Rabu, 16 Agustus 2017

Kesaktian "TAHLILAN" Sang Jenderal Sudirman dalam perang Gerilya


Ternyata Inilah JIMAT Jenderal Soedirman dalam perang Gerilya
Siapa yang tidak kenal dengan tokoh besar yang satu ini , Beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang namanya selalu diingat oleh seluruh bangsa indonesia, bahkan namanya diabadikan sebagai nama-nama jalan protokol di seluruh wilayah indonesia . Hal ini menandakan bahwa beliau adalah seorang yang mempunyai jasa besar terhadap bangsa ini . Ya, nama beliau adalah SOEDIRMAN atau lebih dikenal dengan julukan Jenderal Soedirman .Terkenal dengan strategi perangnya yaitu GERILYA, perjuangan pantang menyerah dalam mengusir penjajah meskipun dalam keadaan sakit keras sekalipun telah menginspirasi banyak orang.
Di balik kebesaran namanya ternyata Jenderal Soedirman memiliki JIMAT atau amalan ,seperti diungkapkan oleh Panglima TNI Jenderal GATOT NURMANTYO pada perayaan Hari Santri Nasional, kamis ( 22/10/2015) Dikutip dari Okezone .

Menurutnya jenderal soedirman adalah sosok Tentara Abadi yang juga seorang santri. Ia mengisahkan ketika Soedirman dan belasan pasukannya melakukan gerilya, dan ada salah seorang anak buahnya berkhianat kemudian melaporkan keberadaan Jenderal Soedirman kepada Belanda . Akhirnya Soedirman dan pasukannya itu dikepung oleh Belanda.
Anak buah Soedirman yang lainnya berkata “pak de kita dikepung “,lalu Soedirman memerintahkan semuanya untuk berganti pakaian muslim untuk "Dzikir bersama melakukan tahlilan" .
Kemudian Belanda dan penghianat itu masuk dan penghianat tersebut menunjukkan “ini adalah Jenderal Soedirman “.
Belanda tidak percaya atas penuturan penghianat itu, karena merasa dibohongi akhirnya Belanda mencabut pistol dan menembak penghianat itu di depan Jenderal Soedirman.
Jenderal Soedirman yang saat itu dikawal oleh Rustam Efendi dan Ruli bertanya kepada beliau ” JIMAT apakah yang dipakai oleh Jenderal SOEDIRMAN yang juga akrab dipanggil pak Kiai ? Kenapa Jenderal Soedirman bisa tenang saat belanda mengepung ?

Ternyata ini JIMAT Jenderal Soedirman :

1 . BELIAU TIDAK PERNAH BERHENTI DARI BERSUCI ( melanggengkan wudhu ) , ketika beliau batal wudhu maka beliau wudhu kembali
2 . BELIAU SELALU SHOLAT TEPAT WAKTU dan BERZIKIR(TAHLILAN).
3 . SEMUA YANG DILAKUKAN OLEH JENDERAL SOEDIRMAN IKHLAS DAN TULUS UNTUK RAKYAT INDONESIA.

Makna dari kisah ini adalah jangan sekali-kali rakyat sebagai warga negara melakukan penghianatan terhadap bangsa dan negara . Seorang penghianat itu sudah mendapatkan hukuman di dunia apalagi nanti di akhirat.

Betapa Jenderal Soedirman adalah seorang tokoh yang bisa dijadikan panutan ,perilakunya sangat menginspirasi ,apalagi di jaman sekarang .Jika saja para pemimpin bangsa ini meneladani beliau Niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang senantiasa dirahmati TUHAN .

Dari situ bisa diambil dua kesimpulan :
1. Tahlilan itu mengandung fadhiilah yang besar, bisa menyelamatkan kemerdekaan republik ini.
2. Jendral Sudirman itu orang NU karena ia ikut tahlilan.
--------------------------------------------------------

Kesaktian "TAHLILAN" Sang Jenderal Sudirman
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam seminarnya di acara Munas ke-2 KMNU di Auditorium FPMIPA UPI, itu mengisahkan bahwa zaman revolusi kemerdekaan dulu salah seorang tentara menghianati Jendral Sudirman dengan memberi tahu tentara musuh tempat persembunyian sang Jenderal Sudirman.
Dikarenakan insting sang Jenderal Sudirman tajam, akhirnya beliau memilih berdoa dengan cara tahlilan bersama prajuritnya. Begitu para tentara musuh mau menyergap persembunyian Jenderal Sudirman, mereka tidak percaya bahwa yang sedang tahlilan itu adalah Jenderal Sudirman.
“Mosok Jenderal panglima perang tahlilan,” pikir tentara sekutu( musuh), merekapun pergi meninggalkan markas, hingga selamatlah panglima perang jenderal Sudirman tersebut yang berkonstribusi besar untuk kemerdekaan NKRI ini.

Dari situ bisa diambil dua kesimpulan :
1. Tahlilan itu mengandung fadhiilah yang besar, bisa menyelamatkan kemerdekaan republik ini.
2. Jendral Sudirman itu orang NU karena ia ikut tahlilan.

Sumber referensi : nu.or.id / NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar