Senin, 28 November 2016

Hukum sholat jum'at di jalan raya


Al-Imam an-Nawawi dala kitab Majmu' Juz 4 Hal 501 mengatakan :

قال الأصحاب : و لا يشترط إقامتها في مسجد و لكن تجوز في ساحة مكشوفة بشرط أن تكون داخلة في القرية أو البلدة معدودة في خطتها


"Al-Ashab ( Para Ulama Mazhab Syafi'i ) Berkata : Mendirikan solat Jum'at tidak disyaratkan harus di Masjid, akan tetapi boleh di tempat terbuka, dengan syarat tempat tersebut masih dalam wilayah desa atau kota "


Mari kita jabarkan
Shalat Jumat adalah kewajiban individual bagi laki-laki Muslim. Ia diwajibkan sejak periode Makkah. Namun, karena kuatnya resistensi orang musyrik Makkah, maka Nabi SAW tak bisa menjalankan shalat Jumat di Mekah. Baru setelah Hujrah sholat jum'at bisa dilaksanakan.

Shalat Jumat adalah kewajiban individual bagi laki-laki Muslim. Ia diwajibkan sejak periode Makkah. Namun, karena kuatnya resistensi orang musyrik Makkah, maka Nabi SAW tak bisa menjalankan shalat Jumat di sana. Nabi SAW baru menjalankan shalat Jumat ketika sampai ke Madinah. Beberapa referensi menyebutkan bahwa masjid yang pertama kali ditempati shalat Jumat adalah masjid yang berdiri di perkampungan Bani Sulaim. Yang lain berkata bahwa tempat pelaksanaan shalat Jumat pertama Nabi SAW itu bukan masjid melainkan sebuah lembah. Belakangan, di lembah itu dibangun sebuah masjid yang dikenal Masjid Jumat.

Pasca shalat Jumat di perkampungan Bani Sulaim itu, Nabi SAW melaknakan shalat Jumat di dalam masjid. Sejauh yang bisa dipantau, tak terdengar kisah lanjutan bahwa Nabi SAW pernah shalat Jumat di luar masjid. Ini mungkin karena masjid-masjid masih bisa menampung laki-laki Muslim yang hendak shalat Jumat. Seiring waktu ketika jumlah umat Islam terus bertambah, maka muncul pertanyaan tentang boleh tidaknya umat Islam melaksanakan shalat Jumat di luar masjid.

Dalam menjawab pertanyaan itu, para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama lain mempersyaratkan agar shalat Jumat dilakukan dalam masjid. Artinya, shalat Jumat yang dilaksanakan di luar masjid seperti di jalanan tidak sah. Pendapat ini misalnya dikemukakan Mazhab Maliki.

( وبجامع ) ابن بشير : الجامع من شروط الأداء ابن رشد : لا يصح أن تقام الجمعة في غير مسجد ( مبني ) الباجي : من شروط المسجد البنيان المخصوص على صفة المساجد فإن انهدم سقفه صلوا ظهرا أربعا (محمد بن يوسف بن أبي القاسم العبدري أبو عبد الله، التاج والإكليل لمختصر خليل، ج، 2، ص. 159)

Namun, mayoritas ulama menyatakan bahwa shalat Jumat tidak disyaratkan dilaksanakan di dalam masjid. Artinya, shalat Jumat bisa diselenggarakan di gedung-gedung perkantoran, di lapangan, dan lain-lain. Pendapat ini misalnya dikemukakan Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah.

وذهب البعض إلى اشتراط المسجد قال لأنها لم تقم إلا فيه وقال أبو حنيفة والشافعي وسائر العلماء إنه غير شرط وهو قوي (محمد شمس الحق العظيم آبادي أبو الطيب، عون المعبود شرح سنن أبي داود، ج, 3، ص. 281)

Merujuk pada teks di atas jelas bahwa Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah tak mempersoalkan sekiranya shalat Jumat di lakukan di luar masjid. Namun, Madzhab Syafii memberi penekanan agar pelaksanaan shalat Jumat dilaksanakan di area pemukiman. Dari sini bisa dipahami bahwa melaksanakan shalat Jumat di luar masjid adalah boleh, tetapi dengan ketentuan memenuhi standar dar al-iqamah.

الشرط الثاني دار الإقامة فلا تقام الجمعة في البوادي ولا عند الخيام لأنها معرضة للنقل وإن كان لإقامتهم أثر في قطع رخص السفر وإن كانت أبنيتهم من سعف وخشب جاز لأنهما لا ينقل ولا يشترط أن يعقد الجمعة في ركن أو مسجد بل يجوز في الصحراء إذا كان معدودا من خطة البلد فإن بعد عن البلد بحيث يترخص المسافر إذا انتهى إليه لم تنعقد إليه لم تنعقد الجمعة فيها بخلاف صلاة العيد فإنه لا يشترط فيها دار الإقامة (ابو حامد الغزالي، ج، 2، ص. 263)

Mengikuti nalar mayoritas ulama tersebut, maka pelaksanaan shalat Jumat di jalanan umum adalah sah. Walau sah, shalat Jumat di jalanan itu tetap tak dianjurkan bahkan terlarang. Pendapat ini diacukan pada hadits yang melarang umat Islam menjalankan shalat di tujuh tempat. Satu dari tujuh lokasi yang terlarang melaksanakan shalat itu adalah jalanan. Nabi SAW tak menjelaskan alasan eksplisit pelarangan itu. Namun, argumen yang bisa diduga dari pelarangan shalat di jalan itu adalah karena bisa mengganggu kekhusuan shalat dan membuat tidak nyaman orang yang lewat. Para ulama memberi catatan bahwa pelarangan itu hanya sampai pada level makruh bukan haram.

ذهب الحنفية والشافعية إلى كراهة الصلاة في الطريق ، والحمام ، والمزبلة ، والمجزرة ، والكنيسة ، وعطن الإبل ، والمقبرة لما روى ابن عمر - رضي الله تعالى عنهما - : أن النبي صلى الله عليه وسلم : نهى أن يصلى في سبعة مواطن :في المزبلة والمجزرة والمقبرة وقارعة الطريق وفي معاطن الإبل وفوق ظهر بيت الله (الموسوعة الفقهية الكويتية, ج، 27، ص. 114)

Jika shalat sendirian di jalanan saja dimakruhkan, maka shalat Jumat dengan massa (jamaah) besar di jalanan bisa diharamkan. Sebab, melaksanakan shalat Jumat di jalanan Jakarta jelas akan membuka terjadinya kemafsadatan yang tak diinginkan. Ia akan mengganggu ketertiban umum. Bayangkanlah, jika warga menduduki jalan-jalan utama Jakarta selama satu setengah jam shalat Jumat, maka itu akan membuat kemacetan total. Jakarta bisa lumpuh. Padahal, ada banyak orang lain yang hendak memanfaatkan jalan-jalan tersebut dengan segera, seperti orang yang harus dibawa ke rumah sakit karena sedang sakit keras, perempuan yang mau melahirkan, dan lain-lain.

Di samping memacetkan jalan-jalan protokol Jakarta, shalat Jumat di jalanan juga potensial berdampak pada penelantaran masjid. Padahal kita tahu, memakmurkan masjid itu bagian dari anjuran agama. Masjid-masjid besar Jakarta seperti Masjid Istiqlal, Masjid Sunda Kelapa, Masjid At-Tin, dan lain-lain kiranya masih cukup luas untuk menampung ribuan umat Islam yang hendak melaksanakan shalat Jumat. Jika masih bisa shalat Jumat di masjid, maka untuk apa shalat shalat Jumat di jalanan.

Mengganggu ketertiban umum dan membuat kemacetan sudah cukup menjadi alasan utama untuk mengharamkan pelaksanaan shalat Jumat di jalanan. Keharaman tersebut tentu tak terkait langsung dengan shalat Jumatnya itu sendiri melainkan dengan pelaksanaannya yang mengganggu banyak orang karena di laksanakan di jalan-jalan. Ini yang dalam ushul fikih disebut muharram li ’aridhin.

فليس التحريم لذات الفعل ولكن لأمر خارجى أى أن ذات الفعل لا مفسدة فيه ولا مضرة ولكن عرض له واقترن به ما جعل فيه مفسدة أو مضرة. { عبد الوهاب خلاف: علم أصول الفقه: ص: 133}

Demikian pokok-pokok pikiran yang bisa disampaikan terkait dengan pelaksanaan shalat Jumat di jalanan.

 Fiqih: Salah Paham antara Analogi Qiyasi dan Pemahaman Okoli.

Sebagaimana dalam fiqih madzhab Syafi'i dijelaskan:



وان صلى فى المسجد والمأموم خارج المسجد قريبا منه وهو عالم بصلاته ولا حائل هناك جاز أى صح

"Kalau imamnya di masjid, makmumnya membludak/luber keluar sampai jalan raya, maka dalam hal ini shalatnya sah. Tapi kalau sengaja keluar dari rumah dan dengan sengaja shalat Jumatnya di jalan, maka dalam kondisi ini salatnya tidak sah, karena mengganggu ketertiban dan kepentingan umum.

Hal itu juga menepis anggapan sebagian orang yang membolehkan shalat berjamaah melalui layar LCD TV/Proyektor yang belakangan marak terjadi. Bagaimana bisa shalat berjamaah yang jamaah/makmum berpisah dengan imam, hanya mengandakan LCD? Apakah ini bukan namanya sungguh-sungguh sangat bid'ah? (Tentang hal ini sudah pernah hamba oploot di FB, dan sudah sering hamba sampaikan di majlis kafi_ru'yamu).

Selanjutnya bagaimanakah shalat di jalan raya dalam fiqih Hanbali?

Sebagaimana dalam kitab كشاف القناع عن متن الإقناع, pada bab:

 

فصل في بيان المواضع التي نهي عن الصلاة فيها وما يتعلق به إظهار التشكيل


di sana dijelaskan:
 

( ولا ) تصح الصلاة أيضا ( في مجزرة ، وهو ما أعد للذبح فيه ) ( ولا في مزبلة ، وهي مرمى الزبالة ، ولو طاهرة ، ولا في قارعة طريق وهو ما كثر سلوكه ، سواء كان فيه سالك أو لا ).


لما روى ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : { سبع مواطن لا تجوز فيها الصلاة : ظهر بيت الله والمقبرة والمزبلة ، والمجزرة ، والحمام ، ومعطن الإبل ، ومحجة الطريق } رواه ابن ماجه والترمذي.

"Mengacu pada riwayat Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Tujuh tempat yang tidak boleh dilakukan salat di tempat tersebut antara laian: atap Baitullah, kuburan, tempat sampah, tempat penyembelihan hewan, kamar mandi, tempat ternak unta, dan jalanan umum.” (HR. Tirmidzi).

Masalah baru muncul manakala, mengutip pendapat Imam Nawawi, namun sayang sebagaimana hobinya pada madzhab parsiali, redaksi yang disampaikan tidak secara utuh alias parsial/juz'iyy-atomistik. Alias disesuaikan dengan kehendak diri dan jamaahnya.

Kesimpulan.
Shalat Jumat di jalan raya hanya karena pertimbangan analogi qiyasi yang salah kaprah dapat menjerumuskan pemahaman umat itu sendiri. Terlalu naif jika shalat Jum'at yang begitu mulia DIBANDINGKAN dengan festival budaya dan perayaan tahun baru atau car free day. Di sinilah kadang manusia tidak bisa membedakan dan terjebak pada nalar bayaninya sendiri alias tidak bisa membedakan mana ibadah mahdhah dan mana yang ghairu mahdhah.


لصحة الجمعة شروط مع بقية شروط الصلاة: منها دار الاقامة وهي عبارة عن الابنية التي يستوطنها العدد الذين يصلون الجمعة سواء فى ذلك المدن والقرى والمغر التى تتخذ وطنا وسواء فيها البناء من حجر او طين او خشب و نحوه. ووجه اشتراط ذلك انه لم ينقل اقامتها فى عهد رسول الله صلم والخلفاء الراشدين الا كذلك ولو جازت فى غير ذلك لفعلت ولو مرة ولو فعلت لنقل. ويشترط فى الابنية ان تكون مجتمعة فلو تفرقت لم يكف. ويعرف التفريق بالعرف ولا جمعة على اهل الخيام وان لازموا مكانا واحدا صيفا و شتاء لانهم على هيئة المستوفزين. (كفاية الاخيار ص ١٤٧ للامام تقي الدين ابي بكر بن محمد الحسينى الحصنى الدمشقى الشافعى)

"Utk sahnya jumat ada beberapa syarat di samping syarat2 sholat yg biasa :
Di antaranya tempat utk mendirikan jumat yaitu bangunan yg ditempati oleh sejumlah orang yg melaksanakan sholat jumat baik itu di dalam kota, desa atau tempat pengasingan yg dijadikan tempat tinggal. Bangunan sholat jumat itu bisa dr batu, tanah, kayu atau lainnya.
Alasan disyaratkannya bangunan karena belum pernah sampai kpd kita bahwa sholat jumat dilaksanakan di zaman nabi saw dan khulafaur rosyidin kecuali di dalam bangunan (masjid).
Seandainya boleh sholat jumat di luar bangunan (masjid), pastilah pernah dilakasanakan meskipun sekali dan ada riwayat yg sampai kpd kita.
Bangunan disyaratkan harus menyatu tdk terpencar pencar. Seandainya terpencar - pencar ( dg jarak jauh) tdk sah. Pengertian terpencar (terpisah tdk sambung) menurut urf / adat.
Dan tdk wajib jumatan atas penduduk kemah meskipun mereka menetap di suatu tempat baik musim panas atau musim dingin karena mereka dianggap sbg orang2 yg selalu pindah tempat.


وشروط صحتها ستة ؛ (الاول) اقامتها فى ابنية مصرا كانت او قرية. فلا تقام فى الصخراء وان كان فيها خيام. وضابط ماتقام فيه الجمعة ما يمتنع القصر قبل مجاوزته فشمل المسجد الخارج عن البلد بان خرب ما بين البلد وبينه لكن لم يهجروه بل يترددون اليه لنحو الصلاة. وكذا المسجد الذى احدثوه بجانب البلد منفصلا عنها قليلا مع ترددهم اليه. ( تنوير القلوب للشيخ محمد امين الكردي الاربلي الشافعى النقشبندى ص ١٧٦).

"Syarat2 sahnya jumat ada enam. Yg pertama jumat didirikan di dalam bangunan baik di kota atau di desa. Maka jumatan tdk boleh didirikan di tanah lapang meskipun di dalamnya ada kemah.....dst 

Dalil berdzikir dan bersholwat menuju masjid

(وأن ﻳﺸﺘﻐﻞ ﻓﻲ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﻭﺣﻀﻮﺭﻩ) ﻣﺤﻞ اﻟﺼﻼﺓ (ﺑﻘﺮاءﺓ ﺃﻭ ﺫﻛﺮ) ﻭﺃﻓﻀﻠﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻗﺒﻞ اﻟﺨﻄﺒﺔ

disunahkan menyibukkan diri dijalan menuju sholat juma'at dan hadirnya di tempat sholat dengan membaca al qur'an atau dzikir dan paling utama nya adalah membaca shalawat atas nabi saw sebelum khutbah

ﻭﻛﺬا ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻌﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ ﻟﻷﺧﺒﺎﺭ اﻟﻤﺮﻏﺒﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ

dan sama halnya jika tidak terdengar suara khutbah, sebagaimana telah dituturkan sebelumnya, karena hadits-hadits yg mendorong utk beramal di dalam yang demikian itu.

ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻜﺮﻩ اﻟﻘﺮاءﺓ ﻓﻲ اﻟﻄﺮﻳﻖ ﺇﻥ اﻟﺘﻬﻰ ﻋﻨﻬﺎ

dan pastinya dimakruhkan membaca al quran di jalan jika bermain main darinya.

(ﻗﻮﻟﻪ: ﻣﺤﻞ اﻟﺼﻼﺓ) ﺃﻱ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺴﺠﺪا

Perkataan mushonnif : Ditempat sholat, maksudnya sekalipun bukan berupa mesjid.

Kitab tuhfatul muhtaj.


Itu membahas berzikir :
1. Dzikir saat berjalan menuju masjid karena mau jum'atan.
2. Dzikir di jalan karena masjid punuh sehingga melebar di jalan sehingga tidak mendengar suara khotbah(Jaman dulu belum ada spiker pengeras suara).



Hukum Shalat Jumat di Jalan Raya Versi 4 Madzhab 


Ada orang bertanya tentang fatwa sebagian Wahabi bahwa shalat Jumat di jalan raya hukumnya tidak sah. Berikut tanggapan kami terhadap fatwa tersebut, dari madzhab para ulama dan madzhab ulama Wahabi yang mengesahkan.
 

PENDAPAT MAYORITAS ULAMA
Shalat di tengah jalan itu hukumnya makruh menurut mayoritas ulama, yaitu madzhab Hanafi, Syafi’i dan satu riwayat dalam madzhab Hanbali. Menurut Imam al-Ramli dalam Nihayah al-Muhtaj, kemakruhan itu terjadi ketika orang-orang sedang lewat di jalan tersebut, karena dapat mengganggu kekhusyu’an dalam shalat. 


Al-Ramli rahimahullaah berkata dalam Nihayah al-Muhtaj:
 

(و) في (الطريق) والبنيان وقت مرور الناس به كالمطاف؛ لأنه يشغله بخلاف الصحراء الخالي عن الناس كما صححه في التحقيق

Dan makruh shalat di jalan dan di halaman perumahan pada saat orang-orang sedang lewat seperti tempat tawaf, karena berlalunya mereka dapat menyita kekhusyu’annya, berbeda dengan di jalan yang ada di padang pasir yang sepi dari manusia (maka tidak makruh) sebagaimana pendapat yang dishahihkan oleh 

Imam al-Nawawi dalam al-Tahqiq.
Berarti shalat di jalan ketika tidak ada orang yang lewat hukumnya tidak makruh, misalnya karena jalan tersebut telah ditutup.
 

PENDAPAT MADZHAB MALIKI
Menurut madzhab Maliki shalat di jalan hukumnya boleh dan tidak makruh apabila aman dari najis. Kalau tidak aman dari najis dan terus melaksanakan shalat, maka shalatnya harus diulangi dalam waktu yang sama. Apabila najisnya menjadi nyata atau dipastikan, maka selamanya harus mengulangi shalatnya.
 

PENDAPAT MADZHAB HANBALI
Shalat di tengah jalan hukumnya tidak sah menurut satu riwayat dalam madzhab Hanbali. Akan tetapi apabila diperlukan shalat di jalan raya, karena ramainya jamaah, sehingga Masjid tidak muat, maka boleh shalat di jalan. 

Syaikh Utsaimin berkata dalam fatwanya:
 

إذا ضاق المسجد فما حكم الصلاة في السوق وما يحيط بالمسجد ؟

فأجاب :

" لا بأس بذلك إذا اضطر الإنسان إلى الصلاة في السوق أو في الساحات التي حول المسجد فإن هذا لا بأس به ، حتى الذين يقولون : إن الصلاة لا تصح في الطريق يستثنون من ذلك صلاة الجمعة وصلاة العيد إذا امتلأ المسجد وخرج الناس إلى الأسواق ، والصحيح أنه يستثنى من ذلك كل ما دعت الحاجة إليه ، فإذا امتلأ المسجد فإنه لا بأس أن يصلوا في الأسواق " انتهى من"مجموع

Apabila masjid sempit, bagaimana hukum shalat di pasar dan di sekitar masjid?
Beliau menjawab:
Boleh shalat hal itu dilakukan. Apabila seseorang terpaksa shalat di pasar atau di halaman sekitar masjid, maka hal ini hukumnya boleh. Sampai para ulama yang berpendapat, bahwa shalat di jalan itu tidak sah, mereka mengecualikan dari hukum tersebut pada shalat Jumat dan shalat Id apabila masjid penuh dan dan orang-orang keluar ke pasar-pasar. Pendapat yang benar, dikecualikan dari hokum tidak sah tersebut, setiap keadaan yang diperlukan untuk shalat di tempat tersebut (pasar dan jalan). Maka apabila masjid itu penuh, maka boleh mereka menunaikan shalat di pasar-pasar. (Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin, juz 12 hlm 331).
 

Perhatikan, dalam fatwa Syaikh Utsaimin di atas dijelaskan, bahwa ketidaksahan shalat menurut sebagian ulama madzhab Hanbali di jalan raya tersebut tidak bersifat umum. Untuk shalat Jumat dan shalat hari raya, disahkan dan dibolehkan shalat di jalan raya apabila memang diperlukan seperti karena masjidnya yang penuh, karena banyaknya jamaah sehingga menyebabkan mereka harus shalat di jalan raya.
 

Wallahu a'lam. 

Bukan anjuran melakukan sholat jum'at di jalan raya dengan imam yang berada di jalan raya itu juga.

Semoga ada guna dan manfaatnya untuk kepentingan ketertiban dan kedamaian Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar