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi adalah perbuatan syirik. Mereka berani menentukan hukum hanya cukup dengan al-Quran dan al-Hadits. Mereka juga meyakini bahwa sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW tidak boleh/haram mengerjakannya serta mereka tidak mengakui adanya bid'ah hasanah walaupun itu merupakan pendapat para ulama mujtahid.
;
Dalam bidang tasawuf; sebagian kecil umat Islam tetap masih ada yang meragukan bahwa tasawuf adalah benar-benar ajaran Rasulullah SAW, karena tasawuf menurut mereka adalah pencampuran dari ibadah-ibadah Syi'ah, Yunani, Nashrani dan Yahudi. Sehingga Aswaja NU yang mengikuti pendapat Imam Ghazali dan Imam Junaedi dalam bidang tasawuf menurut mereka adalah produk yang tidak bersumber dari Rasulullah SAW. Namun di sisi lain juga NU mengakui bahwa ada banyak umat Islam yang menjalankan tasawuf dengan beragam cara dan model dalam wadah tarekat-tarekat melampaui aturan-aturan yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW dan para ulama.

Dalam bidang dakwah; NU dianggap ormas Islam yang dalam dakwahnya hanya menitik beratkan pada amar ma’ruf saja sedang jika ada kemungkaran tidak bersikap tegas dan terkesan membiarkan. Sehingga muncullah individu atau organisasi masyarakat Islam di Indonesia yang lain dengan alasan amar maruf nahi mungkar (memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran) demi tegaknya syariat Islam dilakukan dengan cara kekerasan bahkan menimbulkan kerusakan dilatarbelakangi oleh pembiaran yang dilakukan oleh aparat pemerintah. Model dakwah NU yang berkiblat pada Wali Songo dianggap mencampuradukkan budaya dengan Islam sehingga menurut mereka Islam sudah tidak murni lagi. Dalam urusan toleransi dan pluralitas beragama, NU terkesan cenderung bersikap ramah bagi agama selain Islam dan berat hati melakukan kerjasama dengan sesama ormas Islam yang lain. Lebih-lebih adanya konsep Islam Nusantara terkesan bahwa NU membuat agama baru dan tidak mau hal-hal yang berbau Arab.
Dalam bidang politik kenegaraan; sikap politik NU berupa menerima dan akan menjaga sampai titik darah penghabisan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem demokrasi Pancasila yang diyakini oleh mereka bahwa NU merupakan bagian dari pemerintah yang toghut dan kafir karena melawan berdirinya Negara Islam dengan sistem Khilafah. Mereka yakin bahwa nasionalisme dan demokrasi merupakan produk orang-orang kafir.

Maka upaya mengkonsolidasi pemahaman yang sama di semua stake holder NU, khususnya para kyai dan para da'i terhadap Manhaj Aswaja NU menjadi sebuah keharusan. Sedang mengkosolidasi semua warga NU agar tetap dalam keyakinannya dan semangat menjalankan amaliyah NU dalam beragama dan bernegara di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah kebutuhan dengan tetap memposisikan para kyai sebagai sumber referensi, tempat bertanya dan sosok panutan sebagaimana dengan paham keulamaan NU yang menjadi ciri khas NU. Adalah menjadi tugas NU untuk segera fokus merencanakan program revitalisasi Manhaj Aswaja NU sebagai pondasi menjalani hidup beragama dan bernegara

 
Mau Ganti Pancasila dan NKRI Hadapi Dulu NU

Sejumlah 16.655 kader penggerak Nahdlatul Ulama dari berbagai daerah di Jawa Tengah, mengikuti istighasah dan apel kesetiaan terhadap NKRI dan Pancasila, yang digelar pada Sabtu-Minggu (16/04/2017) di Pantai Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
;
Kegiatan yang digelar oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah itu, menurut Ketua Panitia M Muzammil, kader-kader NU di Jawa Tengah memandang penting untuk menegaskan komitmen menjaga keamanan negara.
 
NU siap berada di baris terdepan apabila NKRI ini mendapat gangguan dari perongrong Pancasila. Termasuk ancaman terorisme.
“Selama ini gerakan kami tampak diam, karena kami tak mau pamrih dengan negara. Namun kali ini akan kami buktikan bahwa NU selalu bergerak demi agama, bangsa dan negera. Kami akan tunjukkan bahwa NU tidak tinggal diam demi NKRI ini,” kata Muzammil.
Apel Akbar KPNU Jateng
C9hDeXxU0AEXelJ
C9gr8SWUQAAbiP-
 
Pada istighasah kubro Sabtu (15/4/2017) malam, hadir Rois Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Ketua PWNU Jateng Prof Abu Hapsin, Ketua PW Ansor Jateng Ikhwanuddin, dan para Kiai serta aparat keamanan dari Jateng dan DIY.
Mustasyar PBNU KH As’ad Said Aly yang hadir dalam istighasah tersebut mengutarakan, ada kelompok masyarakat yang menuduh pemerintahan Indonesia thoghut (syetan).
“Padahal sesungguhnya merekalah yang thogho (berlebih-lebihan). Sudah mendapat kekuasaan, kesempatan hidup, makan minum di Indonesia, sudah ada negara, pancasila dan NKRI tapi mau ideologi lain, khilafah. Mereka yang jelas-jelas mau mengganti Pancasila dan NKRI hadapi dulu NU,” tegasnya.
C9hDjWZUQAAlbQR
C9hDkh0UIAEXlLt
C9hFXDaV0AAGFrC
 
Pada Minggu (16/4/2017) pagi, ribuan kader penggerak NU itu melakukan apel di Pantai Petanahan. KH As’ad Said Aly menjadi inspektur upacara dalam apel kesetiaan kader penggerak NU ini.
Pengibaran bendera sangsaka merah putih dilakukan oleh para personel Barisan Ansor Serbaguna. Dilanjutkan kirab bendera NU oleh para kader penggerak.
Puluhan ribu massa NU itu juga berikrar manjaga NU, Pancasila dan NKRI diiringi deburan gelombang laut pantai selatan yang menderu.
IMG-20170416-WA0009
C9hFYbGVwAAotZK
C9hFYw8V0AAMh2Q
 
Salah satu kader penggerak NU yang juga Wakil Ketua PC NU Banyumas KH Ahsin Aedi Fanani, yang hadir dalam apel tersebut mengungkapkan rasa bangga, haru, dan semangat menggelora melihat suasana ini.
“Cukup bangga, ternyata warga NU mempunyai semangat dan ghiroh yang luar biasa untuk mempertahankan NU dan NKRI, hebat dan semangat, itu kesannya,” ujarnya mengungkapkan kesan usai mengikuti kegiatan.
Ia juga menyebutkan, di Banyumas terdapat lebih dari 600 kader penggerak NU. Mereka aktif di semua organisasi badan otonom NU, mulai dari Ansor-Banser, Fatayat, IPNU-IPPNU, dan lainnya.
“Maka mari kita perkuat kaderisasi. Kita menjadi kader dan garda terdepan untuk NKRI,” tegasnya.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar