Rabu, 07 Agustus 2019

BIOGRAGFI SYAIKH ABDUL WAHAB ASY-SYA’RANI, PENGARANG KITAB “TANBIHUL MUGHTARRIN”


Nama lengkap beliau adalah Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy-Sya’rani Al-Anshari Asy-Syafi’i Asy-Syadzili Al-Mishri. Abdul Wahab Asy-Sya’rani terkenal dengan panggilan Imam Asy-Sya’rani, yaitu salah seorang sufi terkenal yang diakui sebagai wali quthub pada zamannya yang memperoleh gelar sufistik Imamul Muhaqqiqin wa Zudwatul Arifin (pemuka ahli kebenaran dan teladan orang-orang makrifat). Dia dilahirkan di desa Qalqasandah – Mesir pada tanggal 27 Ramadhan 989 H. / 12 Juli 1493 M.

Nama Asy-Sya’rani adalah panggilan yang diberikan kepadanya yg diambil dari nama sebuah desa tempat tinggalnya di mana dia dibesarkan, yaitu Sya’rah, sebuah desa di wilayah Mesir. Syaikh Asy-Sya’rani sejak kecil sangat cinta akan ilmu dan gemar sekali menuntut ilmu khususnya ilmu-ilmu dunia dan sufistik. Karena kemuliannya, jika dia sedang berjalan banyak orang menghampirinya dan berebut tangan untuk menyalami dan mencium tangannya hanya sekadar untuk memperoleh berkah dari sang wali. Banyak dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menyatakan bertaubat dan akhirnya berbaiat masuk islam dan menjalani amalan sufi yang dibimbing langsung oleh Syaikh Asy-Sya’rani. Demikian pula banyak para penjahat dan pelaku maksiat yang akhirnya sadar dan bertaubat dari perbuatan buruknya setelah mendengar pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Syaikh Asy-Sya’rani.

Selain itu, dia seorang Syaikhul Islam, faqih, Ushuli, Muhaddits (pakar hadits), dan Shufi. Dia dikenal sebagai ulama yang arif dalam khazanah keilmuan Islam. la menulis lebih dari 60 buah kitab, kebanyakan bercorak tasawuf. Di antara karyanya yang paling menarik adalah yang berupa otobiografi, al-Lathaiful Minan. Dalam kitab al-Lathaiful Minan itu diterangkan tentang perjalanan hidup seorang sufi yang penuh dengan keteladanan. Dan yang patut menjadi contoh suri tauladan dalam awal kehidupannya adalah, ia hafal Al-Qur’an pada usia delapan tahun.
Karamahnya sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Dia tidak pernah takut dengan makhlauk apapun, seperti ular, kalajengking, buaya, pencuri, jin dan sebagainya (lihat di kitab “Jami’u Karamatil Aulia jilid 2 halaman 277, cetakan “Darul Fikr”, Beirut – Libanon). Pada suatu hari ketika dia tenggelam di Sungai Nil, dengan sangat menakjubkan, dia diselamatkan oleh seekor buaya, yang disangkanya sebongkah batu.

Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari (w. 916 H/1511 M) memberi izin kepadanya untuk mengajarkan fiqih. Sejak kecil ia sudah bergaul dengan para ‘arifin. Semua gurunya mengajarkan syariat dan tasawuf, dan meninggal dalam keadaan ridha terhadap dirinya. Dia dikenal sebagai ulama yang tidak fanatik buta dalam menganut kepercayaan tertentu. Akhlaqnya sangat mulia, baik sebagai sufi, maupun sebagai orang shalih. Ia menolak memakan sesuatu yang telah disedekahkannya. Dia sangat berlapang dada dalam segala urusannya dengan sesama muslim, bahkan dengan musuh yang paling membecinya sekalipun. Da tidak pernah berlama-lama dalam mengunjungi sahabat. Dan sepanjang hidupnya, ia terpelihara dari keinginan meminta-minta. Bahkan, ia belum pernah mengungkapkan godaan-godaan batin yang telah membuatnya menderita kepada seorang manusia pun, sehingga kerap keluar asap dari mulut, telinga, dan hidungnya. Asap yang keluar itu dikenali muridnya sebagai bentuk nafsu buruk yang dapat dikendalikan, sehingga keluar sebagai semacam kotoran dari tubuhnya. la tidak pernah mengejar kedudukan tinggi dan derajat duniawi.
Dia sadar akan zaman yang melahirkannya, dan tak pernah mencoba hidup menurut masa lalu atau masa mendatang. Bila menghadapi kesulitan, ia selalu berserah diri kepada Allah, tidak kepada manusia. Sepanjang hidupnya, ia meng­habiskan seluruh waktunya di lingkungan kefakiran dan kezuhudan.

Syaikh Asy-Sya’rani dikenal memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia dapat melihat jauh ke depan, dalam arti waktu. Dan dari sinilah ia memberikan keteladanan-keteladanan. Namun di hadapan umum, ia tidak pernah memperlihatkan kemampuan yang dimilikinya kepada orang lain. Meskipun begitu, orang sering mengenali karamahnya. Seperti ketika dia menjamu tamu-tamunya, sering makanannya tiba­ tiba berlipat ganda. Secara menakjubkan ia juga mampu mendengar binatang-binatang atau benda-benda mati bertasbih memuji Allah swt.

Syaikh Asy-Sya’rani dikenal alim dan wara’. Dia tidak pernah melupakan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah. Ia selalu menghindari buang angin di dalam masjid, baik di masjidnya maupun di masjid lain. Dia selalu menghadap Allah, juga ketika berbaring dengan istrinya sebagaimana kala bersembahyang. Terhadap para muridnya, dia senantiasa berbuat adil. Dia juga merasa enggan dicium tangannya. Dalam tidurnya, ia sering bergaul dengan orang-orang yang telah mati dan bertanya kepada mereka tentang keadaan di alam kubur. Dia dapat melihat arwah para wali dan disambut ramah oleh mereka.

Berikut beberapa mimpi Syaikh Asy-Sya’­rani, sebagaimana dituliskan dalam otobiografinya itu: “Dulu aku mempunyai seorang tetangga yang suka menghina sesamanya. Allah melaknatnya dengan penyakit asma dan lumpuh. Selama kira-kira sepuluh tahun, ia tidak dapat berbaring, dagunya bertumpu di atas lutut, otot-ototnya kian melemah. Kemudian ia mati, dan dikuburkan. Aku bertemu dengannya setelah kematiannya, dan bertanya, “Apakah kau masih lumpuh?” “Ya, dan kelak aku akan dibangkitkan seperti ini pula. Semua ini lantaran kau dan Syaikh Syu’aib si ‘tukang khutbah’ itu,” jawabnya. Tatkala hal ini kusampaikan kepada Syaikh Syu’aib, ia berkata, “Ya, hal itu memang benar. Bila aku lewat di depannya, ia selalu membuang ingus dan melemparkan dahaknya ke wajahku karena benci.” Demikian pula dengan diriku, setiap kali lewat di hadapannya, ia mengumpatku dengan kata-kata yang tak patut ditunjukkan kepada kawanan sapi pun. Semoga Allah mengampuni dan mengasihinya.

Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani meninggal di Mesir pada bulan Jumadil Awal 973 H./ November 1565 M.
Nama kitab: Tanbihul Mughtarrin (Peringatan Bagi Orang-orang Yang Tertipu)
Masalah: Ilmu tasawuf
Karya: Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’rani
Tahun lahir & wafat: 898 – 973 H / 1492 – 1565 M
Tebal: 303 halaman
Penerbit: Darul Kutub al-Islamiyah, Kalibata – Jakarta Selatan

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar