Dinukil dari kitab Risalatul Qusyairiyah
بَاب الفراسة
قَالَ اللَّه تَعَالَى: {إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ}
[الحجر: 75]
قيل: للمتفرسين.
Bab firasat
Allah ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda"
(QS Al-Hijr 75)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ تَعَالَى.
dari abi sa'id berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
"Takutlah kalian dengan firasat orang mukmin karena mereka melihat dengan cahaya Allah".
قَالَ الأستاذ: الفراسة خاطر يهجم عَلَى القلب فينفى مَا يضاده وَلَهُ عَلَى القلب حكم اشتقاقا من فريسة السبع وليس فِي مقابلة الفراسة مجوزات للنفس وَهِيَ عَلَى حسب قوة الإيمان فَكُل من كَانَ أقوى إيمانا كن أحد فراسة
Ustadz Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata,
"Firasat adalah suara bathin yang masuk ke dalam hati dan meniadakan kontradiksi. Setiap suara hati memiliki nilai hukum yang menguasai hati.
Kata firasat merupakan pecahan dari kata farasa yang mengandung makna menerkam atau memburu.
Farisah as-sabu'u memiliki makna terkaman binatang buas. Akan tetapi makna pembandingnya tidak bisa diartikan dalam konteks hati secara apa adanya. Keberadaannya mengukuti kualitas iman. Setiap orang yang imannya lebih kuat, pasti firasatnya lebih tajam."
وَقَالَ أَبُو سَعِيد الخراز: من نظر بنور الفراسة نظر بنور الحق وتكون مواد علمه من الحق بلا سهو.
ولا غفلة بَل حكم حق جرى عَلَى لسان عَبْد.
وقوله: نظر بنور الحق يعنى بنور خصه بِهِ الحق سبحانه.
Abu Said Al-Kharaz mengatakan,
"Barang siapa melihat dengan cahaya firasat berarti dia memandang dengan cahaya Al-Haq. Sumber ilmu yang dipakai memandang berasal dari Al-Haq. Dia dapat melihat dengan tanpa lupa dan lalai. bahkan Hukum kebenaran Tuhan mengiringi gerakan lidah seorang hamba.
Ucapanya yang menyatakan dia memandang dengan cahaya Al-Haq artinya melihat dengan cahaya yang dikhususkan Alloh kepadanya."
وَقَالَ الواسطي: إِن الفراسة سواطع أنوار لمعت فِي القلوب وتمكين معرفة حملت السرائر فِي الغيوب من غيب إِلَى غيب حَتَّى يشهد الأشياء من حيث أشهده الحق سبحانه إياها فيتكلم عَلَى ضمير الخلق.
Muhammad Al-Washiti mengatakan,
"firasat adalah pancaran cahaya yang memancar ke dalam hati, dominasi ma'rifat yang membawa rahasia-rahasia ke dalam hati, dari sesuatu yang gaib menuju yang gaib sehingga dia mampu melihat sesuatu menurut sisi mana Tuhan memandang. Dia bisa berbicara dengan hati makhluk."
الكتاني يَقُول الفراسة مكاشفة اليقين ومعاينة الغيب وَهِيَ من مقامات الإيمان.
وقيل: كَانَ الشَّافِعِي ومحمد بْن الْحَسَن رحمهما اللَّه تَعَالَى فِي الْمَسْجِد الحرام فدخل رجل فَقَالَ مُحَمَّد بْن الْحَسَن: أتفرس أَنَّهُ نجار، وَقَالَ الشَّافِعِي: أتفرس أَنَّهُ حداد فسألاه فَقَالَ: كنت قبل هَذَا حدادا والساعة أنجر
Muhammad Al-Kattani mengatakan,
"Firasat adalah ketersingkapan keyakinan, kemampuan melihat ghaib, dan dia merupakan bagian dari derajat iman."
Dikatakan, Imam Syafi'i dan Muhammad bin Hasan berada di Masjidil Haram. Kemudian seorang pria memasuki masjid. Muhammad bin Hasan mengatakan, "Menurut firasatku dia adalah tukang kayu.' Namun Imam Syafi'i megatakan, "Menurutku dia adalah seorang tukang besi."
Keduanya lantas mendatangi orang tesebut dan menanyakan statusnya. Lelaki itu menjawab, "Saya sebelum tahun ini memang tukang besi, tetapi sekarang saya bekerja dalam perkayuan".
وقيل: كَانَ أَبُو القاسم المنادي مريضا وَكَانَ كبير الشأن من مشايخ نيسابور فعاده
أَبُو الْحَسَنِ البوشنجي , والحسن الحداد , واشتريا بنصف درهم تفاحا فِي الطريق نسيئة وحملاه إِلَيْهِ فلما قعدا قَالَ أَبُو القاسم: مَا هذه الظلمة فخرجا وَقَالا: إيش فعلنا؟ وتفكرا فقالا: لعلنا لَمْ نؤد ثمن التفاح فأعطيا الثمن وعادا إِلَيْهِ فلما وقع بصره عليهما قَالَ: يمكن الإِنْسَان أَن يخرج من الظلمة بِهَذِهِ السرعة أخبراني عَن شأنكما فذكرا لَهُ القصة فَقَالَ: نعم كَانَ يعتمد كُل واحد منكما عَلَى صاحبه فِي إعطاء الثمن والرجل يستحي منكما فِي التقاضي فكان يتقي التبعة وأنا السبب إِنَّمَا رأيت ذَلِكَ فيكما
dan dikatakan , Abul Qasim Al-Munadi, seorang ulama sufi dari Naisabur terbesar di zamannya menderita sakit. Banyak ulama yang menjenguknya, diantaranya Abul Hasan Al-Busanji dan Hasan Al-Hadad. Sebelum tiba ditempat tujuan, keduanya sempat membeli beberapa buah apel di tengah jalan secara kredit. Keduanya kemudian membawanya kepada Abul Qasim. Ketika kedua tamu ini masuk dan duduk di sisi pembaringan. Abul Qasim berkata, " Kenapa suasana menjadi gelap ?"
Kedua tamu itu terkejut. Seolah-olah ucapan itu ditujukan kepada mereka berdua. Keduanya gelisah dan kemudian mereka keluar dan bergumam, "Apa yang telah kita perbuat ?" Keduanya mencoba berfirir.
"Barangkali kita belum membayar penuh harga apel," Kata mereka. Keduanya lantas pergi ke tempat penjual apel dan melunasi pembayarannya, kemudian kembali ke rumah Abul Qasim. Ketika pandangan beliau jatuh kepada mereka berdua, maka beliau bergumam, "Mungkinkah secepat ini kegelapan yang menyelimuti seseorang keluar darinya. Kabarkan pada saya ada apa yang terjadi pada kalian ."
Keduanya pun menuturkan kisah tentang apel, tentang harga dan tentang pemenuhan janjinya. Ulama itu diam mendengarkan. Beliau menemukan penyebab kegelapan ruang tidurnya.
"Memang benar seseorang dari kalian terlalu percaya pada temannya untuk tidak membayar penuh harga apel. Dia percaya dengan kebaikan penjual apel, sementara penjual apel itu malu untuk tidak memenuhi tawarannya. Dia sungkan dan takut berperkara karena sadar bahwa yang dihadapinya adalah ulama. Dia takut menagih. Sedangkan saya adalah penyebab utama. Engkau datang dengan membawa apel karna saya. Itulah yang saya lihat pada diri kalian."
سمعت الشيخ أبا عَبْد الرَّحْمَنِ السلمي يَقُول: سمعت جدى أبا عَمْرو بْن نجيد يَقُول: كَانَ شاه الكرماني حاد الفراسة لا يخطئ وَيَقُول: من غض بصره عَنِ المحار
وأمسك نَفْسه عَنِ الشهوات وعمر باطنه بدوام المراقبة وظاهره باتباع السنة وتعود أكل الحلال لَمْ تخطئ فراسته
Saya mendengar syeh abdurrahman as sulami berkata, saya mendengar kakekku aba amr bin nujaid berkata :
" Syah AL-Kirmani seorang ulama yang terkenal memiliki ketajaman firasat mengatakan,
"Barang siapa yang mengatupkan pandangannya dari sesuatu yang haram, mencegah dirinya dari syahwat, menetapi bathinnya dengan keabadian perasaan diawasi Alloh, meneguhkan zahirnya untuk tetap mengikuti sunah RasuluLloh , dan membiasakan makan halal, maka firasatnya tidak mungkin salah".
وَقَالَ أَحْمَد بْن عَاصِم الأنطاكي: إِذَا جالستم أهل الصدق فجالسوهم بالصدق فإنهم جواسيس القلوب يدخلون فِي قلوبكم ويخرجون منها من حيث لا تحسون.
Ahmad bin Ashim Al-Anthaki mengatakan, "Jika kalian duduk bersama-sama orang yang ahli kebenaran, maka duduklah dengan kebenaran karena mereka adalah para mata-mata (spionase) hati. Mereka dapat memasuki hati kalian dan keluar dari hati kalian tanpa kalian sadari."
وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاس بْن مسروق: دخلت عَلَى شيخ من أَصْحَابنا أدعوه فوجدته عَلَى حال رثة فَقُلْتُ فِي نفسي: من أين يرتزق هَذَا الشيخ فَقَالَ: يا أبا الْعَبَّاس دع عَنْك هذه الخواطر الدنيئة فَإِن لِلَّهِ ألطافا خفية.
ويحكى عَنِ الزبيدي قَالَ: كنت فِي مَسْجِد ببغداد مَعَ جَمَاعَة من الفقراء فلم يفتح عَلَيْنَا بشيء أياما فأتيت الخواص لأسأله شَيْئًا فلما وقع بصره عَلَى قَالَ: الحاجة الَّتِي جئت لأجلها يعلمها اللَّه تَعَالَى أم لا فَقُلْتُ: بلى فَقَالَ: اسكت ولا تبدها لمخلوق فرجعت وَلَمْ ألبث إلا قليلا حَتَّى فتح عَلَيْنَا بِمَا فَوْقَ الكفاية
Abul abbas bin Masruq mengatakan,
"Saya memasuki rumah seorang laki-laki yang sudah lanjut usia. Dia adalah satu diantara kawan-kawan kami. Saya memangilnya tetapi tidak mendapat sahutan. Sayapun masuk ke dalam dan mendapatinya dalam keadaan setengah lemah. Saya bergumam dalam hati,
"Dari mana dia mendapat pertolongan, sementara dia adalah orang yang sudah sangat tua ?"
Tiba-tiba dia menyahut, "Hai Abul Abas, tinggalkan bisikan hatimu yang busuk itu. Sesungguhnya bagi Alloh ada kelembutan yang sangat samar."
dikisahkan dari Az-Zubaidi mengatakan,
"Saya bersama sekumpulan orang fakir tinggal beberapa lama di masjid Baghdad. Dalam beberapa hari kami tidak mengkonsumsi apa-apa. Sayapun mendatangi Ibrahim AL-Khawash untuk meminta sesuatu. Ketika pandangannya mengarah kepada saya, dia menyindir,' Kebutuhan yang menyebabkan engkau datang kepada saya karenanya, apakah Alloh mengetahuinya atau tidak ?'
"Ya." jawabku.
'Kalau begitu diamlah dan jangan menampakkannya pada makhluk.'
Saya akhirnya kembali ke Masjid dan berkumpul dengan orang-orang fakir. Kami diam, pasrah di hadapan Alloh dan tidak berapa lama, kami dibukakan rizki yang melebihi dari cukup."
وقيل: خرج أَبُو عَبْد اللَّهِ التروغندي وَكَانَ كبير الوقت إِلَى طوس فلما بلغ خرو وَقَالَ لصاحبه اشتر الخبز فاشترى مَا يكفيهما فَقَالَ: اشتر أَكْثَر فاشترى صاحبه مَا يكفى عشرة أنفس تعمدا فكأنه لَمْ يجعل لقول ذَلِكَ الشيخ تحقيقا قَالَ فلما صعدنا إِلَى الجبل إِذَا بجماعة قيدتهم اللصوص لَمْ يأكلوا منذ مدة فسألونا الطعام فَقَالَ: قدم إليهم السفرة
dikatakan, Abu Abdillah At-Turghandi seorang ulama besar di zamannya pergi ke kota Thus dan ketika sampai di daerah Kharwa, dia berkata kepada muridnya, "Belilah roti".
dia pun berangkat dan tidak lama kemudian kembali dengan membawa roti yang cukup dimakan untuk dua orang.
"Belilah yang lebih banyak" pinta At-Turghandi
Murid itupun berangkat dan membeli roti yang sekiranya cukup dimakan oleh sepuluh orang.dia memang sengaja membeli lebih, tetapi tidak tahu apa maksudnya. Dia hanya berfikir bahwa perintah ini adalah perintah yang terakhir.
Ketika keduanya melanjutkan perjalanan dan naik ke atas gunung, mereka dikejutkan oleh sekumpulan orng-orang yang ditawan para penyamun. Kaki dan tangan para tawanan itu dalam keadaan terikat. Kondisi mereka sangat tragis dan sudah beberapa hari tidak makan. Mereka meminta makanan kepada kedua orang tersebut.
"berikan makanan kepada mereka " kata At-Turghandi
wallohu a'lam.
الرسالة القشيرية
عبد الكريم بن هوازن القشيري
بَاب الفراسة
قَالَ اللَّه تَعَالَى: {إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ}
[الحجر: 75]
قيل: للمتفرسين.
Bab firasat
Allah ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda"
(QS Al-Hijr 75)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ تَعَالَى.
dari abi sa'id berkata, Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
"Takutlah kalian dengan firasat orang mukmin karena mereka melihat dengan cahaya Allah".
قَالَ الأستاذ: الفراسة خاطر يهجم عَلَى القلب فينفى مَا يضاده وَلَهُ عَلَى القلب حكم اشتقاقا من فريسة السبع وليس فِي مقابلة الفراسة مجوزات للنفس وَهِيَ عَلَى حسب قوة الإيمان فَكُل من كَانَ أقوى إيمانا كن أحد فراسة
Ustadz Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata,
"Firasat adalah suara bathin yang masuk ke dalam hati dan meniadakan kontradiksi. Setiap suara hati memiliki nilai hukum yang menguasai hati.
Kata firasat merupakan pecahan dari kata farasa yang mengandung makna menerkam atau memburu.
Farisah as-sabu'u memiliki makna terkaman binatang buas. Akan tetapi makna pembandingnya tidak bisa diartikan dalam konteks hati secara apa adanya. Keberadaannya mengukuti kualitas iman. Setiap orang yang imannya lebih kuat, pasti firasatnya lebih tajam."
وَقَالَ أَبُو سَعِيد الخراز: من نظر بنور الفراسة نظر بنور الحق وتكون مواد علمه من الحق بلا سهو.
ولا غفلة بَل حكم حق جرى عَلَى لسان عَبْد.
وقوله: نظر بنور الحق يعنى بنور خصه بِهِ الحق سبحانه.
Abu Said Al-Kharaz mengatakan,
"Barang siapa melihat dengan cahaya firasat berarti dia memandang dengan cahaya Al-Haq. Sumber ilmu yang dipakai memandang berasal dari Al-Haq. Dia dapat melihat dengan tanpa lupa dan lalai. bahkan Hukum kebenaran Tuhan mengiringi gerakan lidah seorang hamba.
Ucapanya yang menyatakan dia memandang dengan cahaya Al-Haq artinya melihat dengan cahaya yang dikhususkan Alloh kepadanya."
وَقَالَ الواسطي: إِن الفراسة سواطع أنوار لمعت فِي القلوب وتمكين معرفة حملت السرائر فِي الغيوب من غيب إِلَى غيب حَتَّى يشهد الأشياء من حيث أشهده الحق سبحانه إياها فيتكلم عَلَى ضمير الخلق.
Muhammad Al-Washiti mengatakan,
"firasat adalah pancaran cahaya yang memancar ke dalam hati, dominasi ma'rifat yang membawa rahasia-rahasia ke dalam hati, dari sesuatu yang gaib menuju yang gaib sehingga dia mampu melihat sesuatu menurut sisi mana Tuhan memandang. Dia bisa berbicara dengan hati makhluk."
الكتاني يَقُول الفراسة مكاشفة اليقين ومعاينة الغيب وَهِيَ من مقامات الإيمان.
وقيل: كَانَ الشَّافِعِي ومحمد بْن الْحَسَن رحمهما اللَّه تَعَالَى فِي الْمَسْجِد الحرام فدخل رجل فَقَالَ مُحَمَّد بْن الْحَسَن: أتفرس أَنَّهُ نجار، وَقَالَ الشَّافِعِي: أتفرس أَنَّهُ حداد فسألاه فَقَالَ: كنت قبل هَذَا حدادا والساعة أنجر
Muhammad Al-Kattani mengatakan,
"Firasat adalah ketersingkapan keyakinan, kemampuan melihat ghaib, dan dia merupakan bagian dari derajat iman."
Dikatakan, Imam Syafi'i dan Muhammad bin Hasan berada di Masjidil Haram. Kemudian seorang pria memasuki masjid. Muhammad bin Hasan mengatakan, "Menurut firasatku dia adalah tukang kayu.' Namun Imam Syafi'i megatakan, "Menurutku dia adalah seorang tukang besi."
Keduanya lantas mendatangi orang tesebut dan menanyakan statusnya. Lelaki itu menjawab, "Saya sebelum tahun ini memang tukang besi, tetapi sekarang saya bekerja dalam perkayuan".
وقيل: كَانَ أَبُو القاسم المنادي مريضا وَكَانَ كبير الشأن من مشايخ نيسابور فعاده
أَبُو الْحَسَنِ البوشنجي , والحسن الحداد , واشتريا بنصف درهم تفاحا فِي الطريق نسيئة وحملاه إِلَيْهِ فلما قعدا قَالَ أَبُو القاسم: مَا هذه الظلمة فخرجا وَقَالا: إيش فعلنا؟ وتفكرا فقالا: لعلنا لَمْ نؤد ثمن التفاح فأعطيا الثمن وعادا إِلَيْهِ فلما وقع بصره عليهما قَالَ: يمكن الإِنْسَان أَن يخرج من الظلمة بِهَذِهِ السرعة أخبراني عَن شأنكما فذكرا لَهُ القصة فَقَالَ: نعم كَانَ يعتمد كُل واحد منكما عَلَى صاحبه فِي إعطاء الثمن والرجل يستحي منكما فِي التقاضي فكان يتقي التبعة وأنا السبب إِنَّمَا رأيت ذَلِكَ فيكما
dan dikatakan , Abul Qasim Al-Munadi, seorang ulama sufi dari Naisabur terbesar di zamannya menderita sakit. Banyak ulama yang menjenguknya, diantaranya Abul Hasan Al-Busanji dan Hasan Al-Hadad. Sebelum tiba ditempat tujuan, keduanya sempat membeli beberapa buah apel di tengah jalan secara kredit. Keduanya kemudian membawanya kepada Abul Qasim. Ketika kedua tamu ini masuk dan duduk di sisi pembaringan. Abul Qasim berkata, " Kenapa suasana menjadi gelap ?"
Kedua tamu itu terkejut. Seolah-olah ucapan itu ditujukan kepada mereka berdua. Keduanya gelisah dan kemudian mereka keluar dan bergumam, "Apa yang telah kita perbuat ?" Keduanya mencoba berfirir.
"Barangkali kita belum membayar penuh harga apel," Kata mereka. Keduanya lantas pergi ke tempat penjual apel dan melunasi pembayarannya, kemudian kembali ke rumah Abul Qasim. Ketika pandangan beliau jatuh kepada mereka berdua, maka beliau bergumam, "Mungkinkah secepat ini kegelapan yang menyelimuti seseorang keluar darinya. Kabarkan pada saya ada apa yang terjadi pada kalian ."
Keduanya pun menuturkan kisah tentang apel, tentang harga dan tentang pemenuhan janjinya. Ulama itu diam mendengarkan. Beliau menemukan penyebab kegelapan ruang tidurnya.
"Memang benar seseorang dari kalian terlalu percaya pada temannya untuk tidak membayar penuh harga apel. Dia percaya dengan kebaikan penjual apel, sementara penjual apel itu malu untuk tidak memenuhi tawarannya. Dia sungkan dan takut berperkara karena sadar bahwa yang dihadapinya adalah ulama. Dia takut menagih. Sedangkan saya adalah penyebab utama. Engkau datang dengan membawa apel karna saya. Itulah yang saya lihat pada diri kalian."
سمعت الشيخ أبا عَبْد الرَّحْمَنِ السلمي يَقُول: سمعت جدى أبا عَمْرو بْن نجيد يَقُول: كَانَ شاه الكرماني حاد الفراسة لا يخطئ وَيَقُول: من غض بصره عَنِ المحار
وأمسك نَفْسه عَنِ الشهوات وعمر باطنه بدوام المراقبة وظاهره باتباع السنة وتعود أكل الحلال لَمْ تخطئ فراسته
Saya mendengar syeh abdurrahman as sulami berkata, saya mendengar kakekku aba amr bin nujaid berkata :
" Syah AL-Kirmani seorang ulama yang terkenal memiliki ketajaman firasat mengatakan,
"Barang siapa yang mengatupkan pandangannya dari sesuatu yang haram, mencegah dirinya dari syahwat, menetapi bathinnya dengan keabadian perasaan diawasi Alloh, meneguhkan zahirnya untuk tetap mengikuti sunah RasuluLloh , dan membiasakan makan halal, maka firasatnya tidak mungkin salah".
وَقَالَ أَحْمَد بْن عَاصِم الأنطاكي: إِذَا جالستم أهل الصدق فجالسوهم بالصدق فإنهم جواسيس القلوب يدخلون فِي قلوبكم ويخرجون منها من حيث لا تحسون.
Ahmad bin Ashim Al-Anthaki mengatakan, "Jika kalian duduk bersama-sama orang yang ahli kebenaran, maka duduklah dengan kebenaran karena mereka adalah para mata-mata (spionase) hati. Mereka dapat memasuki hati kalian dan keluar dari hati kalian tanpa kalian sadari."
وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاس بْن مسروق: دخلت عَلَى شيخ من أَصْحَابنا أدعوه فوجدته عَلَى حال رثة فَقُلْتُ فِي نفسي: من أين يرتزق هَذَا الشيخ فَقَالَ: يا أبا الْعَبَّاس دع عَنْك هذه الخواطر الدنيئة فَإِن لِلَّهِ ألطافا خفية.
ويحكى عَنِ الزبيدي قَالَ: كنت فِي مَسْجِد ببغداد مَعَ جَمَاعَة من الفقراء فلم يفتح عَلَيْنَا بشيء أياما فأتيت الخواص لأسأله شَيْئًا فلما وقع بصره عَلَى قَالَ: الحاجة الَّتِي جئت لأجلها يعلمها اللَّه تَعَالَى أم لا فَقُلْتُ: بلى فَقَالَ: اسكت ولا تبدها لمخلوق فرجعت وَلَمْ ألبث إلا قليلا حَتَّى فتح عَلَيْنَا بِمَا فَوْقَ الكفاية
Abul abbas bin Masruq mengatakan,
"Saya memasuki rumah seorang laki-laki yang sudah lanjut usia. Dia adalah satu diantara kawan-kawan kami. Saya memangilnya tetapi tidak mendapat sahutan. Sayapun masuk ke dalam dan mendapatinya dalam keadaan setengah lemah. Saya bergumam dalam hati,
"Dari mana dia mendapat pertolongan, sementara dia adalah orang yang sudah sangat tua ?"
Tiba-tiba dia menyahut, "Hai Abul Abas, tinggalkan bisikan hatimu yang busuk itu. Sesungguhnya bagi Alloh ada kelembutan yang sangat samar."
dikisahkan dari Az-Zubaidi mengatakan,
"Saya bersama sekumpulan orang fakir tinggal beberapa lama di masjid Baghdad. Dalam beberapa hari kami tidak mengkonsumsi apa-apa. Sayapun mendatangi Ibrahim AL-Khawash untuk meminta sesuatu. Ketika pandangannya mengarah kepada saya, dia menyindir,' Kebutuhan yang menyebabkan engkau datang kepada saya karenanya, apakah Alloh mengetahuinya atau tidak ?'
"Ya." jawabku.
'Kalau begitu diamlah dan jangan menampakkannya pada makhluk.'
Saya akhirnya kembali ke Masjid dan berkumpul dengan orang-orang fakir. Kami diam, pasrah di hadapan Alloh dan tidak berapa lama, kami dibukakan rizki yang melebihi dari cukup."
وقيل: خرج أَبُو عَبْد اللَّهِ التروغندي وَكَانَ كبير الوقت إِلَى طوس فلما بلغ خرو وَقَالَ لصاحبه اشتر الخبز فاشترى مَا يكفيهما فَقَالَ: اشتر أَكْثَر فاشترى صاحبه مَا يكفى عشرة أنفس تعمدا فكأنه لَمْ يجعل لقول ذَلِكَ الشيخ تحقيقا قَالَ فلما صعدنا إِلَى الجبل إِذَا بجماعة قيدتهم اللصوص لَمْ يأكلوا منذ مدة فسألونا الطعام فَقَالَ: قدم إليهم السفرة
dikatakan, Abu Abdillah At-Turghandi seorang ulama besar di zamannya pergi ke kota Thus dan ketika sampai di daerah Kharwa, dia berkata kepada muridnya, "Belilah roti".
dia pun berangkat dan tidak lama kemudian kembali dengan membawa roti yang cukup dimakan untuk dua orang.
"Belilah yang lebih banyak" pinta At-Turghandi
Murid itupun berangkat dan membeli roti yang sekiranya cukup dimakan oleh sepuluh orang.dia memang sengaja membeli lebih, tetapi tidak tahu apa maksudnya. Dia hanya berfikir bahwa perintah ini adalah perintah yang terakhir.
Ketika keduanya melanjutkan perjalanan dan naik ke atas gunung, mereka dikejutkan oleh sekumpulan orng-orang yang ditawan para penyamun. Kaki dan tangan para tawanan itu dalam keadaan terikat. Kondisi mereka sangat tragis dan sudah beberapa hari tidak makan. Mereka meminta makanan kepada kedua orang tersebut.
"berikan makanan kepada mereka " kata At-Turghandi
wallohu a'lam.
الرسالة القشيرية
عبد الكريم بن هوازن القشيري
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar