Keutamaan bulan Sya'ban.
رجب شهر الله، وشعبان شهري، ورمضان شهر أمتي
Nabi Saww. bersabda : "Bahwa Rajab itu bulan Allah, Sya'ban bulanKu dan Ramadhan adalah bulan ummat-Ku".Hadis ini disebutkan dalam kita Al-Jami' karya Imam Suyuti. Para ulama menerangkan maksud hadis ini Rajab adalah bulan Istigfar, Sya'ban adalah bulan untuk memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah Saww, dan Ramadhan adalah bulan memperbanyak bacaan Al-Qur'an.
Dari Nabi Saww., bahwa beliau bersabda :
"Keutamaan bulan Sya'ban diatas semua bulan itu seperti keutamaan saya diatas semua para Nabi dan keutamaan bulan Ramadhan diatas semua bulan itu seperti keutamaan Allah ta'aalaa diatas semua hambaNya".
Sabda Nabi Saww. :
"Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya'ban? Mereka menjawab : "Allah dan RasulNya maha mengetahui. Beliau bersabda : "Karena didalam bulan itu bercabanglah kebaikan yang banyak sekali". ('Raudhatul 'Ulama)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْحَجَّاجِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يُضَعِّفُ هَذَا الْحَدِيثَ و قَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُرْوَةَ وَالْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Al Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abu Katsir dari 'Urwah dari 'Aisyah dia berkata, Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam, lalu saya keluar, ternyata saya dapati beliau sedang berada di Baqi', beliau bersabda: " Apakah kamu takut akan didzalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?" saya berkata, wahai Rasulullah, saya mengira tuan mendatangi sebagian istri-istrimu, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya'ban, lalu mengampuni manusia sejumlah rambut (bulu) kambing." Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Abu Bakar Ash shiddiq. Abu 'Isa berkata, hadits 'Aisyah tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini dari hadits Al Hajjaj. Saya mendengar Muhammad melemahkan hadits ini. Dia berkata, Yahya bin Abu Katsir belum pernah mendengar dari 'Urwah, sedangkan Al Hajjaj juga belum pernah mendengar hadits dari Yahya bin Abu Katsir. (HR. At Tirmidzi No.670)حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq berkata, telah memberitakan kepada kami Ibnu Abu Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari Mu'awiyah bin Abdullah bin Ja'far dari Bapaknya dari Ali bin Abu Thalib ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila malam nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar. " (HR. Ibnumajah No.1378)حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ
Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami Huyai bin Abdullah dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin 'Amru, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Allah Ta'ala mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan sya'ban, lalu Dia mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh seseorang." (HR. Ahmad No.6353)Dari Abi Hurairah Ra. Beliau Nabi Saww. bersabda : "Telah datang kepadaku Jibril pada malam nisfi/pertengahan bulan Sya'ban dan dia berkata : "Hai Muhammad Saww. pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Maka berdirilah dan kerjakanlah shalat kemudian angkatlah kepalamu serta dua tanganmu kelangit:" Kata saya : "Hai Jibril, apakah artinya malam ini?" Dia menjawab : "Pada malam ini telah dibuka tiga ratus pintu rahmat, maka Allah ta'aalaa mengampuni semua orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, melainkan orang ahli sihir, dukun, orang yang suka bermusuhan, peminum khamer/arak, orang yang selalu melacur atau pemakan harta riba atau orang yang durhaka kepada orang tua, orang yang suka beradu domba dan memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni sehingga mereka itu mau bertobat dan mau meninggalkan".
Dari Yahya bin Mu'aadz bahwa dia berkata : "Sesungguhnya didalam kata "Sya'baan" mengandung lima huruf, yang masing-masing huruf itu merupakan singkatan anugrah kepada orang-orang yang beriman. Syin kepanjangan kata syarafun wa ayafaa'atun artinya kemuliaan dan pertolongan; 'ain kepanjangan kata 'izzatun wa karaamatu artinya keperkasaan dan keutamaan; baa-un kepanjangan kata birrun artinya kebaikan; alifun kepanjangan dari kata ulfatun artinya rasa kasih sayang; nuunun kepanjangan dari kata nuurun artinya cahaya".
Oleh karena itu telah diterangkan : "Bulan Rajab kesempatan membersihkan badan, bulan Sya'ban kesempatan membersihkan hati dan bulan Ramadhan kesempatan mensucikan jiwa. Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rajab, seharusnya dia membersihkan hatinya dibulan Sya'ban, dan barang siapa yang membersihkan hatinya dibulan Sya'ban juga seharusnya membersihkan jiwanya dibulan Ramadhan. Maka kalau dia tidak membersihkan badannya dibulan Rajab dan tidak membersihkan hatinya dibulan Sya'ban, kemudian kapan/bagaimana dia bisa membersihkan jiwanya dibulan Ramadhan? Oleh karena itu sementara Hukama berkata : "Sungguh bulan Rajab itu kesempatan untuk mohon ampunan dari segala dosa, bulan Sya'ban kesempatan untuk memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan Ramadhan untuk menerangkan hati/membersihkan hati/jiwa Lailatul Qadar untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'aalaa". (Zubdatul Waa'izdiina)
Dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan : "Bulan Rajab adalah dimana kita menanam, bulan Sya'ban dimana kita mengairi, dan bulan Ramadhan dimana kita memetik"
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu An-Nadhar dari Abu Salamah dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedemikian sering melaksanakan shaum hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shaum. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya'ban". (HR. Bukhori No.1833 dan No.1834)حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata; "Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban." (HR. Muslim No.1956)أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ لِيَكُونَا شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ وَكَانَ يَصُومُ مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ
Telah mengabarkan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Israil dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah ia berkata, "Aku tidak melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan puasa penuh satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban. Karena beliau menyambungnya dengan bulan Ramadan agar menjadi dua bulan berturut-turut. Kadang beliau berpuasa (dalam sebagian bulan) hingga kami berkata 'Beliau tidak pernah berbuka'. Dan kadang beliau berbuka hingga kami berkata 'Beliau tidak pernah berpuasa'." (HR. Ad Darimi No.1676)أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ يُوسُفَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ
Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Yusuf dan Muhammad bin Basysyar -dan lafadz ini miliknya- mereka berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata; "Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa dua bulan berturut-turut, hanya saja beliau menyambung bulan Sya'ban dengan Ramadlan." (HR. An Nasa’I No.2146)حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أُمِّ سَلَمَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ أَيْضًا عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ هُوَ جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ وَيُقَالُ قَامَ فُلَانٌ لَيْلَهُ أَجْمَعَ وَلَعَلَّهُ تَعَشَّى وَاشْتَغَلَ بِبَعْضِ أَمْرِهِ كَأَنَّ ابْنَ الْمُبَارَكِ قَدْ رَأَى كِلَا الْحَدِيثَيْنِ مُتَّفِقَيْنِ يَقُولُ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ كَانَ يَصُومُ أَكْثَرَ الشَّهْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى سَالِمٌ أَبُو النَّضْرِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ نَحْوَ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja'd dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya'ban dan Ramadlan. Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari 'Aisyah. Abu 'Isa berkata, hadits Ummu Salamah merupakan hadits hasan. Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Salamah dari 'Aisyah bahwa dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam lebih banyak berpuasa kecuali pada bulan Sya'ban, beliau dulu sering berpuasa pada bulan Sya'ban kecuali beberapa hari saja bahkan beliau sering berpuasa sebulan penuh. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami 'Abdah dari Muhammad bin Amru telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari 'Aisyah dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam seperti diatas. Dan diriwayatkan dari Ibnu Mubara bahwasanya dia berkata, menurut kaedah bahasa arab, hukumnya boleh mengungkapkan puasa sebulan kurang dengan ungkapan puasa sebulan penuh, sebagaimana dikatakan fulan terjaga sepanjang malam (beraktifitas terus) padahal dia hanya makan malam dan melakukan beberapa urusan. Berdasarkan pernyataan tadi, sepertinya Ibnu Mubarak melihat dua hadits diatas memiliki korelasi arti yang sama, dia berkata, sesungguhnya makna hadits diatas ialah Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam lebih banyak berpuasa pada bulan Sya'ban. Abu 'Isa berkata, Salim Abu Nadlr dan yang lainnya telah meriwayatkan hadits ini dari Abu Salamah dari 'Aisyah seperti riwayatnya Muhammad bin Amru. (HR. At Tirmidzi No.668)حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُفْطِرًا فَإِذَا بَقِيَ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ أَخَذَ فِي الصَّوْمِ لِحَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُشْبِهُ قَوْلَهُمْ حَيْثُ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَقَدْ دَلَّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّمَا الْكَرَاهِيَةُ عَلَى مَنْ يَتَعَمَّدُ الصِّيَامَ لِحَالِ رَمَضَانَ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad dari Al 'Ala' bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Jika telah masuk pada pertengahan bulan Sya'ban, maka janganlah kalian berpuasa." Abu 'Isa berkata, hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan shahih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan lafadz seperti di atas. Arti dari hadits diatas menurut sebagian ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Sya'ban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Ramadlan. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam seperti makna yang diterangkan oleh mereka, yaitu beliau Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Janganlah kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Ramadlan kecuali jika bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan." Hadits ini menunjukan larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa Ramadlan. (HR. At Tirmidzi No.669)حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ هَذَا الْحَدِيثَ فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّ يَدِهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَبُو سُفْيَانَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّى صَوْمَ شَعْبَانَ وَصَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah berkata; "Saya menemukan hadits ini di dalam kitab ayahku yang ditulis dengan tangannya.", telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaid Abu Sufyan, dari Sufyan, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sangat menjaga puasa sya'ban, dan puasa senin dan kamis. (HR.Ahmad No.23369)حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قُلْتُ أَيْ أُمَّهْ كَيْفَ كَانَ صِيَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَلَمْ أَرَهُ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad yaitu Ibnu Umar dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Aisyah dia (Abu Salamah) Berkata; wahai ibu bagaimana puasa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam? (Aisyah) Berkata; "Beliau sedemikian sering melakukan puasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun beliau juga sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengatakan bahwa beliau jarang berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau lebih banyak melakukan puasa di suatu bulan daripada puasa beliau di bulan sya'ban. Sungguh beliau puasa sya'ban tidak sedikit bahkan beliau berpuasa sya'bah sebulan penuh." (HR. Ahmad No.24154)حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Manshur dari Salim bin Abi Al Ja'd dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam berpuasa Sya'ban dan Ramadlan. (HR. Ahmad No.25308)حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Nadlr mantan budak 'Umar bin 'Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa terus menerus hingga kami berkata, beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga pernah berbuka terus menerus hingga kami berkata, bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melengkapi puasanya satu bulan penuh kecuali bulan Ramadan. Dan aku tidak melihatnya banyak berpuasa dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban." (HR. Malik No.601)Dari Nabi Saww. bersabda :
"Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya'ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya'ban serta tiga hari diakhir bulan Sya'ban, maka Allah ta'aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi, dan seperti orang yang beribadah kepada Allah ta'aalaa selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid".
Dari Nabi Saww. bersabda :
"Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya'ban, bertaqwa kepada Allah dan bertaat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan ma'syiyat/durhaka, maka Allah ta'aalaa mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit". (Zubdatul Waa'izdiina)
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa dia berkata : "Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabir telah meninggal dunia, maka saya juga menyalati jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berobah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian saya berkata/bertanya kepadanya : "Subhaanallaahi / Maha Suci Allah, mengapa engkau tidak membalas salam saya?". Dia menjawab : "Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah". Kata saya : "Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus?". Dia menjawab : "Ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata : "Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar". Kuburpun berkata kepada saya : "Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?". Kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya'ban". Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya : "Hai Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan Sya'ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya'ban". Maka Allah ta'aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya'ban dengan shalat dan berpuasa satu hari dibulan Sya'ban; kemudian Dia Allah ta'aalaa memberi kegembiraan kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya".
Dari Nabi Saww. bersabda : "Barang siapa yang menghidupkan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya'ban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati". (Zahratur Riyaadhi)
Dari 'Aisyah ra., ia berkata :
"Tidak pernah Rasulullah Saww. berpuasa dari suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban". Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : "Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban, kecuali sedikit (beberapa hari saja beliau tidak berpuasa)". (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Saww. ditanya tentang : "Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain, seperti engkau berpuasa pada bulan Sya'ban". Rasul Saww. bersabda : "Itulah bulan yang dilupakan oleh manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia dilaporkan kepada penguasa alam semesta. Maka aku lebih suka bila amalku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa". (HR.Ahmad)
Diriwayatkan dari 'Atha-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata : "Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar (Lailatul Qadar) yang lebih utama kecuali dari malam setengah bulan Sya'ban".
Niat Puasa Sya’ban :
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
NAWAITU SHAUMA SYAHRI SYA’BAN SUNNATAN LILLAHI TA'ALA.Artinya : “ Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Dan masih banyak lagi dalil-dalil tentang keutamaan bulan Sya’ban dan Nisfu (pertengahan) Sya’ban.
Wahai Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya'ban ini kita banyak-banyak berpuasa dan beramal shaleh menghidupkan sunnah Nabi Saww. serta memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saww, agar kita diridhai oleh Allah Swt. dan mendapat syafa'at dari Rasulallah Saww., serta tidak menjadi orang yang merugi diakhirat nanti karena mengetahui keutamaan bulan Sya'ban dan pahala/ganjaran dari shalawat kepada Nabi Saww. karena "siapa yang cinta pada sesuatu hal maka ia akan sering menyebut-nyebutnya".
Huwallaahu A'lam Bisawab.
KEUTAMAAN MALAM NISHFU SYA'BAN
Bulan Sya’ban termasuk salah satu bulan yang agung dalam pandangan syara’. Rasulullah SAW memuliakan bulan Sya’ban dengan menambah aktifitas ibadah. Sehingga menambah ibadah pada bulan Sya’ban sangat dianjurkan sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih. Apabila pada hari-hari bulan Sya’ban dianjurkan meningkatkan aktifitas ibadah dan kebajikan, maka pada malam nishfu Sya’ban lebih dianjurkan lagi karena terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban melebihi hari-hari yang lain pada bulan yang sama. Hadits-hadits tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah, Auf bin Malik, Abu Bakar al-Shiddiq, Abu Musa dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum.
Hadits Pertama
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلىَ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلاَّ لاِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ . أخرجه أحمد
“Dari Abdullah bin Amr, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yang tidak diampuninya, yaitu orang yang bermusuhan dan pembunuh orang.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad [2/176] dengan sanad yang lemah, sebagaimana dapat dilihat dalam al-Targhib wa al-Tarhib [3/284] dan Majma’ al-Zawaid [8/65]).Hadits Kedua
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ . أخرجه ابن حبان في صحيحه والطبراني، وأبو نعيم في الحلية.
“Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Hibban dalam Shahih-nya [12/481], al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [20/109] dan al-Mu’jam al-Ausath, dan Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ [5/195], semuanya dari jalur Makhul, dari Malik bin Yukhamir dari Mu’adz secara marfu’. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid [8/65], “Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Mu’jam al-Ausath, dan para perawinya dapat dipercaya”. Malik bin Yukhamir seorang perawi tsiqah dan mukhadhram (generasi tabi’in yang mengikuti masa Jahiliyah), sedangkan Makhul pernah menjumpainya, sehingga hadits ini tidak mengalami keterputusan (inqitha’), sebagaimana asumsi sebagian kalangan. Kesimpulannya, Ibnu Hibban sangat tepat dalam menilai shahih hadits tersebut.Hadits di atas juga diriwayatkan dari 3) jalur Abu Hurairah oleh al-Bazzar dalam Musnad-nya [2/436], 4) jalur Abu Tsa’labah al-Khusyani oleh al-Thabarani [Majma’ al-Zawaid 8/65] dan Ibnu Abi Ashim dalam al-Sunnah [1/223], 5) jalur Auf bin Malik oleh al-Bazzar [2/463], 6) jalur Abu Bakar al-Shiddiq oleh Ibnu Khuzaimah dalam al-Tauhid [no. 90] dan Ibnu Abi Ashim [no. 509], 7) jalur Abu Musa oleh Ibnu Majah [1/446] dan al-Lalaka’i [no. 763] dan 8) jalur Aisyah oleh Ahmad [6/238], al-Tirmidzi [3/107] dan Ibnu Majah [1/445].
Kesimpulan dari riwayat-riwayat tersebut adalah menetapkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban secara khusus, dan salah satu dari riwayat di atas telah dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Bahkan al-Albani – ulama Salafi-Wahabi -, juga menilainya shahih dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah [1144], dalam Shahih Sunan Ibn Majah [1/233] dan dalam ta’liq terhadap kitab al-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim [no. 509, 510, 511 dan 512). Riwayat yang shahih ini, sekaligus menaikkan riwayat-riwayat lainnya yang dianggap dha’if menjadi hasan lighairihi sebagaimana telah menjadi ketetapan dalam ilmu hadits. Malam Nishfu Sya’ban memiliki dasar yang sangat kuat, umat Islam sejak generasi salaf banyak yang menghidupkannya dengan aneka ragam ibadah seperti shalat, doa dan lain-lain.
Perintah membaca sholawat turun di bulan Sya'ban
Mengapa Perlu Perbanyak Sholawat di bulan SYA'BAN
Hubungannya dengan keutamaan Bulan Sya'an
AlHAMDULILLAH atas berkat rahmat Allah SWT kita masih diberi kesempatan bertemu bulan Sya'ban. Inilah waktunya yang afdhol bagi kita untuk memperbanyak bacaan sholawat, dimana saja, kapan saja, dan dalam keadaan apa saja.
Firman Alloh, "Innaloha wa malaikatahu yusholluna ala nabi, ya ayyuhaladzina amanu shollu alaihi wa salimu taslima", artinya," Sesungguhnya Alloh dan malaikatNya bersholawat pada Nabi (Muhammad), wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah pada Nabi (Muhammad)".
Sabda Nabi,"Bulan Rojab adalah bulan Alloh, bulan Sya'ban adalah bulanku, dan bulan Romadhon adalah bulannya Alloh, tetapi sedikit yang mengingat Sya'ban".
Memang sedikit yang mengingat bulan Sya'ban. Sebagai bulannya Nabi Muhammad SAW. Mengapakah bulan Sya'ban disandarkan pada Nabi Muhammad SAW ?
Perhatikanlah, turunnya ayat di atas, yaitu tentang perintah bersholawat, Firman Alloh,"Innaloha wa malaikatahu yusholluna ala nabi, ya ayyuhaladzina amanu shollu alaihi wa salimu taslima", ayat tersebut turunnya adalah di dalam bulan Sya'ban.
Sebab itulah, pada bulan ini, merupakan kesempatan besar bagi umat Islam untuk mendekatkan diri pada nabi Muhammad, melalui memperbanyak membaca sholawat
Kemudian perhatikanlah firman Alloh di atas:
1. Alloh bersholawat pada Nabi Muhammad.
2. Malaikat bersholawat pada Nabi Muhammad.
3. Orang-orang yang beriman bersholawat pada Nabi Muhammad.
Ada tiga macam sholawat pada Nabi Muhammad. SholawatNya Alloh, Sholawatnya malaikat dan sholawatnya orang-orang mukmin. Yang masing-masing adalah berbeda. Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya manusia dan semulia mulianya manusia. Beliaulah yang dapat memberikan SYAFA'AT pada kita. Beliaulah USWATUN HASANAH, beliaulah WASILATUL UDMA.
Bagaimana semestinya iktiqod kita di saat bersholawat ???
"Sholawat" akar katanya adalah "Shollu". Sama dengan akar kata dari "Sholat", yang "Shollu" itu berarti "HUBUNGAN", pada saat kita membaca sholawat pada Nabi, ibarat kita memasang suatu jalur penghubung antara kita pada Nabi.Atau itu sama artinya kita menjalin KOMUNIKASI dengan nabi Muhammad.
Di sinilah mestinya IKTIQOD kita.
Sambil mengharap syafaat beliau, mengharap petunjuk beliau, mengharap limpahan rohmat beliau, sebagaimana yang sudah kita pahami. "TAAT pada ROSULULLOH sama dengan TAAT pada ALLOH". "Tidak akan sampai pada ALloh kecuali melalui Muhammad".
Apakah kita pernah berpikir bahwa ALloh mengajarkan Islam secara langsung pada kita ??
Tidak..., melainkan Melalui beliaulah (Muhammad), Alloh menurunkan ajaran Islam pada seluruh umat manusia. Beliaulah WASILATUL `UDMA, atau "WASILAH YANG AGUNG".
Kemudian melalui para Ulama "Warosatul Anbiya" atau Ulama yang mewarisi ilmu-ilmu para nabi-lah kita memperoleh pengajaran dan keterangan tentang agama Islam. Tidak langsung dari Alloh seketika, pada kita, melainkan melalui perantara beliau-beliau itu, para alim ulama, para tabiin, para sahabat dan melalui Nabi Muhammad SAW.
Sebab itulah Alloh memerintahkan pada kita di Al-Qur'an untuk mencari PERANTARA atau WASILAH yang dapat mendekatkan diri pada-Nya. Para sahabat juga berdo'a dengan memanfaatkan PERANTARA Muhammad, Paman Muhammad, Ibnu Abbas, dll.
Kembali pada keutamaan bulan Sya'ban 1429 Hijriah yang untuk tahun Masehi-nya diawali pada tanggal 3 Agustus 2008, pada bulan ini, sekali lagi merupakan kesempatan kita mendekatkan diri pada Nabi Muhammad SAW melalui banyak-banyaklah membaca sholawat pada beliau.
Sholawatnya Alloh pada Muhammad adalah berbeda dengan sholawatnya malaikat pada Nabi Muhammad, dan berbeda pula dengan sholawatnya orang mukmin pada Muhammad. Sholawatnya malaikat adalah berbeda dengan sholawatnya Alloh pada Muhammad dan berbeda pula dengan sholawatnya orang mukmin pada Muhammad SAW.
Kemudian, pada 15 Sya'ban atau nisfu sya'ban, merupakan puncak keistimewaan bulan ini, dan sungguh-sungguh sangat merugi orang yang tidak mau memanfaatkan tanggal tersebut untuk memohon pada Alloh.
Pada tanggal 15 Sya'ban itu-lah turun 300 rohmat, sebagaimana berita Jibril pada Muhammad. Dan pada tanggal 15 Sya'ban inilah seandainya catatan "pencabutan nyawa seseorang" untuk tahun depan sudah akan berlaku, pada malam 15 Sya'ban ini, catatan itu turun pada malaikat pencabut nyawa.
Sekelompok orang-orang tasawuf memanfaatkan malam ini untuk memohon pada Alloh, agar seandainya catatan itu untuk kita sudah turun, mohon supaya ditangguhkan. Pada bulan Sya'ban ini marilah, saya mengajak saudara-saudara seiman, untuk benar-benar memanfaatkan hari-hari, jam-jam, bahkan tiap detik, untuk dijaga agar tidak lepas HUBUNGAN dengan Nabi Muhammad SAW, melalui bacaan-bacaan sholawat.
Adapun redaksinya bacaan Sholawat ada beberapa macam, yakni
ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD
atau
SHOLLALLOHU 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD.
atau
ALLOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WASALIM
Peristiwa Keutamaan Dan Di Bulan Sya’ban
Bulan Sya’ban Merupakan bulan ke delapan di dalam Kalender Hijriyah, yang mana di dalam bulan ini terdapat keutamaan berserta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya, yang tentu saja akan kita bahas secara tuntas di website ini.
Nama Sya’ban itu sendiri diambil dari kata Sya’bun (Arab: شعب), yang memiliki arti kelompok atau golongan.
Mengapa di namakan dengan Sya’ban.?
Hal ini karena pada bulan ini, masyarakat jahiliyah berpencar mencari air. Akan tetapi Ada pula yang mengatakan, mereka(masyarakat Arab) berpencar menjadi beberapa kelompok untuk melakukan peperangan antar suku. (Lisanul Arab, kata: شعب). Al-Munawi mengatakan, “Bulan Rajab menurut masyarakat jahiliyah adalah bulan mulia, sehingga mereka tidak melakukan peperangan. Ketika masuk bulan Sya’ban, bereka berpencar ke berbagai peperangan.” (At-Tauqif a’laa Muhimmatit Ta’arif, Hal. 431).
bulan sya'ban
Bulan Sya’ban Berada di antara dua bulan penting yang sangat di perhatikan umat muslim yakni antara bulan Rajab dan Juga Bulan Ramadhan, Sehingga Rasulullah mengatakan bahwasanya bulan Sya’ban ini merupakan bulan yang sering di lupakan oleh umat manusia, yang beradara antara bulan rajab yang sering di perhatikan karena salah satu bulan Haram sementara Ramadhan karena adanya kewajiban puasa sebulan penuh di dalamnya.
Hadist Sahih Seputar Bulan Sya’ban
Dari A’isyah radliallahu ‘anha, beliau mengatakan :
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.’” (H.R. Al Bukhari dan Muslim)
A’isyah mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (H.R. Al Bukhari dan Msulim)
A’isyah mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan syaban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan syaban sampai 30 hari.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Ummu Salamah radliallahu ‘anha mengatakan,
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan ramadhan.” (H.R. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani)
Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya,
Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.’” (H.R. An Nasa’i, Ahmad, dansanad-nya di-hasan-kan Syaikh Al Albani)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluqnya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, At Thabrani, dan disahihkan Al Albani)
Itu merupakan Hadist sahih yang bisa di jadikan Rujukan umat Muslim saat menyambut datangnya bulan sya’ban, sementara itu Ada Beberapa peristiwa dan kejadian-kejadian penting yang terjadi di bulan Sya’ban, di antarnya sebagai berikut
Peristiwa Peristiwa Di Bulan Sya’ban
1. Kiblat dipindah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah
Makkah - Kabah
Ketika kaum Muslimin Hijrah ke kota Madinah maka pada saat itu kaum muslimin sholat menghadap baitu al-maqdis yang mana pada saat itu juga Kiblat kaum yahudi juga menghadap baitu al-maqdis, tentu saja kaum yahudi melihat ini sebagai suatu kesempatan untuk mengolok-olok dan menghina kaum muslimin, Mereka kaum Yahudi mengatakan, katanya Muhammad membawa risalah dan agama baru yang lengkap. Tapi ternyata kiblat mereka masih menggunakan kiblatnya orang Yahudi, yaitu Baitul Maqdis. hal ini tentu sangat menyakitkan hati kaum Muslimin, akan tetapi keimanan yang kukuh dalam hati orang – orang muslim menjadikan mereka tetap teguh menjalankan perintah Allah ta’ala meski mendapatkan hinaan dan celaan dari musuh – musuh Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Tidak tega melihat umatnya selalu di Hina, kemudian Beliau berdo’a untuk meminta segera di angkat Hinaan itu dan juga meminta untuk memindahkan arah kiblat ke arah kabah kembali. Allah ta’ala mengabulkan do’a dari nabi mulia ini dan menjadikan ka’bah sebagai kiblat kaum muslim.Hal ini dijelaskan dalam surat al-Baqoroh ayat 144 :
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَ حَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ وَ إِنَّ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
“Sesungguhnya Kami lihat muka engkau menengadah-nengadah ke langit, maka Kami palingkan lah engkau kepada kiblat yang engkau ingini. Sebab itu palingkanlah muka engkau ke pihak Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu semua berada palingkanlah mukamu ke pihaknya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab mengetahui bahwasanya itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan tidaklah Allah lengah dari apapun yang kamu amalkan”.
Al-Imam al-Qurthubi dalam al-Jami’ li-ahkami al-Qur’an mengutip dari Abu hatim al-Basti bahwa umat Islam sholat menghadap ke baitul maqdis selama tujuh belas bulan 3 hari, Hal ini di karenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah pada hari senin dua belas Rabi’ul Awwal kemudian Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap ka’bah pada hari senin pertengahan bulan Sya’ban.
2. Diwajibkan puasa bulan Ramadhan
Pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriah umat Islam mulai diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan, hal ini tentu harus selalu di ingat oleh kaum muslimin.
3. Turun Ayat Shalawat
Allah ta’ala menurunkan ayat tentang perintah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu , yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56).
Karena turunnya ayat ini pada bulan Sya’ban sebagian Ulama menyebut Sya’ban dengan bulan shalawat dan menganjurkan memperbanyak membacanya di bulan ini.
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Sayyidatuna Hafshah binti Umar radhiyallahu ‘anhuma
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Sayyidatuna Hafshah binti Umar radhiyallahu anhuma pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah. Hafshah binti Umar radhiyallahu anhuma adalah janda dari Khunais bin Hadafah yang meninggal setelah kembali dari perang Badar.
5. Perang Badar kedua (as-sughra)
6. Kelahiran Sayyidina Abdullah ibn az-Zubair radhiyallahu ‘anhuma
7. Kelahiran Sayyidina al-Husain ibn Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhum
8. Perang Bani al-Musthaliq
9. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan sayyidah Juwairiyah bintu al-Harist radhiyallahu ‘anha
10. Peristiwa al-Ifki (Dusta )
Setelah perang bani al-Mustholiq terjadi peristiwa dusta yaitu fitnah yang disebarkan oleh Abdullah bin Ubay yang mengatakan sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha berselingkuh dengan Shafwan bin Mu’aththal. Namun Allah ta’ala akhirnya menurunkan ayat 11 – 13 surat an-Nur yang menjelaskan bahwa sayyidah Aisyah bersih dari semua tuduhan keji ini. Orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini dihukum cambuk 80 kali, mereka adalah Misthah bin Utsatsah, Hamnah binti Jahsyi, dan Hasan bin Tsabit.Hadist ifki ini terjadi pada bulan sya’ban tahun keenam Hijriyah.
11. Pengiriman Pasukan Abdurrahman bin Auf ke Daumatul Jandal
12. Pengiriman pasukan Ali bin Abi Thalib ke Bani Sa’ad bin Bakr di Fadak
13. Pengiriman Pasukan Umar bin Khathab ke Thurobah
14. Pada bulan Sya’ban tahun ketujuh Hijriah sayyidinaa Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu diutus bersama tiga puluh orang ke Thurobah.
15. Pengiriman pasukan Basyir bin Sa’ad al-Ansyori ke Fadak tahun ke-7 Hijriah
16. Pengiriman pasukan Abu Bakar as-Sidiq ke Najed tahun ke-7 Hijriah
17. Pengiriman pasukan Abi Qotadah ke Hadhirah tahun ke-8 Hijriah
18. Sayyidah Ummu Kultsum putri Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam wafat
19. Kelahiran Sayyidinaa Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali radiyallahu ‘anhum
20. Sayyidatuna Hafshah bintu Umar ibn Khathab radiyallahu ‘anhuma wafat
Itu adalah Hikmah serta Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di bulan sya’ban, yang mana bulan ini kadang di indonesia di sebut dengan bulan Ruwah, semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang terjadi ini, mari persiapkan diri kita untuk menyambut bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan menjelang, mari mulai perbaiki diri kita untuk menjadi pribadi yang mulia yang bermanfaat untuk umat manusia, dan semoga amal dan Ibadah yang selama ini kita lakukan di terima Oleh Allah, saya rasa artikel kali ini saya cukupkan sampai di sini, kita akan bertemu lagi di artikel mendatang, terima kasih sudah membaca di website genggaminternet.com
Incoming search terms:
sejarah bulan syaban
peristiwa di bulan syaban
peristiwa di bulan sya\ban
peristiwa bulan syaban
peristiwa yang terjadi pada bulan syaban
Sejarah bulan sakban
peristiwa bulan sya ban
peristiwa penting bulan sya\ban
Kejadian di bulan syaban
peristiwa yang terjadi di bulan sya\ban
Allâhumma fa ai‘innâ ‘alal istinâni bisunnatihi fîh, wa nailisy syafâ‘ati ladaih. Allâhumma waj‘alhu lî syafî‘an musyaffa‘an wa tharîqan ilaika mahî‘an, waj‘alnî lahu muttabi‘an hattâ alqâka yaumal qiyâmati ‘annî râdhiyâ, wa ‘an dzunûbî ghâdhiyâ, qad aujabta lî minkar rahmata war ridhwân, wa anzaltanî dâral qarâri wa mahallil akhyâr. Ya Allah tolonglah kami untuk mengikuti sunnahnya padanya, dan mendapatkan syafa‘at di sisinya. Ya Allah jadikanlah dia buatku pemberi syafa‘at lagi disyafa‘ati, dan jalan mendekatkan diri kepada-Mu, dan jadikanlah aku pengikutnya sampai aku berjumpa dengan-Mu pada hari kiamat dalam keadaan rela kepadaku dan me-maafkan dosa-dosaku. Sungguh Engkau telah wajibkan buatku rahmat dan kerelaan dari-Mu, dan Engkau tempatkan aku di negeri yang nyaman yang merupakan tempat orang-orang yang baik
3 Peristiwa dan Amaliah Di Bulan Sya'ban
Nisfu Sya'ban
Sookapura - Disebut Sya’ban karena berjalan darinya beberapa kebaikan yang sangat banyak. Kata Sya’ban diambil dari kata Asy-Syibi yaitu jalan di gunung. Jadi dia adalah jalan kebaikan.
Diriwayatkan dari Abi Umamah Al-Bahili ra. dia berkata, “Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Apabila datang bulan Sya ‘ban maka bersihkanlah dirimu dan perbaikilah niatmu di dalamnya”.
Aisyah ra., dia berkata, “Rasulullah Saw. telah berpuasa sehingga kami mengatakan beliau tidak hendak berbuka (tidak berpuasa) dan beliau selalu berbuka sehingga kami mengatakan beliau tidak berpuasa. Dan kebanyakan puasanya adalah dalam bulan Sya’ban”.
Di dalam An-Nasa’i dari hadits Usamah ra. aku berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa dalam bulan Sya’ban”. Beliau berkata,”Itu adalah bulan yang biasanya manusia lengah darinya antara bulan Rajab dan Ramadlan. Dia adalah sebuah bulan yang didalamnya diangkat amal-amal ini kepada Tuhan seru sekalian alam, maka aku suka kalau amalku diangkat (dilaporkan) sedang aku dalam keadaan puasa?.”
Di dalam shahihain dari Aisyah ra., dia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw. menyempurnakan puasa sebulan sama sekali kecuali bulan Ramadhan, dan akupun tidak pernah melihatnya dalam sebulan yang lebih banyak dan dia berpuasa daripada bulan Sya’ban”
Di dalam sebuah riwayat, “Beliau telah berpuasa bulan Sya’ban seluruhnya”. Bagi Imam Muslim, “Beliau telah berpuasa bulan Sya’ban kecuali sedikit”. Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Jadi yang dimaksud dengan seluruhnya adalah bagiannya yang terbesar.
Dikatakan bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memiliki dua hari raya, yaitu :
1. Malam bara’ah yaitu malam Nisfu Sya’ban;
2. Malam Lailatul Qadar
NAMA LAIN DARI NISFU SYA'BAN
1. Malam Menutup
As-Subki menuturkan dalam tafsirnya, “Sesungguhnya malam nisfu Sya’ban menutup dosa-dosamu setahun, sedang malam Jum’at menutup dosa-dosa sehingga, dan malam laillatul qadar menutup dosa-dosa seumur hidup”. Artinya menghidupkan malam-malam ini (dengan ibadah) menjadi sebab ditutup (dihapus) dosanya.
2. Malam Kehidupan
Diriwayatkan Al-Mundziri dengan marfu, “Barang siapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam nisfu Sya’ban tidaklah akan mati hatinya pada harinya hati-hati ini mati”,
3. Malam Syafa’at
Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. minta kepada Allah SWT pada malam ketiga belas akan syafa’at kepada umatnya lalu Allah memberinya sepertiga, beliau minta itu kepada-Nya pada malam keempat belas lalu Allah memberinya dua pertiga dan beliau minta itu pada malam kelima belas lalu Allah memberiny a seluruhnya kecuali orang yang lari melepaskan diri dari Allah seperti larinya unta. Yakni lari dan menjauh dari Allah dengan melanggengkan perbuatan durhaka.
4. Malam Maghrifah
Diriwayatkan Imam Ahmad, sesungguhnya Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah nampak pada malam setengah Sya’ban kepada hamba-hamba-Nya, lalu mengampuni kepada penghuni bumi kecuali dua orang laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang yang mendendam “.
5. Malam Kemerdekaan
Diriwayatkan Ibnu Ishaq, dia berkata, “Rasulullah Saw. pernah mengutuskan ke rumah Aisyah ra. dalam sebuah keperluan. Berkatalah aku pada Aisyah, “Cepatlah karena aku telah meninggalkan Rasulullah Saw., sedang menceritakan pada mereka tentang malam nisfu Sya’ban”. Aisyah berkata, “Ya Unais, duduklah sehingga aku menceritakan padamu tentang hadits malam nisfu Sya’ban. Malam itu adalah malam bagianku dari Rasulullah Saw. Datanglah beliau dan masuk bersamaku dalam selimutku. Aku terbangun pada tengah malam dan aku tidak menemukannya lagi”. Berkatalah aku, “Mungkin beliau pergi kepada perempuan mudanya Al-Qibthinya”. Maka keluarlah aku dan lewat di masjid lalu kak iku menyentuhnya sedang beliau bersabda, “Telah sujud kepada-Mu tubuh dan diriku dan berciuman kepada-Mu hatiku. Ini tanganku dan apa yang aku petik dengannya atas diriku. Wahai Tuhan yang Maha Agung yang diharapkan untuk setiap urusan-urusan besar, ampunilah dosa yang besar. Wajahku sujud kepada Tuhan yang telah menciptakannya, membuat rupanya, membelah pendengaran dan penglihatannya”. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda, “Ya Allah, berilah aku rizqi hati yang taqwa, bersih dari syirik, dan suci, tidak kafir dan tidak pula celaka”. Kemudian kembali sujud lagi dan aku mendengarnya bersabda, “Aku berlindung dengan ridla-Mu dari kemurkaan-Mu dan dengan ampunan-Mu dari siksa- Mu dan dengan Engkau dari Engkau aku tidak dapat menghitung pujian terhadap-Mu, Engkau seperti Engkau memuji pada Dzat-Mu sendiri”. Aku berkata sebagaimana yang dikatakan saudaraku Dawud, “Aku membenamkan wajahku dalam debu untuk Tuan-Ku dan memang seharusnya dia dibenamkan dalam debu untuk Dzat Tuannya”. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan berkatalah aku, “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusan engkau, engkau dalam sebuah lembah dan akupun dalam sebuah lembah yang lain”.
Bersabdalah beliau, “Ya Humaira’, bukanlah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya malam hari ini adalah malam nisfu Sya’ban Sesungguhnya Allah SWT. memiliki orang-orang yang dimerdekakan dari neraka pada malam ini sebanyak bilangan kambing suku Kalbin, kecuali enam golongan, yaitu :
Bukan peminum arak;
Bukan orang yang berani kepada kedua orang tua;
Bukan orang yang melangsungkan zinah;
Bukan orang yang memutus hubungan famili;
Bukan pengadu domba; dan
Bukan mudharrib (mendorong permusuhan).
6. Malam Pembagian dan Penentuan
Diriwayatkan Atha bin Yasar, dia berkata, “Apabila datang malam nisfu Sya’ban disalinlah bagi malaikat maut setiap orang yang akan mati dari Sya’ban kepada Sya’ban berikutnya. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar sedang menanam tanaman, mengawini beberapa istri dan membangun bangunan, padahal namanya telah disalin dalam deretan orang-orang mati. Dan tidaklah malaikat maut menunggu kecuali untuk diperintahkan dengan hamba itu lalu dia akan mencabutnya.
TIGA PERISTIWA DI BULAN SYA'BAN
1. Pelaporan amal manusia dalam setahun kepada Allah.
Dalam hadits disebutkan bahwa ketika sahabat Usamah bin Zaid t bertanya tentang puasa di bulan Sya’ban, maka Nabi bersabda :
حَدَّثَنِيْ أُسَامَةُ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ :” ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ”.(رَوَاهُ النَّسَائِيُّ, حَدِيْثٌ حَسَنٌ, وَمَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَابْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ وَاْلبَيْهَقِيُّ)
Usamah bin Zaid telah menceritakan kepadaku, ia berkata : Saya bertanya : Ya Rasulullah saya tidak pernah melihat anda berpuasa pada suatu bulan dari bulan-bulan yang ada sebagaimana mana anda berpuasa pada bulan Sya’ban ?, maka beliau bersabda : “Bulan Sya’ban adalah bulan yang dilupakan kebanyakan manusia karena bulan yang terletak diantara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Padahal di bulan Sya’ban amal semua umat manusia (dalam setahun) dilaporkan kepada Allah Rabbul ’Alamin, maka Aku senang (berharap) ketika amalku itu dilaporkan di waktu aku sedang berpuasa”. [Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An Nasa'i (2357) dalam Sunan An Nasa'i, Malik dalam Al Muwaththa' riwayat Muhammad bin Al Hasan (372), Ahmad (21801), Ibnu Abi Syaibah (9765), Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman (3820), An Nasa'i dalam Sunan An Nasa'i Al Kubra (2666)]
Diriwayatkan pula dalam hadits yang lain Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا mengatakan :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : ” كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ وَ يُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ. فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَ مَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ”.(رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَأَبُوْ دَاوُدَ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ وَاْلبَيْهَقِيُّ وَالنَّسَائِيُّ)
Dari ‘Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ia telah berkata : Adalah Rasulullah r jika berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berbuka, dan jika sedang tidak berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah r, menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali puasa di bulan Ramadhan dan aku tidak melihat di suatu bulan yang paling banyak digunakan oleh Rasulullah r untuk berpuasa kecuali di bulan Sya’ban”. [HR. Al Bukhari (1868), Muslim (1156), Abu Dawud (2434), Ahmad (24801), Ibnu Hibban (3648), Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra (8245), An Nasa'i dalam Sunan An Nasa'i Al Kubra(2660)]
2. Bulan Sya’ban adalah Bulan Perpindahan Qiblat
Perpindahan qiblat shalat dari menghadap Baitul Maqdis ke Masjidul Haram (Ka’bah) adalah hal yang sangat dinanti-nanti oleh Rasulullah r agar segera turun ayat tentang perpindahan qiblat tersebut, maka setelah 6 bulan Nabi r berada di Madinah yakni hari Selasa Nifshu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) turunlah Surat Al-Baqarah : 144 :
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ اْلحَرَامِ، وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ (سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ : ١٤٤(
“Sungguh Kami (Allah) sering melihat wajahmu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke Masjidul Haram, di mana saja kamu berada palingkanlah wajahmu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah : 144)(Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an Lil Qurthubi, juz 2 hal.150)
3. Bulan Sya’ban adalah Bulan Shalawat Nabi
Di antara keistimewaan bulan Sya’ban adalah bulan diturunkannya ayat Shalawat Nabi yaitu firman Allah :
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا (سُوْرَةُ اْلأَحْزَابِ: ٥٦
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam peng hormatan untuk dia.” (QS. Al Ahzab : 56) (Tukhfatul Ikhwan Lil Imam Ahmad bin Hijazi Al Fisyni, hal.74)
TIGA AMALIAH DI MALAM NISFU SYA'BAN
Menurut Tafsir Almunir Syech Nawawi Banten, diriwayatkan dari sahabat Ikrimah dan banyak sahabat yang lain mengatakan, penulisan di lauhil Mahfud tentang Taqdir di malam Mubarokah, malam Baro’ah yaitu malam Nishfu Sya’ban di Lauhil Mahfudh. Dan ada yang menerangkan berakhir pada malam Lailatul Qodr, tulisan itu tak akan berubah atau diganti. Dan tulisan itu diberlakukan 1 (satu) tahun.
Maka sebelum ditulis sebagai ketetapan, kita mohon kepada Allah Taqdir dan Qodlo yang bagus untuk kita di dunia dan akhirat.
Adapun amaliah yang kerap dilakukan para ulama pada malam Nishfu Sya’ban adalah, Membaca surah yasiin sebanyak 3x yang dilakukan sesudah sholat sunnah ba’diah maghrib dengan Niat sebagai berikut:
1.Niat Pertama
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dan Dosa muslimin dan muslimat, dan panjangkanlah umurku di dalam taat ibadah kepada Engkau serta kuatkanlah imanku dengan berkah Surat Yasiin.
2. Niat Kedua
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dosa muslimin dan muslimat, dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan dan penyakit, serta kabulkanlah hajatku dengan berkah surat Yasiin.
3. Niat Ketiga
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku, dosa ibu bapaku, dosa keluargaku, dosa tetanggaku, dosa muslimin dan muslimat, serta kayakanlah hatiku dari segala makhluk, berilah aku, kelurgaku dan tetanggaku HUSNUL KHATIMAH dengan berkah surat Yasiin.
Setelah membaca Yassin tiga kali, dilanjutkan dengan membaca Do’a Nisfu Sya’ban:
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ
Artinya :
Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.
Cara menghidupkan malam Nishfu sya’ban
adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rasulullah saw seperti melakukan sholat sunnah hajat, tasbih, witir atau dengan bersholawat,berdzikir, beristighfar dan membaca al-qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Allah swt.
Adapun mengerjakan shalat Tasbih, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW kepada paman baliau Abbas bin Abdul Muththalhb:
” jika paman dapat mengerjakanya sekali dalam sehari, maka kerjakanlan, jika tidak dapat kerjakanlah seminggu sekali!, jika tidak dapat kerjakanlah sebulan sekali!, jika tidak dapat kerjakanlah setahun sekali!, jika masih tidak dapat juga, maka kerjakanlah sekali dalam se umur hidup.” (Riwat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu khuzaimah dalam kitab Shihnya dan juga oleh Thabrani). Wa Allahu A'lam..
Shalawat Bulan Sya'ban
Pada setiap zawâl (tergelincir matahari) dan pada malam pertengahan bulan Sya‘ban dianjurkan membaca shalawât berikut ini.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ، وَمَوْضِعِ الرِّسَالَةِ، وَمُخْتَلَفِ الْمَلاَئِكَةِ، وَمَعْدِنِ الْعِلْمِ، وَأَهْلِ بَيْتِ الْوَحْيِ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, syajaratin nubuwwah, wa maudhi‘ir risâlah, wa mukhtalafil malâ`ikah, wa ma‘dinil ‘ilm, wa ahli baitil wahy. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, pohon kenabian, tempat risâlah, tempat persinggahan para malaikat, gudang pengetahuan dan keluarga wahyu.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ, الْفُلْكِ الْجَارِيَةِ فِي اللُّجَجِ الْغَامِرَةِ، يَأْمَنُ مَنْ رَكِبَهَا، وَيَغْرَقُ مَنْ تَرَكَهَا، الْمُتَقَدِّمُ لَهُمْ مَارِقٌ، وَالْمُتَأَخِّرُ عَنْهُمْ زَاهِقٌ، وَاللاَّزِمُ لَهُمْ لاَحِقٌ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, alfulkil jâriyati fil lujajil ghâmirah, ya`manu man rakibahâ, wa yaghraqu man tarakahâ, almutaqaddimu lahum mâriq, wal muta`akhkhiru ‘anhum zâhiq, wal lâzimu lahum lâhiq. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, bahtera yang berlayar dalam gelombang lautan, akan selamat orang yang menaikinya, dan akan tenggelam orang yang tidak mau menaikinya, orang yang mendahului mereka akan tersesat, orang yang tertinggal dari mereka akan binasa, dan hanya yang tetap dengan mereka akan selamat.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، الْكَهْفِ الْحَصِيْنِ، وَغِيَاثِ الْمُضْطَرِّ الْمُسْتَكِيْنِ، وَمَلْجَئِ الْهَارِبِيْنَ، وَعِصْمَةِ الْمُعْتَصِمِيْنَ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, alkahfil hashîn, wa ghiyâtsil mudhtarril mustakîn, wa malja`il hâribîn, wa ‘ishmatil mu‘tashimîn. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, tempat berlindung yang kokoh, pertolongan bagi orang yang terdesak dan terhinakan, tempat berlindung bagi orang-orang yang melarikan diri, dan penjagaan buat mereka yang berpegang teguh.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ, صَلاَةً كَثِيْرَةً، تَكُونُ لَهُمْ رِضًا وَلِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ أَدَاءً وَقَضَاءً، بِحَوْلٍ مِنْكَ وَقُوَّةٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, shalâtan katsîrah, takûnu lahum ridhâ, wa lihaqqi muhammadin wa ãli muhammad adâ`an wa qadhâ`â, bihaulin minka wa quwwatin yâ rabbal ‘âlamîn. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dengan shalawât yang banyak, kerelaan bagi mereka dan pelaksanaan kewajiban baik tunai atau qadhâ bagi hak Muhammad dan keluarga Muhammad, dengan daya dan kekuatan dari-Mu wahai pemilik alam semesta.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ الطَّيِّبِيْنَ اْلأَبْرَارِ اْلأَخْيَارِ، الَّذِيْنَ أَوْجَبْتَ حُقُوقَهُمْ، وَفَرَضْتَ طَاعَتَهُمْ وَوِلاَيَتَهُمْ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammadinith thayyibînal abrâril akhyâr, alladzîna aujabta huqûqahum, wa faradhta thâ‘atahum wa wilâyatahum. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad yang baik yang berbuat kebaikan nan suci, yang Engkau wajibkan hak-hak mereka, dan yang Engkau fardhukan (haruskan) ketaatan dan pembelaan kepada mereka.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَاعْمُرْ قَلْبِي بِطَاعَتِكَ، وَلاَ تُخْزِنِي بِمَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْنِي مُوَاسَاةَ مَنْ قَتَّرْتَ عَلَيْهِ مِنْ رِزْقِكَ, بِمَا وَسَّعْتَ عَلَيَّ مِنْ فَضْلِكَ، وَنَشَرْتَ عَلَيَّ مِنْ عَدْلِكَ، وَأَحْيَيْتَنِي تَحْتَ ظِلِّكَ، وَهَذَا شَهْرُ نَبِيِّكَ سَيِّدِ رُسُلِكَ، شَعْبَانُ الَّذِي حَفَفْتَهُ مِنْكَ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ، الَّذِي كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِه وَسَلَّمَ يَدْأَبُ فِي صِيَامِه وَقِيَامِهِ فِي لَيَالِيْهِ وَأَيَّامِهِ بُخُوعًا لَكَ فِي إِكْرَامِهِ وَإِعْظَامِهِ إِلَى مَحَلِّ حِمَامِهِ
Allâhumma shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, wa‘mur qalbî bithâ‘atik, wa lâ tukhzinî bima‘shiyatik, warzuqnî muwâsâta man qattarta ‘alaihi min rizqik, bimâ wassa‘ta ‘alayya min fadhlik, wa nasyarta ‘alayya min ‘adlik, wa ahyaitanî tahta zhillik, wa hâdzâ syahru nabiyyika sayyidi rusulik, sya‘bânul ladzî hafaftahu minka bir rahmati war ridhwân, alladzî kâna rasûlullâhi shallallâhu ‘alaihi wa ãlihi wa sallama yad`abu fî shiyâmihi wa qiyâmihi wa layâlîhi wa ayyâmihi bukhû‘an laka fî ikrâmihi wa i‘zhâmihi ilâ mahalli himâmih. Ya Allah curahkanlah shalawât kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, makmurkan hatiku dengan ketaatan kepada-Mu, janganlah Engkau hinakan aku dengan kemaksiatan terhadap-Mu, berilah aku karunia dengan membantu orang yang Engkau sedikitkan rezekinya dengan karunia-Mu yang Engkau luaskan buatku, Engkau bentangkan atasku dari keadilan-Mu, Engkau hidupkan aku di bawah naungan-Mu, dan ini adalah bulan Nabi-Mu penghulu para Rasûl-Mu, bulan Sya‘bân yang Engkau liputi dengan rahmat dan keridhaan, yang Rasûlullâh saw membiasakan dalam puasanya, ibadat ritualnya pada malam-malam harinya, karena-Mu dalam memuliakannya serta mengagungkannya hingga berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar