Assalamu'alaikum. Saat anak kami lahir belum aqiqoh karena belum ada dana, lalu setelah dewasa sudah kami aqiqoh dengan niat dalam hati, kambing aqiqoh kami serahkan ke panitia kurban (Idul Adha) di masjid,
saat penyembilhan tukang penyembelih tidak menggunakan doa aqiqoh, tapi dengan doa kurban & lalu daging dibagi ke masyarakat. Pertanyaan :
- Bolehkah aqiqoh dengan cara spt itu?
- bagaimana hukumnya ?
Demikian prtanyaan kami, terima kasih, Mohon segera dijawab.
Wassalamu'alaikum
Assalamu'alaikum w.w.
Apabila hari penyembelikan Qurban bertepatan dengan hari ketujuh kelahiran bayi, apakah mencukupi untuk tujuan aqiqah juga? Bolehkah menggabung Qurban dengan Aqiqah?
Ada dua pendapat ulama tentang masalah tersebut.
Pendapat pertama mengatakan: Qurban juga mencukupi Aqiqah. Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Abu Hanifah dan beberapa ulama seperti Hasan Basri, Ibnu Sirin, Qatadah dan lain-lain.
Ini masalah manggabung dua niat dalam satu ibadah yang sejenis maka sah, seperti seseorang yang masuk ke masjid lalu dia niat sholat tahiyatul masjid dan sunnah rawatib maka sah dan mendapatkan pahala keduanya, begitu juga seorang yang melakukan haji tamattu’ ketika menyembelih dam dia meniatkan qurban, maka dia mendapatkan keduanya. Banyak sekali contohnya.
Pendapat kedua mengatakan tidak sah. Ini pendapat Imam Syafi’I dan Imam Malik. Pendapat kedua ini juga salah satu riwayat dari Imam Ahmad. Alasannya karena keduanya mempunyai tujuan yang berbeda dan sebab yang berbeda, itu mirip dam tamattu’ dan fidyah, maka tidak bisa saling mencukupi dan harus dilaksanakan sendiri-sendiri. Qurban adalah tebusan untuk diri sendiri sedangkan Aqiqah adalah tebusan untuk anak yang lahir, dengan menggabungkannya, akan mengaburkan tujuannya.
Ini berbeda dengan menggabung dua sholat sunnah, karena tahiyatul masjid bukanlah sholat yang menjadi tujuan utama, itu hanya pelengkap masuk masjid sehingga bisa terlaksana bersama dengan sholat lainnya.
Dipersilahkan ikut pendapat yang diyakini. Wallahu a’lam
NIAT QURBAN dan AQIQOH di gabung SEKALIGUS
PERTANYAAN :
Apakah boleh melakukan aqiqah pada hari idul adha? setahu saya, untuk aqiqah di sunah kan untuk membagi nya dalam keadaan sudah matang.. kalau boleh melakukan aqiqah pada hari idul adha, apakah boleh juga membagikan nya bersama2 dengan kurban? mohon penjelasan dari para asatidz :)
JAWABAN :
Menurut Imam Romli satu kambing boleh dan cukup bila di niati untuk aqiqah sekaligus kurban meskipun menurut Imam Ibnu Hajar tidak menganggapnya cukup.
(مسئلة)
لو نوي العقيقة والضحية لم تحصل غير واحد عند حجر ويحصل كل عند رملى اهـ
(كتاب بغية المسترسدى ص ١٥٤ و البجورى ج ٢ ص ٣٠٤ و القليوبي ج ٤ ص ٢٥٥)
(Masalah)
Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya menurut Imam Muhammad Ramli. (Itsmid al-‘Ain Hal 77)
Ibarot senada bisa dilihat di :
Bughyah alMustarsyidin 154
al-Baajuri II/304 dan al-Qalyubi
IV/255
Untuk pembagian daging kurban pada dasarnya harus (wajib) dibagikan berupa daging mentah, karena maksud nya adalah tamlik (memberi milik). Jika kurban itu nadzar, maka wajib semuanya dibagikan pada fakir miskin dan berupa daging mentah. Jika kurbannya hanya sunah (bukan nadzar), maka hrs ada sebagian yg dikasihkan fakir miskin dan diberikan berupa daging mentah. Untuk sisanya boleh dibagikan bkn miskin (kaya) dan boleh dgn sudah matang.
Sedangkan Aqiqah, yg afdlol diberikan dgn wujud masakan, sebab maksud asalnya adalah untuk hidangan. Namun jika diberikan berupa mentah, itu boleh saja.
I'anatutthalibien: Juz: II. hlm. 333
Nambahi 'IBAROT untuk kelengkapan DOKUMEN
ويجب التصدق ولو على فقير واحد بشيء نيئا ولو يسيرا من المتطوع بها والأفضل التصدق بكله إلا لقما يتبرك بأكلها وأن تكون من الكبد وأن لا يأكل فوق ثلاث والتصدق بجلدها وله إطعام أغنياء لا تمليكهم ويسن أن يذبح الرجل بنفسه ( وقوله نيئا ) أي ليتصرف فيه المسكين بما شاء من بيع وغيره فلا يكفي جعله طعاما ودعاء الفقير إليه لأن حقه في تملكه لا في أكله
(إعانة طالبين ج ٢ص ٣٣٣)
I’aanah at-Thoolibiin II/333والتصدق بمطبوخ يبعثه إلى الفقراء أحب من ندائهم إليها ومن التصدق نيئا
( وقوله ومن التصدق نيئا ) أي وأحب من التصدق بها نيئا
(إعانة طالبين ج ٢ص ٣٣٦)
I’aanah at-Thoolibiin II/336.
Hukum Memotong Kuku dan Rambut Bagi Orang Yang Akan Berqurban
Posted on September 14, 2015 by Ustadz Ma'ruf Khozin
Hukum Memotong Kuku Bagu yang Berqurban
Hukum Memotong Kuku dan Rambut Bagi Orang Yang Akan Berqurban
Berikut Pendapat Ahli Hadits Terkemuka, Seorang Huffadz, dan ‘Allamah, yaitu Syekh Imam Nawawi, Pengarang Kitab Hadits Riyadus Shalihin, dan Hadits Arba’in Nawawi. Beliau menjelaskan dalam Syarah Muslim makna dan pemahaman hadits diatas sbb:
الحاشية رقم: 1
قوله صلى الله عليه وسلم
( إذا دخلت العشر وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئا ) وفي رواية : ( فلا يأخذن شعرا ولا يقلمن ظفرا )
?واختلف العلماء فيمن دخلت عليه عشر ذي الحجة وأراد أن يضحي ، فقال سعيد بن المسيب ، وربيعة ، وأحمد ، وإسحاق ، وداود وبعض أصحاب الشافعي : إنه يحرم عليه أخذ شيء من شعره وأظفاره حتى يضحي في وقت الأضحية ، وقال الشافعي وأصحابه :? هو مكروه كراهة تنزيه ?وليس بحرام ، وقال أبو حنيفة : ?لا يكره ، وقال مالك في رواية : ?لا يكره ، وفي رواية : يكره ، وفي رواية : يحرم في التطوع دون الواجب ، واحتج من حرم بهذه الأحاديث ، واحتج الشافعي والآخرون بحديث عائشة – رضي الله عنها – ” قالت :
كنت أفتل قلائد هدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم يقلده ، ويبعث به ولا يحرم عليه شيء أحله الله حتى ينحر هديه ” رواه البخاري ومسلم
قال الشافعي : البعث بالهدي أكثر من إرادة التضحية ، فدل على أنه ? لا يحرم ذلك وحمل أحاديث النهي ? على كراهة التنزي
قال أصحابنا : والمراد بالنهي عن أخذ الظفر والشعر النهي عن إزالة الظفر بقلم أو كسر أو غيره ، والمنع من إزالة الشعر بحلق أو تقصير أو نتف أو إحراق أو أخذه بنورة أو غير ذلك ، وسواء شعر الإبط والشارب [ ص: 120 ] والعانة والرأس ، وغير ذلك من شعور بدنه ، قال إبراهيم المروزي وغيره من أصحابنا : حكم أجزاء البدن كلها حكم الشعر والظفر ، ودليله الرواية السابقة : ( فلا يمس من شعره وبشره شيئا ) قال أصحابنا : والحكمة في النهي أن يبقى كامل الأجزاء ليعتق من النار ، وقيل : التشبه بالمحرم ، قال أصحابنا : هذا غلط ؛ لأنه لا يعتزل النساء ولا يترك الطيب واللباس وغير ذلك مما يتركه المحرم .
Artinya : “ Sabda Rasulullah SAW:” “Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzul Hijjah), sedangkan ia memiliki hewan kurban yang hendak dikurbankan, maka jangan sekali-kali ia mencukur rambut atau memotong kuku.” Dan dalam satu riwayat :” hendaknya ia tidak mencukur rambut dan tidak memotong kuku terlebih dahulu.”
Pendapat Ulama
Dalam hal ini, para Ulama berbeda pendapat tentang orang yang memasuki tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan ingin berkurban.
Sa’id bin Musayyab , Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian kecil dari sahabat-sahabat Imam Syafi’I berpendapat : Hukumnya Haram memotong sesuatu dari rambut dan kukunya sehingga datang waktu berkurban.
•) Imam As Syafi’I sendiri dan mayoritas Sahabat2nya berpendapat hal itu hukumnya dimakruhkan dengan makruh tanjih tidak sampai pada batas hukum haram.
•) Abu Hanifah berpendapat tidak makruh.
•)mam Malik dalam salah satu riwayat berpendapat tidak makruh. Tetapi dalam riwayat lain berpendapat makruh. Dan dalam salah satu riwayat lain berpendapat haram namun dalam hal Qurban sunnah dan tidak haram dalam qurban wajib.
Imam As Syafi’I dan yang lainnya berargumentasi dengan Hadis ‘Aisyah RA beliau berkata : Aisyah radliallahu ‘anha berkata:
“Aku mengikatkan tali pada hewan qurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengikatnya kembali dengan tangan Beliau lalu mengirimnya . Maka sejak itu tidak ada yang diharamkan lagi bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari apa-apa yang Allah halalkan hingga hewan qurban disembelih” diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
As Syafi’I berkata : Mengirim hewan Qurban lebih banyak dari pada ingin berqurban, maka ini menunjukan bahwa hal itu tidak diharamkan dan hadis-hadis tentang larangan diatas itu membawa pengertian hukum makruh tanzih.
Sahabat-sahabat kami ( As Syafi’i) berkata : Yang dikehendaki dengan larangan mengambil kuku dan rambut yaitu larangan memotong kuku atau membelah atau dengan cara lainyya, dan larangan menghilangkan rambut adalah menghilangkan rambut dengan cara cukur, memotong, mencabut, membakar, mengambilnya dengan kapur atau dengan cara yang lainnya. Apakah itu rambut ketiak, jenggot, Rambut kemaluan, Kepala dan rambut-rambut lain yang terdapat di badan.”
Sahabat-sahabat kami, Ibrahim Al Marjawi dan yang lainnya berkata : hukum seluruh angota badan adalah hukumnya rambut dan kuku, dan dalilnya adalah riwayat diatas : “ lalu hendaknya ia tidak menyentuhkan sesuatupun akan rambut dan kulit.”
Sahabat-sahabat dari kalangan Madzhab Syafii berkata : “hikmah dalam larangan itu adalah supaya semua anggota badan tetap dibebaskan dari Neraka, dan ada yg mengatakan :
“ karena serupa dengan orang yang sedang ihram.”
Tapi pendapat terakhir ini salah (karena orang yang berkurban) tidak perlu menghindari istri, tidak perlu meninggalkan wewangian, pakaian dan yang lainnya berupa larangan-larangan ihram.”
Sumber:
Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Juz 7, Daarul Kutub, Bab Udhiyyah.
KEMAKRUHAN MEMOTONG KUKU BAGI ORANG YANG HENDAK BERQURBAN PADA SEPULUH HARI PERTAMA DZULHIJJAH
PERTANYAAN :
assalamualikum wr.wb
para ustadz yang saya hormati. saya mau tanya apakah orang yang mau berqurban tdk boleh memotong kuku dan rambut sampai mulai tgl 1 s/d 10 dzulhijah?
suwun atas jawabanya
JAWABAN :
Makruh tanzih, dalam arti tidak makruh jika orang tsb tidak hendak berkurban.
باب الأضحية هي سنة مؤكدة يندب لمن ارادها ان لا يحلق شعره ولا يقلم ظفره فى عشر ذى الحجة حتى يضحى فان ازال شيأ من ذالك كره كراهة تنزيه
Bab Qurban. Qurban itu sunnah muakkadah. Disunnahkan bagi yang hendak berkurban untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku di 10 hari pertama dzulhijjah sampai dengan ia memotong qurbannya. Apabila ia menghilangkan sesuatu dari rambut atau kukunya maka makruh tanzih. Anwarul Masalik
bukan hanya sebatas kuku dan rambut, tetapi juga bagian tubuh yang lain tangan, gigi ,kumis, janggut dll.
Adapun hikmah dibalik itu semua adalah agar semuanya mendapatkan ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketentuan ini berlaku baik untuk qurban sendiri atau qurban hadiah
و يكره) لمريد التضحية عن نفسه او اهداء شئ من النعم (ان يزيل شيئا من شعره او غيره) كظفره و سائر اجزائه الظاهرة الا الدم على خلاف فيه (فى عشر ذى الحجة) و ما بعدها من ايام التشريق ان لم يضح يوم العيد (حتى يضحى) للامر بالامساك عن ذلك في خبر مسلم. و حكمته شمول المغفرة و العتق من النار لجميعه لا التشبه بالمحرمين و الا لكره نحو الطيب و قيل يحرم مالم يحتاج اليه و عليه احمد فان احتاج فقد يجب كقطع يد سارق و ختان بالغ و قد يسن كختان صبي و قد يباح كقطع سن وجعة
بشرى الكريم ٢/١٢٨
Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarah Muslim:
الحاشية رقم: 1
قوله صلى الله عليه وسلم : ( إذا دخلت العشر وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره وبشره شيئا ) وفي رواية : ( فلا يأخذن شعرا ولا يقلمن ظفرا ) واختلف العلماء فيمن دخلت عليه عشر ذي الحجة وأراد أن يضحي ، فقال سعيد بن المسيب ، وربيعة ، وأحمد ، وإسحاق ، وداود وبعض أصحاب الشافعي : إنه يحرم عليه أخذ شيء من شعره وأظفاره حتى يضحي في وقت الأضحية ، وقال الشافعي وأصحابه : هو مكروه كراهة تنزيه وليس بحرام ، وقال أبو حنيفة : لا يكره ، وقال مالك في رواية : لا يكره ، وفي رواية : يكره ، وفي رواية : يحرم في التطوع دون الواجب ، واحتج من حرم بهذه الأحاديث ، واحتج الشافعي والآخرون بحديث عائشة – رضي الله عنها – ” قالت : كنت أفتل قلائد هدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم يقلده ، ويبعث به ولا يحرم عليه شيء أحله الله حتى ينحر هديه ” رواه البخاري ومسل
قال الشافعي : البعث بالهدي أكثر من إرادة التضحية ، فدل على أنه لا يحرم ذلك وحمل أحاديث النهي على كراهة التنزي
قال أصحابنا : والمراد بالنهي عن أخذ الظفر والشعر النهي عن إزالة الظفر بقلم أو كسر أو غيره ، والمنع من إزالة الشعر بحلق أو تقصير أو نتف أو إحراق أو أخذه بنورة أو غير ذلك ، وسواء شعر الإبط والشارب [ ص: 120 ] والعانة والرأس ، وغير ذلك من شعور بدنه ، قال إبراهيم المروزي وغيره من أصحابنا : حكم أجزاء البدن كلها حكم الشعر والظفر ، ودليله الرواية السابقة : ( فلا يمس من شعره وبشره شيئا ) قال أصحابنا : والحكمة في النهي أن يبقى كامل الأجزاء ليعتق من النار ، وقيل : التشبه بالمحرم ، قال أصحابنا : هذا غلط ؛ لأنه لا يعتزل النساء ولا يترك الطيب واللباس وغير ذلك مما يتركه المحر (امام نووى فى شرح مسلم)
Artinya : “ Sabda Rasulullah SAW:” “Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzul Hijjah), sedangkan ia memiliki hewan kurban yang hendak dikurbankan, maka jangan sekali-kali ia mencukur rambut atau memotong kuku.” Dan dalam satu riwayat :” hendaknya ia tidak mencukur rambut dan tidak memotong kuku terlebih dahulu.”
Para Ulama berbeda pendapat tentang orang yang memasuki tanggal 10 bulan Dzulhijjah dan ingin berkurban. Sa’id bin Musayyab , Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud dan sebagian sahabat-sahabat Syafi’I berpendapat : Haram atasnya sesuatu dari rambut dan kukunya sehingga datang waktu berkurban.
As Syafi’I dan Sahabat-sahabatnya berpendapat hal itu dimakruhkan dengan makruh tanjih tidak sampai haram.
Abu Hanifah berpendapat tidak makruh.
Imam Malik dalam salah satu riwayat berpendapat tidak makruh. Tetapi dalam riwayat lain berpendapat makruh. Dan dalam salah satu riwayat berpendapat haram dalam Qurban sunnah dan tidak haram dalam qurban wajib.
As Syafi’I dan yang lainnya berargumentasi dengan Hadis ‘Aisyah RA beliau berkata : Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Aku mengikatkan tali pada hewan qurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengikatnya kembali dengan tangan Beliau lalu mengirimnya . Maka sejak itu tidak ada yang diharamkan lagi bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari apa-apa yang Allah halalkan hingga hewan qurban disembelih” diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
As Syafi’I berkata : Mengirim hewan Qurban lebih banyak dari pada ingin berqurban, maka ini menunjukan bahwa hal itu tidak diharamkan dan hadis-hadis larangan membawa pengertian makruh tanjih.
Sahabat-sahabat kami ( As Syafi’i) berkata : Yang dikehendaki dengan larangan mengambil kuku dan rambut yaitu larangan memotong kuku atau membelah atau dengan cara lainyya, dan larangan menghilangkan rambut adalah menghilangkan rambut dengan cara cukur, memotong, mencabut, membakar, mengambilnya dengan kapur atau dengan cara yang lainnya. Apakah itu rambut ketiak, jenggot, Rambut kemaluan, Kepala dan rambut-rambut lain yang terdapat di badan.”
Sahbt-sahabat kami, Ibrahim Al Marjawi dan yang lainyya berkata : hukum seluruh angota badan adalah hukumnya rambut dan kuku, dan dalilnya dalah riwayat yang telah : “ lalu hendaknya ia tidak menyentuhkan sesuatupun akan rambut dan kulit.”
Sahabat-sahabatku berkata : “hikmah dalam larangan itu adalah supaya semua anggota badan tetap dibebaskan dari Neraka, dan dikatakan : “ serupa dengan orang yang ihram.” Sahabat-sahabatku berkata : pendapat ini salah (karena orang yang berkurban) tidak menghindari istri, tidak meninggalkan wewangian, pakaian dan yang lainnya berupa laranga-larangan ihram.
sumber : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=53&ID=930&idfrom=5898&idto=5963&bookid=53&startno=32
Link Asal >>
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/485472028142277/
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar