Written By
siroj munir
on
Rabu, 23 Juli 2014
|
01.38
Pertanyaan : Assalamu'alaikum, bagaimana hukumya orang istinjak dengan batu langsung jimak. Boleh apa tidak? Terima kasih.
(Dari : Sungokong Ibnukatsir).
Jawaban:
Wa alaikum salam warahmatullah wabarakatuh.
Perlu diketahui bahwa istinjak dengan menggunakan batu hanyalah menghilangkan ‘ainun najasah (wujudnya najis) dan bukan menghilangkan shifatun najasah (sifat kenajisan). Jadi, saat seseorang selesai istinjak dengan batu maka kondisi kelaminnya masih dalam keadaan bernajis.
Lalu bagaimanakah pandangan fiqih menyikapi persoalan di atas?
Telah menjadi salah satu kewajiban sang istri untuk memenuhi keinginan sang suami untuk berhubungan intim. Namun masalah timbul pada bila istri mengetahui bahwa kelamin suaminya bernajis karena tidak dibersihkan setelah buang air kecil.
Pertanyaan:
1. Bagaimanakah hukumnya melakukan hubungan badan bila kelamin suami atau istri bernajis?
2. Dalam keadaan demikian, apakah terhadap istri wajib memenuhi ajakan suaminya untuk berhubungan badan?
3. Bila istri menolak, apakah hal tersebut akan mengakibatkanya menjadi nusyuz (durhaka)?
Jawaban:
1. Haram hukumnya melakukan jimak (bersetubuh) bila alat kelamin dalam keadaan bernajis baik kelamin suami maupun istri.
Keharaman ini dikecualikan (boleh bersetubuh):
a). Bila bernajis dengan madzi, kecuali terhadap orang yang telah menjadi kebiasaanya bila menyucikannya tidak akan menyebabkan turunnya syahwat.
b). Penderita salis baul (beser kencing).
c). Wanita yang mengalami istihadhah (darah selain haid).
d). Ditakutkan terjadi zina sedang pada saat tersebut tidak ada air untuk bersuci.
2. Bila kelamin suami bernajis maka terhadap istri tidak boleh memenuhi ajakan suami. Demikian juga bila kelamin istri bernajis maka terhadap istri tidak boleh mentamkinkan (menyerahkan) dirinya kepada suami. Kecuali dalam kondisi ditakutkan terjadi zina dan tidak ada air maka boleh jimak dengan ketentuan suami melakukan istinjak dengan batu dan dengan air.
3. Tidak menyebabkan istri menjadi nusyuz (ngambek).
Wallahu a’lam.
(Dijawab oleh: Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Muh KHolili Aby Fitry, Ubaid Bin Aziz Hasanan dan Al Murtadho).
Referensi:
1. Tuhfatul Muhtaj, juz 1 hal. 302
ﻭﺃﻓﺘﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺤﺮﻣﺔ ﺟﻤﺎﻉ ﻣﻦ ﺗﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺒﻞ
ﻏﺴﻠﻪ ﺃﻱ ﺇﻥ ﻭﺟﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺗﺨﺼﻴﺼﻪ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﺴﻠﺲ ﻟﺘﺼﺮﻳﺤﻬﻢ ﺑﺤﻞ ﻭﻁﺀ ﺍﻟﻤﺴﺘﺤﺎﺿﺔ
ﻣﻊ ﺟﺮﻳﺎﻥ ﺩﻣﻬﺎ ﻭﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻋﺎﺩﺗﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻳﻔﺘﺮﻩ ﻋﻦ ﺟﻤﺎﻉ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ .
ﺣﻮﺍﺷﻲ ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ ) ﻗﻮﻟﻪ ﺑﺤﺮﻣﺔ ﺟﻤﺎﻉ ﻣﻦ ﺗﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ﺇﻟﺦ ( ﺃﻱ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﺇﻣﺎ
ﺑﻪ ﻓﻼ ﻳﺤﺮﻡ ﺑﻞ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﺠﻤﺎﻉ ﺧﺎﺻﺔ ؛ ﻷﻥ ﻏﺴﻠﻪ ﻳﻔﺘﺮﻩ ﻭﻗﺪ
ﻳﺘﻜﺮﺭ ﺫﻟﻚ ﻣﻨﻪ ﻓﻴﺸﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻓﻼ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ ﻓﻠﻮ ﺃﺻﺎﺏ
ﺛﻮﺑﻪ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻂ ﺑﻪ ﻭﺟﺐ ﻏﺴﻠﻪ ﺛﻢ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﻻ ﻓﺮﻕ ﻓﻴﻪ ﺑﻴﻦ
ﻣﻦ ﺍﺑﺘﻠﻲ ﺑﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻛﺎﻥ ﺣﻜﻤﻪ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﺇﻥ ﻧﺪﺭ ﺧﺮﻭﺟﻪ ﻭﻗﻀﻴﺔ
ﻗﻮﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺞ ﻭﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﺇﻟﺦ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﻋﺘﺎﺩ ﻋﺪﻡ ﻓﺘﻮﺭ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺑﻐﺴﻠﻪ ﻭﺇﻥ ﺗﻜﺮﺭ ﻻ
ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ
2. Nihayatul Muhtaj juz 2 hal. 234
ﻭﺃﻓﺘﻰ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺤﺮﻣﺔ ﺟﻤﺎﻉ
ﻣﻦ ﺗﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺒﻞ ﻏﺴﻠﻪ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺗﺨﺼﻴﺼﻪ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﺴﻠﺲ ﻟﺘﺼﺮﻳﺤﻬﻢ ﺑﺤﻞ ﻭﻁﺀ
ﺍﻟﻤﺴﺘﺤﺎﺿﺔ ﻣﻊ ﺟﺮﻳﺎﻥ ﺩﻣﻬﺎ . ﺍﻟﺸﺮﺡ ) ﻗﻮﻟﻪ : ﻣﻦ ﺗﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ( ﺃﻱ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻤﺬﻱ ،
ﺃﻣﺎ ﺑﻪ ﻓﻼ ﻳﺤﺮﻡ ﺑﻞ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﺠﻤﺎﻉ ﺧﺎﺻﺔ ﻷﻥ ﻏﺴﻠﻪ ﻳﻔﺘﺮﻩ ،
ﻭﻗﺪ ﻳﺘﻜﺮﺭ ﺫﻟﻚ ﻣﻨﻪ ﻓﻴﺸﻖ ﻋﻠﻴﻪ ، ﻭﺃﻣﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻓﻼ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ ،
ﻓﻠﻮ ﺃﺻﺎﺏ ﺛﻮﺑﻪ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻂ ﺑﻪ ﻭﺟﺐ ﻏﺴﻠﻪ ، ﺛﻢ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﻻ
ﻓﺮﻕ ﻓﻴﻪ ﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﺑﺘﻠﻲ ﺑﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ، ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻛﺎﻥ ﺣﻜﻤﻪ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﺇﻥ
ﻧﺪﺭ ﺧﺮﻭﺟﻪ . ﻭﻗﻀﻴﺔ ﻗﻮﻝ ﺣﺞ : ﺇﻥ ﻣﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻋﺎﺩﺗﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻳﻔﺘﺮﻩ ﻋﻦ ﺟﻤﺎﻉ
ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻏﺴﻞ ﺫﻛﺮﻩ ﻭﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﻋﺘﺎﺩ ﻋﺪﻡ ﻓﺘﻮﺭ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺑﻐﺴﻠﻪ . ﻭﺇﻥ
ﺗﻜﺮﺭ ﻻ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺬﻱ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ
3. Hasyiah al Bujairamiy ala al Khatib, juz 1 hal 334
ﻗﻮﻟﻪ : ) ﻭﻣﺬﻱ ( ﺑﺴﻜﻮﻥ ﺍﻟﺬﺍﻝ ﺍﻟﻤﻌﺠﻤﺔ ﺃﻱ
ﻣﻊ ﺗﺨﻔﻴﻒ ﺍﻟﻴﺎﺀ ﻭﺑﻜﺴﺮ ﺍﻟﺬﺍﻝ ﻣﻊ ﺗﺨﻔﻴﻒ ﺍﻟﻴﺎﺀ ﻭﺗﺸﺪﻳﺪﻫﺎ ، ﻭﻣﺜﻠﻪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻮﺩﻱ
.ﻧﻌﻢ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ ﻟﻤﻦ ﺍﺑﺘﻠﻲ ﺑﻪ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﺠﻤﺎﻉ ، ﻭﺃﻓﺘﻰ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﺮﻣﻠﻲ ﺑﺤﺮﻣﺔ
ﺟﻤﺎﻉ ﻣﻦ ﺗﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ﻗﺒﻞ ﻏﺴﻠﻪ ، ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺗﺨﺼﻴﺼﻪ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﺴﻠﺲ ، ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺍﻟﺘﻲ
ﻟﻢ ﺗﺴﺘﻨﺞ ﺃﻭ ﺗﻐﺴﻞ ﻓﺮﺟﻬﺎ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﻤﻜﻴﻦ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﻗﺒﻞ ﻏﺴﻠﻪ ، ﻭﻛﺬﺍ ﻫﻮ ﻟﻮ
ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮﺍ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻤﺎﻋﻬﺎ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﻤﻜﻴﻨﻪ ، ﻭﻻ ﺗﺼﻴﺮ
ﺑﺎﻻﻣﺘﻨﺎﻉ ﻧﺎﺷﺰﺓ ، ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻓﻠﻮ ﻓﻘﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻣﺘﻨﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ، ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻘﺪﻩ
ﻋﺬﺭﺍ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯﻩ .ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﺧﺎﻑ ﺍﻟﺰﻧﺎ ﺍﺗﺠﻪ ﺃﻧﻪ ﻋﺬﺭ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﺍﻟﻮﻁﺀ ﺳﻮﺍﺀ ﺃﻛﺎﻥ
ﺍﻟﻤﺴﺘﺠﻤﺮ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ، ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﺘﻤﻜﻴﻦ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ
ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮﺍ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ . ﻭﻫﻲ ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ .ﺍ ﻫـ .ﻉ ﺵ ﻋﻠﻰ ﻡ ﺭ ﻣﻊ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﻕ ﻝ
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺷﺮﻑ : ﻟﻮ ﻓﻘﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺟﺎﺯ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﺑﺪﻭﻥ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﺬﻛﺮ
4. Hawasyi asy Syarwaniy, juz 1 hal. 298
ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻣﻦ ﺛﻢ ﻳﺘﻨﺠﺲ ﺍﻟﺦ )) ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ
ﻭﺍﻟﻤﻐﻨﻲ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﻝ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻭﻟﻢ ﻳﻐﺴﻞ ﻣﺤﻠﻪ ﺗﻨﺠﺲ ﻣﻨﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮﺍ ﺑﺎﻷﺣﺠﺎﺭ
ﻭﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻟﻮ ﺟﺎﻣﻊ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻨﺠﺖ ﺑﺎﻷﺣﺠﺎﺭ ﺗﻨﺠﺲ ﻣﻨﻴﻬﻤﺎ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺫﻟﻚ ﻷﻧﻪ
ﻳﻨﺠﺲ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻫ ﻗﺎﻝ ﻉ ﺵ ﻗﻮﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﻨﺠﺖ ﺍﻟﺦ ﻭﻛﺬﺍ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻫﻮ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮﺍ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ
ﻓﻴﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻤﺎﻋﻬﺎ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﻤﻜﻴﻨﻪ ﻭﻻ ﺗﺼﻴﺮ ﺑﺎﻻﻣﺘﻨﺎﻉ ﻧﺎﺷﺰﺓ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻓﻠﻮ
ﻓﻘﺪ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻣﺘﻨﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻘﺪﻩ ﻋﺬﺭﺍ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯﻩ ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﺧﺎﻑ ﺍﻟﺰﻧﻰ
ﺍﺗﺠﻪ ﺃﻧﻪ ﻋﺬﺭ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﺍﻟﻮﻃﺊ ﺳﻮﺍﺀ ﺃﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﺘﺠﻤﺮ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﻳﺠﺐ
ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﺘﻤﻜﻴﻦ ﻓﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮﺍ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﻭﻫﻲ ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺤﺮﻡ
ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻱ ﻭﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻫ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar