Sabtu, 03 Desember 2016

Empat Muslim berpengaruh dunia dari Indonesia


Presiden Joko Widodo (tengah), salah satu nama dalam daftar 500 Muslim berpengaruh dunia.

Indonesia menyumbang empat tokoh dalam daftar 500 Muslim paling berpengaruh dunia untuk periode 2017. Dua orang berada di jajaran 20 besar, sementara dua lainnya pada posisi 50 teratas. Di antara yang empat itu, Joko "Jokowi" Widodo duduk di tempat tertinggi, yakni peringkat ke-13.

Daftar yang dirilis oleh wadah pemikir Yordania, The Royal Islamic Strategic Studies Centre, dua tahun berturut-turut sebelum ini--2015 dan 2016--menempatkan Jokowi di posisi sebelas.

Bahkan, lis yang mulai dibuat pada 2009 itu pernah memasukkan Presiden Indonesia keenam, Susilo "SBY" Bambang Yudhoyono, ke dalam 10 besar terbitan dimaksud: pada 2012, SBY di posisi kesembilan, dan pada tahun berikutnya, tempat ketujuh.

Dalam prakatanya, lembaga penerbit menekankan bahwa nama-nama yang mereka pilih dianggap menularkan pengaruh terhadap masyarakatnya.

Tidak mengherankan jika sosok yang mendominasi posisi 50 teratas adalah para pemikir agama dan kepala negara. Pasalnya, pengaruh yang terangkut dalam status sosial dua posisi barusan sukar dinihilkan, bil khusus menyangkut penguasa yang pada banyak kasus menunjuk pemikir agama untuk mengemban fungsi tertentu.

Prof. Dr Syekh Ahmar Muhammad al-Tayeb, pemimpin Universitas Al-Azhar sekaligus imam besar masjid Al-Azhar, Kairo, ada di urutan pertama.

Peringkat kedua dan ketiga ditempati Raja Yordania, Abdullah II, dan Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud dari Arab Saudi.

Di posisi keempat, Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin spiritual Republik Islam Iran.

Lembaga Yordania itu memandang Jokowi sebagai politikus bersih serta dinilai sanggup menghindar dari korupsi dan nepotisme, praktik jamak yang mengotori integritas banyak politisi.

Selain itu, kebiasaan blusukan Presiden Jokowi ditanggapi sebagai hal patut karena itu akan membuat mata dan telinganya terbuka akan kondisi masyarakat. Dengan demikian, hubungan yang intim dan pribadi dengan khalayak luas pun terbangun.

Di bawah Jokowi, terdapat Ketua Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Said Aqil Siradj. Organisasi massa yang dipimpinnya memiliki ratusan cabang di hampir semua wilayah Indonesia.

Posisi Kiai Said Aqil--yang menempati urutan ke-20--sedemikian dipandang berpengaruh dalam pergerakan Islam beraliran Sunni di tanah air.

Sosoknya pula diukur memiliki latar belakang akademis mumpuni. Ia dipandang menjunjung tinggi pendidikan sebagai syarat utama pembangunan.

Said Aqil mendirikan Said Aqil Center di Mesir, pusat kajian yang berfokus dalam mengembangkan wacana keislaman, khususnya di dunia Arab.

Sementara untuk Din Syamsuddin--mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah--wadah pemikir Yordania menilainya sebagai sosok yang aktif dalam dialog antaragama dan antarbudaya.

Din menduduki peringkat ke-41.

Menyusul Din pada urutan ke-45, seorang ulama kharismatik Pekalongan, Jawa Tengah, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Nama tersebut dikenal sebagai Rais Amm Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah.

Habib Luthfi pun pemimpin spiritual tarekat Ba Alawi di Indonesia. Setelah mempelajari Islam dari para ulama di Indonesia, ia kemudian pergi ke Mekkah dan Madinah untuk melanjutkan pelajarannya.

Habib Luthfi lalu mendapatkan ijazah untuk semua ilmu Islam tradisional termasuk hadits dan tasawuf. Dan kewenangannya untuk menjadi guru spiritual datang tidak hanya dari satu tarekat belaka.

 
Daftar dari The Royal Islamic Strategic Studies Centre juga menyertakan sejumlah figur yang dianggap sebagai ekstremis utama dunia. Di antara nama yang dikedepankan adalah pemimpin ISIS asal Irak, Abu Bakar Al-Baghdadi, serta pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Abu Bakar Ba'asyir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar