Sabtu, 11 Juni 2016

Waspadai orang yang gagal paham atau generasi Ibnu Muljam


Gara-gara gagal paham orang bisa ikut bunuh diri
Ali bin ABi Thalib gugur sebagai syahid pada waktu subuh, tanggal 7 Ramadhan akibat tebasan pedang salah seorang anggota sekte Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam Al Murodi. Uniknya sang pembunuh ini melakukan aksinya sambil berkata, “Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksi bejadnya ini Ibnu Muljam juga tidak berhenti mulutnya mengulang-ulang ayat 207 surat Al Baqarah :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” 

Tatkala khalifah Ali bin ABi Thalib akhirnya gugur, Ibnu Muljampun akhirnya dieksekusi mati dengan cara di qishas.

Proses qishasnya pun bisa membuat kita tercengang. Karena saat tubuhnya telah diikat untuk di penggal kepalanya, ia masih sempat berpesan kepada Algojo yang mendapat tugas melakukan eksekusi, “Jangan penggal kepalaku sekaligus. Tapi, potonglah anggota tubuhku, sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Demikianlah keyakinan Ibnu Muljam yang berpendapat bahwa membunuh Ali bin Abi Thalib, yang nota bene salah satu sahabat yang dijamin masuk surga, menantu (suami Sayyidah Fathimah) dan saudara sepupu Rasulullah dan ayah dari Hasan dan Husein, dua pemimpin pemuda ahli surga. 
Aksi yang dilakukan oleh Ibnu Muljam ini adalah realitas pahit yang kita lihat pada kehidupan ummat Islam sekarang. Dimana diantara para pemuda kita terdapat kelompok yang giat melakukan provokasi, untuk membunuh kaum muslimin yang tidak berdosa. Hanya beda firqoh (Kelompok).

Kelompok ini menggunakan intimidasi dan aksi kekerasan sebagai strategi perjuangan mereka. Merekalah yang disinyalir Nabi dalam sabdanya “Akan ada para lelaki yang membaca Al Qur’an tanpa melampaui tulang selangka mereka. Mereka telah keluar dari agama laksana keluarnya anak panah dari busur.”

Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin. Ibnu Muljam sejatinya adalah figur lelaki yang tidak buta sama sekali terhadap ilmu agama. Di jidatnya terlihat dengan nyata jejak sujud. Ia juga hapal Al Qur’an dan sekaligus sebagai guru yang berusaha mendorong orang lain untuk menghafalkannya.

Umar bin Khatthab pernah menugaskannya ke Mesir demi mengabulkan permohonan Amr bin Ash yang memohon kepada beliau untuk mengirim ke Mesir figur yang hafal Al Qur’an untuk mengajarkannya kepada penduduk Mesir.

Tatkala ‘Amr bin ‘Ash meminta, “Wahai Amirul mukminin, kirimkanlah kepadaku lelaki yang hafal Al Qur’an untuk mengajari penduduk Mesir“ Umar menjawab, “Saya mengirimkan untukmu seorang lelaki bernama Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Al Qur’an yang aku prioritaskan untukmu dari pada untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia…!.”

Meskipun Ibnu Muljam hafal Al Qur’an, bertaqwa dan rajin beribadah namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya dan berafiliasi dengan sekte Khawarij, yang telah meracuni para pemuda muslim sehingga melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Namun justru mengklaim semua itu dalam rangka membela ajaran Allah dan Rasulullah.

Bercermin dari figur Ibnu Muljam tentu kita tidak perlu merasa aneh jika sekarang muncul kelompok-kelompok ekstrim yang mudah memvonis kafir terhadap sesama muslim yang berbeda pandangan, melakukan tindakan yang sama persis yang dilakukan oleh Ibnu Muljam. Mereka mengklaim berjuang menegakkan agama Allah namun faktanya justru menebar ketakutan kepada ummat Islam.

Oleh karena itu, menjadi tugas bersama para ulama dan umaro’ untuk membentengi kaum muslimin di Indonesia dari ide-ide keagamaan yang destruktif yang dikembangkan oleh generasi pewaris Abdurrahman bin Muljam dan untuk berusaha keras menghalangi siapapun yang ingin menjadikan Indonesia sebagai ladang subur bagi tumbuhnya kelompok-kelompok neo khawarij yang militan namun miskin referensi.

sumber :
http://pcnukendal.id/…/…/15/mewaspadai-generasi-ibnu-muljam/

Khowarij
Kalian ingat ;orang yang membunuh Imam Ali ra. ini adalah orang yang siangnya berpuasa, malamnya dihabiskan untuk dzikir dan tahajud, hingga jidatnya hitam. Ia bahkan hafal AlQur'an, namun pemahamannya dangkal. Baginya Imam Ali ra telah kafir karena berpegang pada hukum buatan manusia, setelah perang sifin.
Maka dengan bangga ia teriak Allahu Akbar berulangkali setelah berhasil membunuh Ayah dari Sayyidina Hasan dan Hussain ini.

Baginda Rasul jauh hari telah memberitahu akan datangnya orang yg berkumpul dalam kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan orang lain .
Saat Rasulullah sedang membagikan ghanimah perang Hunain, datanglah khawarij seseorang dari Bani Tamim dengan pakaian yang pendek, diantara kedua matanya ada tanda bekas sujud yang menghitam, lalu berkata lancang, Berbuat adillah wahai Rasulullah!
Rasulullah menjawab, Celakalah engkau, siapa lagi yang bisa berbuat adil jika aku tidak bisa berbuat adil? maka engkau akan binasa dan rugi jika aku sendiri tidak berlaku adil.
Tidak lama Rasulullah bersabda: Akan datang suatu kaum kelak seperti dia, baik perkataannya tapi buruk kelakuannya, mereka adalah seburuk-buruk makhluk, mereka mengajak kepada Kitabullah, tetapi mereka sendiri tidak mengambil darinya sedikitpun. Mereka membaca AlQuran, tetapi tidak melebihi kerongkongannya.
Kalian akan mendapatkan bacaan AlQur’an mereka lebih baik dari kalian, dan sholat mereka lebih baik dari kalian, puasa mereka lebih baik dari kalian.
Mereka akan melesat meninggalkan Islam sebagaimana anak panah melesat dari busurnya.
Mereka mencukur kepala dan mencukur kumisnya dan pakaian mereka hanya sebatas setengah betis mereka.
Mereka akan membunuh para pemeluk Islam dan melindungi penyembah berhala.".


Mencari Ridho Allah


Surat Al-Baqarah [2:207]
[Pengorbanan diri demi mencari ridho Allah]

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

wamina alnnaasi man yasyrii nafsahu ibtighaa-a mardaati allaahi waallaahu rauufun bial’ibaadi
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

* * *

Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia. Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita.Harta berlimpah,makanan berlebih namun ketika tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup,merasa bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari. Sehingga merasa mengapa hidup hanya begini-begini saja?

Apa sebenarnya ridho Allah?
Mari simak ayat Al-Quran yang membahas hal tsb.

فَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalananan.Itulah yang lebih baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Ar-Rum : 38]

Dalam bahasa arabnya ridho Allah ternyata dilafashkan dengan wajhaAllah atau wajah Allah. Sering kita dengar perumpamaan ‘ih orang itu cari muka [wajah]‘ maksudnya cari perhatian. Demikian pula jika kita mencari wajah Allah atau perhatian Allah atau yang lebih populer ridhoNya maka pasti ada yang mesti kita lakukan. Apa? telah dijelaskan pada ayat di atas,yaitu memberikan haknya kerabat dekat,hak orang miskin,hak orang yang sedang dalam perjalanan. Itulah sebagian cara yang ditunjukkan Allah pada kita untuk mendapatkan ridhoNya disamping kita wajib selalu bertaqwa padaNya,istiqomah dalam ibadah,dan masih banyak lagi yang bisa mengundang RahmatNya bukan justru mendatangkankan murkaNya.

Memberikan hak orang yang dimaksud Allah bukan hanya bisa dilakukan oleh orang yang kelebihan harta namun bisa dilakukan oleh orang yang sadar dan ikhlas bahwa letak ketentraman hidup itu ada pada restu,ridho dan rahmat Allah.Boleh jadi rezeki yang Allah berikan pada kita hanya pas untuk makan sehari hari dan biaya hidup keluarga,namun ketika Allah telah berkenan memberi ridhoNya,rezeki yang pas itu menjadi berkah…keluarga sakinah,hati tentram,keluarga sehat wal afiat,tidak diberikan penyakit yang menguras rezeki kita,diberi keringanan beribadah,baik sholat,zakat,sedekah,sehingga hari hari yang dilalui dalam hidup penuh dengan rasa syukur.

Sekarang mari kita koreksi diri bersama ;
– sudahkah kita memberikan haknya kerabat dekat?
– sudahkah kita memberikan haknya orang miskin?
– sudahkah kita memberikan haknya orang yang dalam perjalanan?
– sudahkan kita bertaqwa berada di jalan lurusNya?
– sudahkah kita istiqomah dalam ibadah? mewujudkan rukun Islam dalam kehidupan sehari-hari?
– sudahkah kita meniatkan setiap yang kita lakukan untuk mencari ridhoNya?
Atau kita justru serakah,menggenggam erat harta yang Allah titipkan sehingga harta yang seharusnya bisa digunakan untuk ibadah malah menghantarkan kita ke pintu Neraka..
Setelah kita mendapat jawabannya..tentunya kita pun tahu,sudahkah kita dapatkan ridhoNya dalam hidup kita?
Kita memang tidak dapat melihat wujud ridlo itu dengan mata kepala akan tetapi insyaAllah akan bisa dirasakan oleh hati,ketika kita berjuang untuk mendapatkannya dengan senantiasa menjauhi laranganNya,memahami,mengamalkan dan mengajarkan perintahNya.


Islam adalah rahmat bagi alam semesta, akan tetapi ada orang-orang yang berusaha merusak wajah Islam dengan perilaku yang radikal, keras dan tidak memiliki toleransi kepada perbedaan...WASPADA..

Ciri-ciri muslim radilkal simak vidio berikut ini :

https://www.youtube.com/watch?v=Pz82W7RpB3w

Sabda Rasulullah SAW :

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
Ibun Umar (anaknya sahabat Umar Ra) tidak menyukai orang yg berjidat hitam
Dalam hadist riwayat Salim ibi Nadhir :

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ: لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوع

Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).

Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).

Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.

Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).dahi.Waallahua’llam bishawab.

Ini Yang Paling Dikhawatirkan Oleh Rosulullah SAW

Akhir zaman, lihatlah fenomena yang paling dikhawatirkan oleh Manusia terbaik Sayyidina Muhammadin SAW.
Munculnya anak-anak muda yang begitu cinta terhadap Al Quran, bacaannya bagus, bahkan Al Quran dibawa kemana-mana dalam sakunya.
Namun…… Kalau ada ustad yang lagi ceramah, ia tidak mendengarkannya, tidak menghiraukan/ tidak menyimak/ tidak peduli/ acuh tak acuh aja karena sibuk membuka mushaf Al Quran untuk membacanya.
Bahkan suka menuduh kepada ustadznya dengan tuduhan ustadz ahli bid’ah sampai dengan tuduhan syirik dan kafir (Takfir).
Kalau sudah tidak sependapat dengan kelompok lainnya, tidak hanya menuduhnya dengan kesyirikan dan kekafiran (takfiri). Bahkan menghunus pedangnya untuk membunuhnya (atau dengan mengebomnya). Sekalipun yang dibunuh itu saudaranya yang seiman. Dan sekalipun yang dibom itu adalah Masjid.
Ketika Takfir mengalahkan kekuatan Fikir maka masjid berubah dari Takbir kepada Tafjir (pengeboman). Entah akal bodoh mana yang bisa diyakinkan bahwa Syurga ada di atas mayat-mayat muslim yang bergelimpangan.
Sungguh teramat celaka orang yang jual amanah petunjuk, untuk menodai masjid kami. Mereka biarkan Yahudi hidup lalu menargetkan orang-orang yang ruku’ dan sujud.
Cobalah renungi kalimat ke khawatiran Nabi Muhammad SAW, di bawah ini..

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr).
Lihatlah ciri-ciri yang dikhawatirkan oleh Nabi SAW :
1. Suka membaca Al Quran, bacaanya bagus banget, fasih makhrojnya (Hatta Idaza ruiyat bahjatuhu alaih). Sholatnya juga bagus lho, bahkan kelihatan lebih bagus dari kita. Puasanya lebih rutin dari kita.

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Al Quran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Al Quran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)

قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
2. Suka membela kebenaran yang diyakinin atas nama Agama. Mereka berkoar-koar dengan kebenaran versinya (Wa kaana rid an lil islam).
3. Mereka suka menuduh kafir (takfiri) atau Syirik kepada keolompok muslimin lainnya baik langsung atau tidak, dengan berbagai gaya bahasanya. (Wa romaahu bis Syirk). Dan Pada akhirnya mereka suka menumpahkan darah muslimin dengan mudah tanpa belas kasih. Memenggal leher-leher mereka seperti memenggal hewan saja. Suka ngebom di Darus Salam ( negeri damai).
4. Dan mereka masih muda-muda lho, dan suka banget mengucapkan hadits Nabi, seolah dia yang paling tahu hadits-hadits Nabi Muhammad. Namun, Ilmunya dangkal banget (Hudtsaul asnaan wa sufahaaul Ahlam). Coba lihat hadits ini;

يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ

“Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai ke tenggorokan..” (HR Bukhari)

Jadi, solusi untuk bisa aelamat dari fitnah mereka adalah;
1. Ngaji sama guru yang bersifat murobby yang memiliki semangat membimbing dengan lembut bukan dengan caci maki, dan memiliki sanad sampai ke Rasululloh.
2. Kedepankan Adab, unggah ungguh, tawadlu’, kerendahan hati, ojo rumongso pinter lan rumonggso bener (jangan merasa paling pintar dan benar sendiri).
3. Mulailah mengaji kitab-kitab Tauhid, Fiqh, Akhlaq. Kitab ulama-ulama salaf kepada guru-guru yang menegakkan kelembutan, sembari menghafalkan Al Quran.
4. Terus berdoa, agar dihindarkan dari fitnah akhir Zaman ini:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِجَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naari jahannama wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitnatil masiihid dajjaal.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal”.


SALAFY Wahhabi Adalah Khawarij Tulen

ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ۬ شَدِيدٌ۬ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْوَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَهُم مَّغۡفِرَةٌ۬ وَأَجۡرٌ۬ كَبِيرٌ (٧

Artinya:Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala
yang besar. (Al-Qur’an Surat Fathir: 7)

قيل : هذه الأية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب و السنة , و يستحلون بذلك دماء المسلمين و أموالهم, لما هو مشاهد الأن فى نظائرهم و هم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على شيئ

Artinya:“Dikatakan bahwa ayat tersebut di atas diturunkan pada kaum Khawarij, yaitu golongan orang-orang yang suka mentahrif (merubah) Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Dengan demikian, mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan, karena adanya suatu kesaksian pada bangsa mereka saat ini. Mereka adalah golongan orang-orang yang berasal dari tanah Hijaz (sekarang Mekkah). Golongan tersebut dinamakan “Wahabiyyah”. Mereka mengira bahwa mereka berkuasa atas sesuatu.”

Azab Allah terhadap Salafi Wahhabi:
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka". (QS. 6 : 159)".

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Mereka adalah Golongan Yang Mengikuti Hawa Nafsu, Ahli Bid’ah dan Aliran Sesat dari Umat ini".

Allah SWT mengazab Kaum Wahhaby Sebagai Salah Satu Kaum Yang Bergolongan (Bercerai-berai), menjadi beberapa Golongan/Kelompok, diantaranya:

1. Golongan Wahhabiy Jihadiy.
2. Golongan Wahhabiy Harakiy.
3. Golongan Wahhabiy Turotsiy.
4. Golongan Wahhabiy Yamani (Wahhabiy Muqbil).
5. Golongan Wahhabiy Rodja (Wahhabiy Halabiy).
6. Golongan Wahhabiy Sururiy.
7. Golongan Wahhabiy Quthbiy (Wahhabiy Ikhwaniy).

Mengapa mereka menjadi Bergolongan (Bercerai-berai) demikian, mungkinkah karena perbedaan pendapat antara mereka, ataukah karena mereka suka berjidal, suka bertengkar, ataukah karena mereka saling merasa benar atas pendapatnya masing-masing ??
KENYATAAN JAMAN SEKARANG SALAFI TAKFIRI WAHHABI MEMANG GEMAR SEKALI MEMFITNAH

Inilah:
AQIDAH SALAFI TAKFIRI WAHHABI
TRITAUHID WAHHABI SAMA DENGAN TRINITAS KERISTEN :
Tuhan bapa = Rububiyah
Tuhan Yesus = Uluhiyah
Roh Kudus = Asma wa sifat
Di campur jadi TRITUNGGAL Disamakan jadi ESA
TRITAUHID = TRINITAS KERISTEN
AQIDAH MUJASIMAH = SYIRIK
Wahhabi benci Nabi
Wahhabi piaraan yahudi
Bukti yang sebenr2nya bahwa Wahabi Adalah Musuh bebuyutan Rosululloh SAW, 1 peninggalan2 yang paling bersejarah Dari Rosululloh sprti »baju rosululloh 3hellai rambut rosululloh. batu bekas tapak kaki rosululloh yg di injak ketika akan berangkat isro' dipalestin. bekas mangkok tempat minum rosululloh. 9pedang rosululloh dan peti2 rosululloh. baju baja rosululloh. sepatu rosululloh. serta peninggalan2 sahabat2 Nabi dn sbgainya semua itu disimpan di istambul topkapi Turki dan sbagian di Masjid Al azhar Mesir. La kenapa kok tidak di saudi ??? jawab »»karna kalau disaudi pasti sudah dihancurkan Wahabiy karna Wahabi itu hamba stianya kakitangan atau tikus ghot piaraan Yahudi. dan yahudi sangat benci sekali dengan Rosululloh sampai2 Makam nya Rosul dulu sempat heboh akan digusur Yahudi/wahabi, hanya karna yahudi saking bencinya kepada Rosululloh. coba mikir dikit “disaudi ditinggali wasiat yg mulia iaitu Rumah Nabi satu satunya saja di hancurkan Yahudi/Wahabi kok. apalagi kalo terlihat baju Nabi Pedang Nabi dll udah pasti di remuk2 sama wahabi anjing piaraan Yahudi. itulah sdikit bukti Wahabi Adalah musuh besar rosululloh. dan masih dikit >karna saking dendamnya kpda Nabi krna Nabi Mengutuk Najd sbgai Tanduk Setan itulah sabab nya Wahabi sangat dendam kpd Nabi.

Wallaahu A'lam -
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar