Kamis, 29 Januari 2015

Tujuan melepas "Tali Pocong" pada Mayat

Betul kalau orang wafat melepaskan segalanya. Memang bukan ia sendiri yang menanggalkannya. Tetapi pihak keluarga perlu mencopot segala yang melekat pada tubuh jenazah mulai dari pakaian luar-dalam, sepatu, dasi, juga ikatan gesper, bermerk atau tidak, belanja di pasar swalayan atau loakan. Pokoknya dicopot.

1.Pertama, memudahkannya untuk mandi jenazah.
2.Kedua, moga-moga saja calon ahli kubur ini dilonggarkan dari segala kesulitan.

Selain pakaian, perlu juga melepas apa saja yang menggantung, tersemat, atau melingkar seperti kalung, cincin, gelang, atau anting termasuk tali ikat kain kafan.

Bolehlah kita amati keterangan Syekh Romli dalam Nihayatul Muhtaj.

فإذا وضع الميت في قبره نزع الشداد عنه تفاؤلا تحل الشدائد عنه، ولأنه يكره أن يكون معه في القبر شيء معقود و سواء في جميع ذلك الصغير والكبير

"Bila mayit sudah diletakkan di kubur, maka dilepaslah segenap ikatan dari tubuhnya berharap nasib baik yang membebaskannya dari kesulitan di alam Barzakh. Karenanya,
Makruh hukumnya bila mana ada sesuatu yang mengikat bagian tubuh jenazah, Dan sama juga baik jenazah anak-anak maupun jenazah dewasa."

Terus buat apa melepas ikat tali kafan jenazah anak kecil. Dia kan belum punya dosa? Syekh Ali Syibromalisi dalam Hasyiyah atas Nihayah menyebutkan, mencopot segala ikatan dari tubuh memang tidak mesti bertujuan melonggarkannya dari siksaan dosanya. Tetapi juga untuk perlu untuk menambah kesejahteraannya di kubur.

لايقال: العلة منتفية في حق الصغير لأنا نقول التفاؤل بزيادة الراحة له بعد فنزل ما انتفى عنه من عدم الراحة منزلة رفع الشدة

"Kendati demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa illat melepas tali pengikat jenazah sudah tidak berlaku pada jenazah anak kecil mengingat ia belum punya dosa yang menyusahkannya di alam kubur.
Pasalnya, kita bisa berkata bahwa “berharap nasib baik” dimaknai sebagai tambahan kebahagiaan bagi jenazah si kecil, satu tingkat di atas pembebasan dari kesulitan kubur. Karena, illat tiada kebahagiaan yang hilang dari jenazah itu, menempati pembebasannya dari kesulitan."

Artinya, ini juga berlaku untuk orang-orang suci tanpa dosa untuk menambah hiburan-hiburan yang membahagiakan dan meramaikan kuburnya yang sepi.

Sementara bagaiman dengan perihal roh jenazah yang bergentayangan mengganggu orang-orang hidup untuk meminta dilepaskan tali kafannya?

Wallahu a’lam.

Catatan :

Illat  artinya Alasan (melepas pocong)

HUKUM MELEPAS TALI POCONG


1-katanya jika tali pocong tidak dilepas maka akan jadi hantu pocong,apakah itu benar? dan bagaimana hukumnya jika tidak dilepas?
2-adakah dalam islam ada anjuran/perintah untuk melepas tali pocong saat mengubur mayat?

Masalah tali pocong tidak dilepas katanya nanti jadi hantu pocong itu saya kurang tau,,mungkin hanya mitos tapi yg jelas saat jenazah dikafani maka disunnahkan untuk mengikat kafan dan melepas talinya saat dikubur dan hukumnya makruh jika tali2nya tidak dilepas

وَيُسْتَحَبُّ جَعْلُ الْحَنُوطِ في لِحْيَتِهِ وَرَأْسِهِ كما نَصَّ عليه الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ ثُمَّ يَلُفُّ عليه أَيْ الْمَيِّتِ الثَّوْبَ الْأَوَّلَ وهو الذي يَلِيهِ فَيَضُمُّ منه شِقَّهُ الْأَيْسَرَ على شِقِّ الْمَيِّتِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْمَنَ على الْأَيْسَرِ لَا عَكْسُهُ كما يَفْعَلُ الْحَيُّ بِالْقَبَاءِ ثُمَّ يَلُفُّ الثَّانِيَ ثُمَّ الثَّالِثَ كَذَلِكَ وَيَجْمَعُ الْفَاضِلَ عِنْدَ رَأْسِهِ جَمْعَ الْعِمَامَةِ ثُمَّ يَرُدُّهُ على وَجْهِهِ وَصَدْرِهِ إلَى حَيْثُ يَبْلُغُ ويرد الْفَاضِلَ من رِجْلَيْهِ على قَدَمَيْهِ وَسَاقَيْهِ وَلِيَكُنْ فَاضِلُ الرَّأْسِ أَكْثَرَ كَالْحَيِّ وَلِخَبَرِ مُصْعَبٍ السَّابِقِ ثُمَّ يَشُدُّ الْأَكْفَانَ عليه بِشِدَادٍ لِئَلَّا تَنْتَشِرَ عِنْدَ الْحَمْلِ إلَّا أَنْ يَكُونَ مُحْرِمًا كما صَرَّحَ بِهِ الْجُرْجَانِيُّ وَيَحِلُّ في الْقَبْرِ لِأَنَّهُ يُكْرَهُ أَنْ يَكُونَ معه في الْقَبْرِ شَيْءٌ مَعْقُودٌ وَلَا يَجِبُ الْحَنُوطُ بَلْ يُنْدَبُ

أسنى المطالب في شرح روض الطالب (1/ 310)
fokus

ثُمَّ يَشُدُّ الْأَكْفَانَ عليه بِشِدَادٍ لِئَلَّا تَنْتَشِرَ عِنْدَ الْحَمْلِ إلَّا أَنْ يَكُونَ مُحْرِمًا كما صَرَّحَ بِهِ الْجُرْجَانِيُّ وَيَحِلُّ في الْقَبْرِ لِأَنَّهُ يُكْرَهُ أَنْ يَكُونَ معه في الْقَبْرِ شَيْءٌ مَعْقُودٌ وَلَا يَجِبُ الْحَنُوطُ بَلْ يُنْدَبُ


kemudian disunnahkan untuk mengikat kafan mayit dengan tali supaya tidak menyebar/bergeser saat dibawa kecuali (gak usah diikat) pada mayat ihrom (orang meninggal saat keadaan ihrom) sebagaimana keterangan yg disampaikan aljarjani
dan disunnahkan melepas talinya saat dalam kubur karena dimakruhkan didalam kubur ada sesuatu yg masih terikat dan hukum tentang ikatan itu tidak wajib akan tetapi sunnah

dalam Sebuah Riwayat>

عن مَعْقِلُ بْنُ يَسَارٍ لَمَّا وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم نُعَيْمَ بْنَ مَسْعُودٍ فِى الْقَبْرِ نَزَعَ الأَخِلَّةَ بِفِيهِ


“Dari Ma’qil bin yasar, ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam meletakkan jenazah Nu’aim bin Mas’ud di dalam kubur, beliau melepas ikatannya dengan mulutnya.”..
kalau gak salah keterangan ini ada dalam Kitab Al_mughni dan kitab Al_mushonnif.

Disuatu daerah terdapat suatu kejadian yang aneh tapi nyata. yaitu ketika para penduduk mengubur mayat akan tetapi kemudian mereka lupa untuk membuka pocongan mayat tersebut, maka malam harinya dan malam-malam selanjutnya mereka selalu dihantui oleh pocongan yang bersuara “cong culidin” yang kemudian ada sebagian penduduk yang mengikuti penguburan kemarin itu ingat kalau pocongannya belum dibuka sehingga membuat sebagian dari mereka mengartikan “cong culidin” dengan pocongku uculono din mudin sehingga mereka bersepakat untuk menggali kuburan dan melepas pocongannya. Tetapi anehnya setelah mereka melakukan penggalian dan membuka pocongan tersebut, malam harinya dan seterusnya mereka bisa tidur nyenyak karena sudah tidak dihantui oleh pocongan tadi.

@  Bagaimanakah hukumnya menggali kubur dengan tujuan diatas ( membuka pocongan agar supaya tidak dihantui lagi ) ?
                           
@   Khilaf,menurut madzhab Hanbali hal itu diperbolehkan bahkan sunat karena terdapat غرض صحيح yaitu        تحسين الكفن / حل العقد  dan hal itu disunnahkan,sedangkan menurut madzhab Syafi’i tidak boleh karna belum mencapai tingkatan darurat yang memperbolehkan menggali kuburan ((نبش القبر.   
Referensi : Al Fiqhul Al islamiy Juz 2 Hal 529
Matholibu ulin nuha juz 1 hal 917

مطالب أولى النهى ج 1 ص 917
( ويجوز نبش ) ميت ( لغرض صحيح كتحسين كفن ) , لحديث جابر : { أتى النبي صلى الله عليه وسلم عبد الله بن أبي بعد ما دفن , فأخرجه فنفث فيه من ريقه , وألبسه قميصه } متفق عليه . ( و ) ل ( إبدال كفن حرير ) أو منسوج بذهب أو فضة لتحريم استعماله . ( و ) يجوز نبشه ( لإفراد مدفون مع غيره ) , لحديث جابر قال : " دفن مع أبي رجل فلم تطب نفسي حتى أخرجته , فجعلته في قبر على حدة " رواه البخاري . ( و ) ينبش ( مدفون لعذر بلا غسل وحنوط ) , فيغسل ويحنط وتعاد الصلاة عليه ويدفن . ( ويتجه : و ) ينبش ميت ( مدفون على جنبه الأيسر ) , لأنه خلاف السنة ( أو لحقته نداوة ) الأرض فينبش , لئلا يسرع إليه الفساد , وهذا متجه . وأما قوله : ( أو بلع مال نفسه وله وارث )  ففيه ما فيه , بدليل تصريح الأصحاب بأن للوارث أخذ المال إذا بلي الميت لا قبله
الفقه الإسلامي ج 2 ص 539

وقال الحنابلة : يجوز نقل الميت لغرض صحيح كدفنه في بقعة خير من بقعته التي دفن فيها , ولمجاورة صالح لتعود عليه بركته إلا الشهيد اذا دفن بمصرعه فلا ينقل عنه لغيره حتى لو نقل منه رد اليه ندبا لأن دفنه فى مصرعه ( مكان قتله ) سنة فقد امر النبي صلى الله عليه وسلم بقتلى أحد ان يردوا الى مصارعهم وكانوا نقلوا الى المدينة

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar