Kitab Quutul Qulub menerangkan :
Sebagian Ulama ahli hadis ketika ingin jima' dengan istrinya mereka teriak bertahlil dan takbir hingga didengar penduduk sekitar.
Malam hari raya di sini sepi, gak boleh takbiran di Masjid pakai toa, katanya bidngah,
Padahal dulu Ahli hadits zaman salaf aja kalau mau
"nganu" atau "Jimak dengan istrinya" mereka pada takbiran kenceng, sampai kedengaran para penduduk
sekitar, masak takbiran di masjid pake toa gak boleh? masak hari raya kalah sama hari "nganu"? Klo bgitu namanya bukan hari raya, tapi hari berkabung.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar