Pembangkangan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yg sah sesuai dgn konstitusi merupakan perbuatan yg tercela dalam Islam. Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk bersabar dan patuh pada pemerintah, sekalipun kinerjanya belum memuaskan. Hal ini bahkan bila pemerintah itu zalim sekalipun, kita tidak boleh melakukan pemberontakan.
Rasulullah Saw. bersabda:
“من كره من أميره شيئا فليصبر، فإنه من خرج من السلطان شبرا مات ميتة جاهلية”
Siapa pun yg tidak menyukai sesuatu (kebijakan) dari Amirnya, maka bersabarlah. Karena siapa pun yg keluar sejengkal pun dari Sulthannya (kekuasaannya), maka -dikhawatirkan- dia mati dalam kondisi Jahiliyah (HR. Bukhari).
Selain itu, Rasulullah Saw. juga pernah bersabda:
إنكم سترون بعدي أثرة، فاصبروا حتى تلقوني
“Sesungguhnya kalian akan melihat pemimpin2 yg mementingkan kepentingan pribadi, maka bersabarlah hingga kelak kalian bertemu dgnku (di akhirat)” (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. berpesan:
《إنكم سترون بعدي أثرة وأمورا تنكرونها》. قالوا؛ فما تأمرنا يا رسول الله؟ قال؛ 《أدوا إليهم حقهم، وسلوا الله حقكم》
“Nanti setelahku, kalian akan melihat pemimpin yg mementingkan diri sendiri, dan hal2 yg akan kalian ingkari.” Sahabat bertanya, “Apa perintahmu, Rasulallah?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah hak mereka (dipatuhi), seraya meminta hakmu kepada Allah”.
Dalam kitab Syarah Sahih Muslim, Imam Nawawi menyatakan bahwa membelot dan memerangi pemimpin diharamkan berdasarkan ijma’, meskipun mereka fasik dan zalim. Namun demikian, bila pemerintah jelas2 melakukan kekufuran, kita diperbolehkan protes dan mengkritik pemerintah, bahkan memberontak sekalipun.
“Ubadah ibn Shamit berkata; Kita dibaiat agar mendengar dan patuh, baik suka maupun tidak, sulit maupun mudah, -meski mereka- tidak peduli pada kesejahteraan kita. Dan kita dilarang mengambil alih -kekuasaan- kecuali jika kalian melihat mereka melakukan kekufuran secara terang2an” (HR Bukhari).
Oleh karena itu, peperangan yg disebabkan fitnah, atau pembangkangan kepada pemimpin yg tidak Kufrun Bawwāh hanya akan menghilangkan nyawa sia2. Padahal Rasulullah sendiri mengingatkan bahwa hilangnya satu nyawa orang beriman lebih berat dari hilangnya dunia. Semangat untuk mati syahid itu bagus. Namun benarkah melawan pemerintah sendiri dikategorikan mati syahid? Bukankah semangat untuk hidup syahid pun tidak kalah bagus?
Jika bisa hidup syahid, maka kita bisa menjadi Khairunnas Anfa’uhum Linnas. Kita juga bisa ambil peran untuk berupaya menciptakan kedamaian, tenang beribadah, tenang menuntut ilmu, dam tidak menjadi orang yg dulu pernah diprediksi oleh malaikat:
قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء
Para malaikat berkata, “Apakah Engkau menciptakan makhluk yg akan berbuat binasa dan pertumpahan darah”?
Mengapa kita harus bersabar sekalipun seandainya suatu pemerintahan itu zalim? Hal ini karena ketika pemimpin hilang kendali oleh sebab umat tidak sabar, rakyat akan binasa oleh ulahnya. Itulah salah satu hikmah diharamkannya pemberontakan, karena akan menciptakan bahaya yg lebih besar dan luas.
Perlu diketahui bahwa ketaatan pada pemerintah ini berlaku pada setiap pemerintahan yg menerapkan sistem dan ideologi apa pun dalam sebuah negara, bukan hanya sistem khilafah saja. Hal ini karena Rasulullah Saw. sendiri tidak pernah menetapkan sistem tertentu untuk sebuah negara. Rasulullah Saw. bahkan menyebut dalam beberapa riwayat tentang mentaati pemimpin (di samping memang bentuk kepemimpinan dan cara pemilihannya tidak dikhususkan oleh beliau semasa hidup) tetap menyebut mereka dgn istilah amir atau pun Sulthan untuk pemangku jabatan kepemimpinan umat.
Imam An-Nawawi dalam kitab syarah Sahih Muslim dan Imam Ibn Arabi dalam kitab al-‘Awashim berpendapat bahwa mayoritas umat Islam dari kalangan Suni sepakat bahwa Nabi Saw. tidak menunjuk siapa yg akan menjadi khalifah, namun para sahabat bersepakat memilih Abu Bakr. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi sendiri tidak pernah memberi instruksi bagaimana dan siapa pemimpin yg harus dipilih oleh umat Islam. Artinya, Rasulullah Saw. tidak pernah menentukan sebuah ideologi negara tertentu.
Pertanyaan terpenting sebenarnya adalah siapakah yg mampu melaksanakan sunnah qauliyyah Rasulullah di atas, yaitu sabar?
إلهي سلم اﻷمة من اﻵفات والنقمة ومن هم ومن غمة بأهل البدر يا الله
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar