Jumat, 02 Oktober 2015

BACAAN "ROBBI IGHFIR LII WA LIWAALIDAYYA" SETELAH SURAT AL-FAATIHAH

PERTANYAAN :

Assalaamu'alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh..ustadz wa ustadzah,jg member piss..pertanya'an dari saya yg dho'if..Berasal dari manakah kalimah tambahan yg berbunyi: Robbigh firli wali-wali dayya> yg sering kita lafadkan dlm akhir surah Alfatihah.. monggo..yg lagi ol dan mengetahuinya mohon pencerahanya...syukron..

JAWABAN :
Wa'alaikumsalam warohmatullaahi wa barakaatuh. Menurut Ibn Hajar disunahkan

وَيَحْسُنُ بَعْدَ آمِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، وَلَا يُسَنُّ الدُّعَاءُ قَبْلَهُ مِنْ أَحَدٍ ، وَاسْتَثْنَى ابْنُ حَجَرٍ ( رَبِّ اغْفِرْ لِي ) لِوُرُودِهِ ، وَيَدُلُّ لَهُ قَوْلُهُمْ إنَّهُ مِنْ أَمَاكِنِ إجَابَةِ الدُّعَاءِ ، وَلَمْ يُوَافِقُوهُ عَلَيْهِ .

Dan baik setelah lafadz Aamiin ditambahkan ‘Wal hamdulillaahi robbil ‘aalamiin’, dan tidak disunahkan doa setelahnya, Namun Ibn Hajar mengecualikan penambahan lafadz ‘ROBBI IGHFIR LII’ karena ada dasar haditsnya dan selaras dengan ungkapan para Ulama bahwa saat itu termasuk tempat-tempat yang diijabahkannya doa, namun ulama lainnya tidak sepakat dengan Ibn Hajar. [ Hasyiyah Qalyuubi II/291 ].
Dalam keterangan kitab lain :

( قَوْلُهُ بَعْدَ سَكْتَةٍ لَطِيفَةٍ ) أَيْ : بِقَدْرِ سُبْحَانَ اللَّهِ ا هـ ع ش فَالْمُرَادُ بِالْعَقِبِ أَنْ لَا يَتَخَلَّلَ بَيْنَهُمَا لَفْظٌ إذْ تَعْقِيبُ كُلِّ شَيْءٍ بِحَسْبِهِ فَلَا يُنَافِي مَا تَقَرَّرَ مِنْ سَنِّ السَّكْتَةِ اللَّطِيفَةِ بَيْنَهُمَا ؛ إذْ لَا يَفُوتُ إلَّا بِالشُّرُوعِ فِي غَيْرِهِ كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ أَيْ : وَلَوْ سَهْوًا فِيمَا يَظْهَرُ ا هـ شَرْحُ م ر وَقَوْلُهُ أَنْ لَا يَتَخَلَّلَ بَيْنَهُمَا لَفْظٌ .نَعَمْ يَنْبَغِي اسْتِثْنَاءُ نَحْوَ رَبِّ اغْفِرْ لِي لِلْخَبَرِ الْحَسَنِ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَقِبَ وَلَا الضَّالِّينَ رَبِّ اغْفِرْ لِي آمِينَ ا هـ حَجّ وَيَنْبَغِي أَنَّهُ لَوْ زَادَ عَلَى ذَلِكَ وَلِوَالِدِيَّ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ لَمْ يَضُرَّ أَيْضًا ا هـ ع ش

(Keterangan setelah diam sejenak) artinya disunahkan diam sejenak seukuran bacaan subhaanallah.Yang dimaksud setelahnya adalah hendaknya setelah akhir fatihah dan Aamiin tidak diselingi oleh lafadz lafadz lain....
(keterangan tidak diselingi oleh lafadz lafadz lain) namun sebaiknya dikecualikan semacam ROBBI IGHFIR LII karena berdasar hadits yang hasan bahwa nabi SAW setelah membaca WA LA ADDHOOLLIIN membaca ROBBI IGHFIR LII AAMIIN (Ibn Hajar)
Dan sebaiknya bila ditambahkan ROBBI IGHFIR LII ditambahkan WA LIWAALIDAYYA WA LI JAMII’IL MUSLIMIINA juga tidak bermasalah [ Hasyiyah al-Jamal III/305 ].

Link Diskusi : http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/364521983570616/

NB :
M0h0n jangan menyebut : "KITAB KECIL"
Krna ini kalimat yg meremehkan.
Lbh baik "KITAB TIPIS" aja.
C0ntoh laen:
"BELIAU QIAYI BESAR,SEDANG DIA QIAYI KECIL"
Ini jg meremehkan.
Lbh baik, "QIAYI SEPUH ATO muda"


Lima Macam Sighot Ta'min ( Bacaan Aamiin ) Dan Maknanya


PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum, mau tanya nie, soal penulisan aamiin yang benar, apakah amin ? / aamiin ? / amien ? / amiiin ? * mohon penjelasannya. terimakasih.

JAWABAN :
Wa'alaikumussalam. Sebetulnya Dialek / Bahasa / Lughot atau sighot Ta'min / bacaan dan tulisan aamiin ada empat, yang jika kita tuliskan latinnya / transelitrasi sesuai panjang pendek huruf yaitu :
1. Aamiin
2. Amin
3. Aameen
4. Aammiin
Adzkar nawawi :

فإذا فَرغَ من الفاتحة اسْتُحِبَّ له أن يقول: "آمين"، والأحاديث الصحيحة في هذا الباب كثيرة مشهورة في كثيرة فضله وعظيم أجره، وهذا التأمين مستحبّ لكل قارئ، سواءٌ كان في الصلاة، أم خارجاً منها، وفيه أربع لغات: أفصحهن وأشهرهنّ: "آمين" بالمدّ والتخفيف؛ والثانية بالقصروالتخفيف؛ والثالثة بالإِمالة؛ والرابعةُ بالمدّ والتشديد. فالأوليان مشهورتان، والثالثة والرابعة حكاهما الواحدي في أوّل "البسيط"، والمختار الولى؛ وقد بسطت القول في بيان هذه اللغات وشرحها وبيان معناها ودلائلها وما يتعلق بها في كتاب "تهذيب الأسماء واللغات" [2/ 11 - 14؛ و"التبيان في آداب حَمَلة القرآن"، رقم: 320 و321]

Imam Nawawi rahimahu Allah juga menjelaskan empat lughot ta'min tersebut dalam kitabnya At-Tibyan fi aadabi hamalatil qur andan menjelaskan bahwa shighot atau lughot yang ke empat yaitu "Aammiin" jika dipakai dalam sholat maka batal sholatnya
At-Tibyan Imam Nawawi 105 :

i وفي آمين لغات قال العلماء أفصحها آمين بالمد وتخفيف الميم والثانية بالقصر وهاتان مشهورتان والثالثة آمين بالامالة مع المد حكاها الواحدي عن حمزة والكسائي والرابعة بتشديد الميم مع المد حكاها عن الحسن والحسين ابن الفضيل قال ويحقق ذلك ما روي عن جعفر الصادق رضي الله عنه قال معناه قاصدين نحوك وأنت أكرم من أن تخيب قاصدا هذا كلام الواحدي وهذه الرابعة غريبة جدا فقد عدها أكثر أهل اللغة من لحن العوام وقال جماعة من أصحابنا من قالها في الصلاة بطلت صلاته قال أهل العربية حقها في العربية الوقف لأنها بمنزلة الاصوات فإذا وصلها فتح النون لالتقاء الساكنين كما فتحت في أين وكيف فلم تكسر لثقل الكسرة بعد الياء فهذا مختصر مما يتعلق بلفظ آمين وقد بسطت القول فيها بالشواهد وزيادة الاقوال في كتاب (تهذيب: الأسماء واللغات]

Adapun makna ta'min juga dijelaskan imam nawawi dalan tibyannya , berikut 12 makna ta'min yg ada di tibyan

1. اللهم استجب
2. كذلك فليكن
3. افعل
4. لا يقدر على هذا أحد سواك
5. لا تخيب رجاءنا
6. اللهم أمنا بخير
7. هو طابع لله على عباده يدفع به عنهم الآفات
8. هي درجة في الجنه يستحقها قائلها
9. ]هو اسم من أسماء الله تعالى [وأنكر المحققون والمجاهير هذا
10. هو اسم عبراني غير معرب
11. قال أبو بكر الوراق هو قوة للدعاء واستنزال للرحمة
12. غير ذلك


At-tibyan 104-105 :

[فصل] يستحب لكل قارئ كان في الصلاة أو في غيرها إذا فرغ من الفاتحة أن يقول أمين والأحاديث في ذلك كثيرة مشهورة وقد قدمنا في الفصل قبله أنه يستحب أن يفصل بين آخر الفاتحة وآمين بسكتة لطيفة ومعناه اللهم استجب وقيل كذلك فليكن وقيل افعل وقيل معناه لا يقدر على هذا أحد سواك وقيل معناه لا تخيب رجاءنا وقيل معناه اللهم أمنا بخير وقيل هو طابع لله على عباده يدفع به عنهم الآفات وقيل هي درجة في الجنه يستحقها قائلها وقيل هو اسم من أسماء الله تعالى وأنكر المحققون والمجاهير هذا وقيل هو اسم عبراني غير معرب وقال أبو بكر الوراق هو قوة للدعاء واستنزال للرحمة وقيل غير ذلك


Maaf mbah smile emotikon Tapi dalam bahasa arab amiin memiliki 5 bahasa dan semuanya bermakna istajib / kabulkanlah !!

(قوله أي قول آمين)تفسير للتأمين يقال أمن الرجل إذا قال آمين بمد الهمزة و تخفيف الميم مع الإمالة و عدمها و بالقصر لكن المد أفصح و يجوز ...تشديد الميم مع المد و القصر ففيه خمس لغات ~حاشية الباجوري ١/١٧٤

Ada 5 bahasa / dialek dalam aamiin
1. aamien dgn menggunakan imalah
2. aamin tanpa menggunakan imalah
3. amiin dgn mentakhfif hamzah
4. aammin dgn mentasydid mim
5. amin dgn hamzah pendek dan takhfif mim. [~hasyiah al bajuri 1/174].
LINK DISKUSI :
https://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/583354451687367/
==========================
TAMBAHAN :

Kisah orang yang puasa bulan Dzulhijjah Diziarahi Rasulullah dan Para Sahabat

Beda tulisan beda makna :
Amin = aman,tentram
Aamin = meminta perlindungan keamanan
Amiin = jujur terpercaya
Aamiin = ya Tuhan kabulkanlah do'a kami
Kalo Amien itu kebiasan ucapan org nasrani
Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :
1. ”AMIN” (aliF dan mim sama-samapendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. “AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3.”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4.“AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAN DOA KAMI
Terus Bagaimana dengan pengucapan/ Penulisan “ Amien“ ??? Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do ’a ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno : Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra).
> Mbah Jenggot II
Ra Ismael Kholilie. Syukron ra atas pencerahannya di atas tulisan juga tidak menyalahkan model penulisan seperti yg anda sampekan. Karena penulisan yang dipakai memakai latin / transelitrasi, maka perlu diperhatikan Penekanannya wonten mriki :
Terus Bagaimana dengan pengucapan/ Penulisan “ Amien“ ???
... Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do’a ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno: Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra).
HINDARI PENULISAN ASS, ASSKUM, MOHD, MOSQUE, 4JJI, MECCA !!
Bagi akhy wa Ukhty yang masih suka menggunakan kata ...
''Ass,Askum ''dalam ucapan salam.
''Mohd'' untuk panggilan nama Nabi MUhammad.
''Mosque'' untuk panggilan sebuah masjid.
''4JJI'' untuk panggilan Allah SWT.
''Mecca'' untuk sebutan Mekah.
Gunakan sesuai dengan aturannya yuuuk...Karena arti dari kata tersebut adalah
Bismillah..
Jika kita seorang Muslim atau Muslimah, alangkah baiknya mengindahkan hal yang mungkin kita anggap kecil tapi besar makna dan pengaruhnya.
* janganlah bilang Mosque tapi Masjid, karena Organisasi islam menemukan bahwa Mosque adalah nyamuk.
* jangan menulis MECCA tapi MEKAH,karena MECCA adalah rumah anggur/bir.
* jangan menulis MOhd tapi Muhammad,karena Mohd,. Adalah anjing bermulut besar.
* jangan menulis 4JJI tapi Allah SWT,karena 4JJI aRtinya for judas Jesus Isa al masih.
* jangan menulis Ass atau Askum dalam salam tetapi Assalammu'alaikum (karena salam adalah doa,atau jika tidak sempat lebih baik tidak sama sekali),karena Ass artinya (maaf) pantat mu, dan Askum artinya celakalah kamu.
INGAT !!!
ASS = (maaf) PANTATMU
ASKUM = CELAKALAH KAMU
Maka sampaikanlah salam karena itu DOA, minimal Assalamu'alaikum
Semoga bermanfaat bagi kita termasuk saya pribadi aamiin...
Ibnu Shalah
Ibnu Shalah dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits yang lebih dikenal dengan Muqqadimah Ibnish Shalah mengatakan, “(Seorang yang belajar hadits ataupun ahlul hadits) hendaknya memerhatikan penulisan shalawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila melewatinya. Janganlah ia bosan menulisnya secara lengkap ketika berulang menyebut Rasulullah”. Ibnu Shalah juga berkata, “Hendaklah ia menjauhi dua kekurangan dalam penyebutan shalawat tersebut :
Pertama, ia menuliskan lafazh shalawat dengan kurang, hanya meringkasnya dalam dua huruf atau semisalnya.
Kedua, ia menuliskannya dengan makna yang kurang.
Al-‘Allamah As-Sakhawi
Al-‘Allamah As-Sakhawi dalam kitabnya Fathul Mughits Syarhu Alfiyatil Hadits lil ‘Iraqi, menyatakan, “Jauhilah wahai penulis, menuliskan shalawat dengan singkatan, dengan engkau menyingkatnya menjadi dua huruf dan semisalnya, sehingga bentuknya kurang. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang jahil dari kalangan ajam (non Arab) secara umum dan penuntut ilmu yang awam. Mereka singkat lafazh shalawat dengan saw dan shad, Karena penulisannya kurang, berarti pahalanya pun kurang, berbeda dengan orang yang menuliskannya secara lengkap.
As-Suyuthi
As-Suyuthi berkata dalam kitabnya Tadribur Rawi fi Syarhi Taqrib An-Nawawi, mengatakan, “Dibenci menyingkat shalawat dan salam dalam penulisan, baik dengan satu atau dua huruf seperti menulisnya dengan slm3, bahkan semestinya ditulis secara lengkap.”

Sunah meminta do'a orang sholeh dan do'a bersaman


Meminta doa dari orang sholeh dan Doa bersama
kesunnahan meminta doa orang shaleh, dalam kitab-kitab hadits sangat banyak diterangkan, antara lain:

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَتْ أُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ خَادِمُكَ أَنَسٌ ادْعُ اللهَ لَهُ قَالَ اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ. قَالَ أَنَسٌ فَوَاللهِ إِنَّ مَالِيْ لَكَثِيْرٌ وَإِنَّ وَلَدِيْ وَوَلَدَ وَلَدِيْ لَيُعَادُّوْنَ اليَّوْمَ عَلىَ نَحْوِ الْمِائَةِ. رواه البخاري

Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ibuku berkata: “Hai Rasulullah, pelayanmu Anas doakan kepada Allah untuknya.” Lalu beliau berdoa: “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya serta berkahilah apa yang Engkau berikan padanya.” Anas berkata: “Demi Allah hartaku sekarang ini sangat banyak, dan anak cucuku hari ini lebih dari seratus.” (HR al-Bukhari).
Perhatikan dalam hadits tersebut, sahabat Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunya Anas bin Malik, meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar mendoakan putranya, Anas bin Malik. Hadits ini menjadi dalil anjuran meminta didoakan kepada orang yang shaleh, apakah seorang wali, ulama, habib atau syekh.
. Dalam kitab-kitab hadits dan sirah, banyak sekali tentang permintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar didoakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima permintaan mereka, tidak mengatakan, “Kalian telah syirik, karena meminta didoakan kepadaku, tidak berdoa langsung kepada Allah”. Dalam hadits lain diriwayatkan:

وعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه، قَالَ : اسْتَأذَنْتُ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم في العُمْرَةِ ، فَأذِنَ لِي ، وَقالَ : (( لاَ تَنْسَنا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ )) فَقَالَ كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أنَّ لِي بِهَا الدُّنْيَا وفي رواية : وَقالَ : (( أشْرِكْنَا يَا أُخَيَّ في دُعَائِكَ )) . حديث صحيح رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: (( حديث حسن صحيح )) .

Umar bin al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku meminta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan umrah, lalu ia memberiku izin dan bersabda: “Jangan engkau lupakan kami adikku dari doamu.” Ia mengucapkan satu kalimat, aku tidak senang seandainya kalimat tersebut ditukar dengan dunia. Dalam satu riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sertakan kami wahai adikku di dalam doamu.” (HR, Abu Dawud [1498], al-Tirmidzi [3562], dan Ibnu Majah [2894]. Al-Tirimidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih).
Hadits di atas menganjurkan kepada kita agar meminta didoakan kepada orang-orang yang melakukan amal ibadah atau amal shaleh. Imam Muslim juga meriwayatkan:

عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ، أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ، وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فَقَالَ عُمَرُ: هَلْ هَاهُنَا أَحَدٌ مِنَ الْقَرَنِيِّينَ؟ فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم قَدْ قَالَ: «إِنَّ رَجُلاً يَأْتِيكُمْ مِنَ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ، لاَ يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ، قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَدَعَا اللهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ، إِلاَّ مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَمِ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ». رواه مسلم

Dari Usair bin Jabir, bahwa penduduk Kufah bertamu kepada Khalifah Umar, di antara mereka ada seorang laki-laki yang selalu mengolok-olok Uwais. Lalu Umar berkata: “Apakah di sini ada seseorang dari suku Qarani?” Lalu laki-laki tersebut datang. Lalu Umar berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesunggguhnya seorang laki-laki akan datang kepada kalian dari Yaman, bernama Uwais. Ia hanya meninggalkan seorang ibu. Pada tubuhnya ada putih-putih, lalu ia berdoa kepada Allah, lalu Allah menghilangkan putih-putih itu kecuali sebesar uang dinar atau dirham. Barangsiapa yang menjumpainya dari kalian, maka mintalah ia berdoa agar Allah mengampuni kalian.” (HR Muslim).
Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabat terkemuka agar meminta didoakan kepada Uwais al-Qarani. Hadits ini menjadi dalil kesunnahan meminta didoakan kepada orang-orang yang shaleh.
Meminta doa kepada orang-orang shaleh bukan termasuk perbuatan syirik.
. Dalam al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala menceritakan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam:

قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا. (يونس : ٨٩).

“Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, oleh karena itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus.” (QS. Yunus : 89).
Dalam ayat di atas, al-Qur’an menegaskan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam. Padahal yang berdoa sebenarnya Nabi Musa ‘alaihissalaam, sedangkan Nabi Harun ‘alaihissalaam hanya mengucapkan amin, sebagaimana diterangkan oleh para ulama ahli tafsir. Nabi Musa ‘alaihissalam yang berdoa dan Nabi Harun ‘alaihissalam yang mengucapkan amin, dalam ayat tersebut sama-sama dikatakan berdoa. Hal ini menunjukkan bahwa doa bersama dengan dimpimpin oleh seorang imam adalah ajaran al-Qur’an, bukan ajaran terlarang. (Bisa dilihat dalam Tafsir al-Hafizh Ibnu Katsir, 4/291).
Sementara dalil-dalil hadits tentang doa bersama, dengan cara seorang ulama membacakan doa, sedangkan para jamaah membacakan amin, telah diterangkan dalam banyak riwayat hadits, antara lain:
1) Hadits Zaid bin Tsabit radhiyallaahu ‘anhu

عن قيس المدني أن رجلا جاء زيد بن ثابت فسأل عن شيء فقال له زيد : عليك بأبي هريرة فبينا أنا وأبو هريرة وفلان في المسجد ندعو ونذكر ربنا عز و جل إذ خرج إلينا رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى جلس إلينا فسكتنا فقال : " عودوا للذي كنتم فيه " . فقال زيد : فدعوت أنا وصاحبي قبل أبي هريرة وجعل النبي صلى الله عليه و سلم يؤمن على دعائنا ثم دعا أبو هريرة فقال : اللهم إني سائلك بمثل ما سألك صاحباي وأسألك علما لا ينسى . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم آمين فقلنا يا رسول الله ونحن نسأل الله علما لا ينسى فقال سبقكما بها الدوسي رواه والنسائي في الكبرى والطبراني في الأوسط وصححه الحاكم

“Dari Qais al-Madani, bahwa seorang laki-laki mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu menanyakan tentang suatu. Lalu Zaid berkata: “Kamu bertanya kepada Abu Hurairah saja. Karena ketika kami, Abu Hurairah dan si fulan di Masjid, kami berdoa dan berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami, sehingga duduk bersama kami, lalu kami diam. Maka beliau bersabda: “Kembalilah pada apa yang kalian lakukan.” Zaid berkata: “Lalu aku dan temanku berdoa sebelum Abu Hurairah, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa kami. Kemudian Abu Hurairah berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu seperti yang dimohonkan oleh kedua temanku. Dan aku memohon kepada-Mu ilmu pengetahuan yang tidak akan dilupakan.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Amin.” Lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah, kami juga memohon ilmu pengetahuan yang tidak akan dilupakan.” Lalu beliau berkata: “Kalian telah didahului oleh laki-laki suku Daus (Abu Hurairah) itu”.
(HR. al-Nasa’i dalam al-Kubra [5839], al-Thabarani dalam al-Ausath [1228]. Al-Hakim berkata dalam al-Mustadrak [6158]: “Sanadnya shahih, tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.)
Dalam hadits di atas jelas sekali, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca amin atas doa sahabatnya. Berarti mengamini doa orang lain, hukumnya sunnah berdasarkan hadits di atas.
2) hadits Habib bin Maslamah al-Fihri radhiyallahu ‘anhu

عَنْ حَبِيْبِ بْنِ مَسْلَمَةَ الْفِهْرِيِّ وَكَانَ مُجَابَ الدَّعْوَةِ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: لاَ يَجْتَمِعُ قَوْمٌ مُسْلِمُوْنَ يَدْعُوْ بَعْضُهُمْ وَيُؤَمِّنُ بَعْضُهُمْ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُمْ. رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدرك وقال صحيح على شرط مسلم، وقال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: رجاله رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن الحديث.

“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri radhiyallahu ‘anhu –beliau seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka.”
(HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [3536], dan al-Hakim dalam al-Mustadrak 3/347. Al-Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai persyaratan Muslim. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid 10/170, para perawi hadits ini adalah para perawi hadits shahih, kecuali Ibn Lahi’ah, seorang yang haditsnya bernilai hasan.”
Hadits di atas, memberikan pelajaran kepada kita, agar sering berkumpul untuk melakukan doa bersama, sebagian berdoa, dan yang lainnya membaca amin, agar doa dikabulkan.
3) hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اَلدَّاعِيْ وَالْمُؤَمِّنُ فِي اْلأَجْرِ شَرِيْكَانِ. رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف.

“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh pahala.” (HR. al-Dailami [3039] dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah).
Kelemahan hadits ini dapat dikuatkan dengan hadits sebelumnya dan ayat al-Qur’an di atas.
4) hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : أُعْطِيتُ ثَلاَثَ خِصَالٍ : صَلاَةً فِي الصُّفُوفِ ، وَأُعْطِيتُ السَّلاَمَ وَهُوَ تَحِيَّةُ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَأُعْطِيتُ آمِينَ ، وَلَمْ يُعْطَهَا أَحَدٌ مِّمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ الله أَعْطَاهَا هَارُونَ ، فَإِنَّ مُوسَى كَانَ يَدْعُو وَيُؤَمِّنُ هَارُونَ. رواه الحارث وابن مردويه وسنده ضعيف

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku dikaruniakan tiga perkara; shalat dalam shaf-shaf. Aku dikaruniakan salam, yaitu penghormatan penduduk surga. Dan aku dikaruniakan Amin, dan belum pernah seseorang sebelum kalian dikaruniakan Amin, kecuali Allah karuniakan kepada Harun. Karena sesungguhnya Musa yang selalu berdoa, dan Harun selalu membaca amin.”
(HR al-Harits bin Abi Usamah dan Ibnu Marduyah. Sanad hadits ini dha’if. Lihat, al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, 2/488).
Kelemahan hadits ini dapat diperkuat dengan hadits-hadits sebelumnya serta ayat al-Qur’an di atas. Hadits di atas mengisyaratkan pentingnya membaca amin bagi orang orang lain, sebagaimana bacaan amin Nabi Harun ‘alaihissalam atas doa Nabi Musa ‘alaihissalam.
5) hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

عن عائشة - رضي الله عنها - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: مَا حَسَدَتْكُمُ الْيَهُوْدُ عَلىَ شَيْءٍ مَا حَسَدُوْكُمْ عَلىَ السَّلاَمِ وَالتَّأْمِيْنِ أخرجه البخاري في الأدب المفرد وأحمد بمعناه ابن ماجة وقال البوصيري هذا إسناد صحيح، وإسحاق بن راهوية في مسنده قال الأمير الصنعاني قد صححه جماعة، وقال الحافظ ابن حجر صححه ابن خزيمة وأقره.

“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang Yahudi tidak hasud kepada kalian melebihi hasud mereka pada ucapan salam dan amin.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad [988], Ahmad 6/134, Ibnu Majah [856], dan Ibnu Rahawaih dalam al-Musnad [1122]. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Hafizh al-Bushiri dan lain-lain. Lihat al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Sayrh al-Jami’ al-Shaghir, 9/385).
Hadits di atas menganjurkan kita memperbanyak ucapan salam dan amin. Tentu saja ucapan salam kepada orang lain. Demikian pula memperbanyak ucapan amin, baik untuk doa kita sendiri, maupun doa orang lain. Hadits ini juga menjadi dalil, bahwa ajaran Syiah sangat dekat dengan Yahudi, karena sama-sama melarang membaca amin.
6) atsar Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu

عن جامع بن شداد عن ذي قرابة له قال سمعت عمر بن الخطاب يقول ثلاث كلمات إذا قلتها فهيمنوا عليها اللهم إني ضعيف فقوني اللهم إني غليظ فليني اللهم إني بخيل فسخني. رواه ابن سعد في الطبقات

“Dari Jami’ bin Syaddad, dari seorang kerabatnya, berkata: “Aku mendengar Umar bin al-Khaththab berkata: “Tiga kalimat, apabila aku mengatakannya, maka bacakanlah amin semuanya: “Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang lemah, maka kuatkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku orang yang kasar, lembutkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku seorang yang pelit, maka pemurahkanlah aku.”
(HR. Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat 3/275).
7) atsar al-Nu’man bin Muqarrin radhiyallahu ‘anhu. Dalam peperangan Persia, pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab, Panglima al-Nu’man bin Muqarrin berdoa, dan meminta anggota pasukannya membaca amin:

وكان النعمان بن مقرن رجلا لينا فقال ... اللهم إني اسألك أن تقر عيني اليوم بفتح يكون فيه عز الإسلام وذل يذل به الكفار ثم اقبضني إليك بعد ذلك على الشهادة أمنوا يرحمكم الله فأمنا وبكينا. رواه الطبري في تاريخه. وفي رواية قال النعمان: وَإِنِّي دَاعِيَ اللهَ بِدَعْوَةٍ ، فَأَقْسَمْتُ عَلَى كُلِّ امْرِئٍ مِنْكُمْ لَمَّا أَمَّنَ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : اللهُمَّ اُرْزُقَ النُّعْمَانَ الْيَوْمَ الشَّهَادَةَ فِي نَصْرٍ وَفَتْحٍ عَلَيْهِمْ ، قَالَ : فَأَمَّنَ الْقَوْمُ. رواه ابن أبي شيبة بسند صحيح.

“Al-Nu’man bin Muqarrin seorang laki-laki yang lembut. Lalu beliau berkata: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, agar Engkau sejukkan mataku pada hari ini dengan penaklukan yang menjadi kemuliaan Islam dan kehinaan orang-orang kafir. Kemudian ambillah aku kepada-Mu sesudahnya dengan mati sebagai syahid. Bacakanlah amin, semoga Allah mengasihi kalian.” Maka kami membaca amin atas doa beliau dan kami menangis.”
(HR. al-Thabari, Taikh al-Umam wa al-Muluk, 4/235).
Dalam riwayat lain, al-Nu’man berkata: “Sesungguhnya aku akan berdoa kepada Allah dengan satu permohonan, aku bersumpah agar setiap orang dari kalian membacakan amin untuk doa tersebut. Lalu al-Nu’man berkata: “Ya Allah, berilah al-Nu’man rizki meninggal sebagai syahid dalam kemenangan dan penaklukan atas mereka.” Perawi berkata: “Lalu kaum membaca amin.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannaf [34485]). Sanad atsar tersebut shahih.
Dari paparan di atas, jelas sekali bahwa doa bersama, dengan dipimpin oleh seorang imam, dan dibacakan amin oleh para jamaah, adalah tradisi Islami yang memiliki dasar yang kuat dari al-Qur’an, hadits dan tradisi para sahabat.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar