Selasa, 01 Desember 2015 Gus Mus, Kalam Ulama
Al-Qur’an
merupakan pedoman bagi umat Islam. Sudah barang tentu, sebagai pedoman
maka umat Islam perlu memahaminya. Oleh sebagian pihak kemudian juga
dibuat terjemahan, dengan maksud untuk membantu dalam memahaminya. Namun
sayangnya, terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia ini, kemudian justru menghilangkan beberapa sisi keindahan
dalam Al-Qur’an yang diturunkan Allah dalam bahasa Arab.
Demikan,
disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh,
Rembang, Jawa Tengah, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus pada pengajian yang
diselenggarakan Pesantren Tahfidz wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung
Surakarta dan Jamuro, di Serambi Masjid Agung, Ahad (29/11) malam.
“Sekarang
ini banyak yang paham Al-Qur’an, tapi hanya lewat terjemahan. Padahal
balungan kata arab dan Indonesia ini lain, kalau dileterlek orang
Indonesia ya tidak paham. Tapi praktis orang yang ingin mengerti makna
al-Qur’an, pasti membuka terjemahan ini,” kata kiai yang akrab disapa
Gus Mus ini.
Secara
pribadi, Gus Mus juga kurang sepakat dengan adanya terjemahan Al-Qur’an
ini. “Kalau saya tidak cocok dengan penerjemahan al-Quran, tapi
sampeyan monggo, wong ini negara demokratis,” ujar dia.
Hal
ini, menurut Gus Mus akan menghilangkan banyak hal: kasusastraan,
balaghah, bayan, badi’. “Keindahan al-Qur’an itu dalam bahasa Arab: qoma
zaidun, zaidun qoimun, inna zaidun qoimun, kana zaidun qoiman itu beda
semua, kalau diterjemahkan bahasa indonesia maknanya satu, zaid
berdiri,” papar Gus Mus.
Ditambahkan
Gus Mus, yang pernah mengemban amanah sebagai Rais ‘Aam PBNU ini,
ungkapan-ungkapan indah yang ada di Al-Qur’an juga akan banyak yang
hilang ketika diterjemahkan. (Ajie Najmuddin/Fathoni/NU Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar