Senin, 20 Maret 2017

KH. Maimoen sering dianggap pendukung Ahok


Kita liat orang tua kita dulu Habib Ali Alhabsi, Habib Ahmad bin Hasan, Habib Abdullah bin Husen bin Tohir, siapa lagi yang mau kita sebutin? Siapa lagi... Tidak ada seorangpun dari mereka, tidak adapun seorang dari meleka melainkan kesibukannya adalah mendamaikan tiap pihak yang berselisih.
Taukah kalian T\tugas para Munsib di Yaman Hadromaut, tugas mereka adalah mendamaikan semuanya. Terkadang mengeluarkan uang bermilyar-milyar untuk mendamaikan dua orang yang berselisih. Ga ada yang namanya provokasi. Kerusuhan.

Para pendakwah Habib Ali Alhabsi, Habib Salim Jindan, Habib Ali bin Husain, Para Wali Songo mereka semua mendamaikan kekacauan. Habib Utsman bin Yahya yang kita semua bangga dengan beliau. Tugas beliau mendamaikan…... Subhanalah....... Beliau mendamaikan pribumi dengan Belanda. Demi damai beliau mengorbankan nama besar beliau. Untuk mendamaikan ga peduli dibilang antek penjajah, antek Belanda belau ga perduli, cari ketentraman jangan sampe darah tertumpahkan.
Ini jalan mereka. Jalan mereka yang mencari Allah.
 

Ini warisan dari orang tua kita, ngedamein orang jangan kita bikin ribut rusuh memperkeruh keadaan.
Bimbing dengan kelembutan kejalan Allah.

;
Tau ga selain mendamaikan orang bertikai, orang tua kita para solihin itu dulu kerjaannya tutup mata dari mencari kekurangan orang lain. Ga kaya jaman sekarang kesalahan dikorek dicari dibeberin. Nih daftar kesalahan si Fulan di share di medsos dah

Kata Mbah Moen: Saya Sering Dianggap Pendukung Ahok

Bukan orang NU jika tidak bisa melucu. Dan semakin tua atau semakin dituakan, selera humornya semakin tinggi. Tampaknya hal itu juga berlaku untuk tokoh paling sepuh di NU saat ini, yaitu Kiai Maimoen Zubair.
Mustasyar PBNU berusia 89 tahun ini mengundang decak tawa saat memberikan sambutan selaku tuan rumah dalam Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara yang diadakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di pondok pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah Kamis (16/3).

Ketika menyampaikan tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia dan perjuangan umat Islam, ia tiba tiba berseloroh tentang kondisi politik yang lagi hangat di tanah air.

“Saya sering dianggap pendukung Ahok,” ucapnya sambil terkekeh ringan.

“Hahahaa….” hadirin tertawa terbahak-bahak, geli sekaligus terkejut. Beberapa detik hadirin terdiam menunggu penjelasan ulama sepuh yang biasa dipanggil Mbah Moen ini.

Diteruskannya, ia dianggap sebagai pendukung basuki tjahaja purnama (Ahok) karena tiga hal. Pertama, ia mengecam penggunaan isu SARA dalam politik, terutama Pilkada di Jakarta. Menurutnya, Indonesia harus dijaga kedamaiannya dan kerukunannya. Umat Islam harus menjadi pelopor dan penjaga perdamaian dan kerukunan. Maka tidak boleh umat Islam menjadi pembuat perpecahan dan pengobar permusuhan.
Kedua, sambung pengasuh pesantren yang terkenal ahli sejarah ini, negara makmur atau tidak itu bukan tergantung pemimpin negaranya muslim atau bukan. Dia contohkan Sudan, negara nun jauh di benua Afrika, sebelah selatan Mesir.

Sudan setelah terpecah menjadi dua negara, yaitu Sudan Utara dan Sudan Selatan, kata dia, lebih makmur Sudan Selatan. (Data Wikipedia menyebutkan Sudan Selatan dipimpin oleh presiden Kristen). Sementara Sudan utara yang dipimpin presiden muslim, rakyatnya tidak makmur, alamnya gersang dan bahkan pemerintahnya lemah sekali. Saat ini terancam sebagai negara gagal. “Pengamatan saya, negara Sudan Selatan makmur, sedangkan Sudan Utara miskin dan gersang,” terangnya.

Penyebab ketiga mengapa Kiai Maimoen sering dianggap pendukung Ahok, menurut dia, karena sering menceritakan bahwa Islamnya orang sarang itu berasal dari dakwahnya orang Belitung dan Bangka. Bukan para wali dari Demak

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar