Senin, 09 Juni 2014

Hukum: Sujud di kuburan bagaimana hukumnya dalam Islam?

Ada kabar bahwa salah satu capres melakukan sujud ke makam. Hal itu diberitakan disalah satu stasiun TV swata. (9/6/2014). Bagaimana sebenarnya hukum sujud ke makam tersebut dalam pandangan Islam?.

Kabar ini tentunya akan menimbulkan kontroversi, sabagian umat Islam yang kurang paham mungkin akan mengatakan / memvonis kafir dan sejenisnya. Tapi perlu diketahui bahwa sujud menghadap kuburan maupun sujud kepada selain Allah belum tentu menunjukkan kekafiran dan tidak boleh melakukan vonis kafir pada sesorang muslim.

Sebab bila hal itu mutlak menunjukkan kekafiran, maka tidak mungkin Allah memerintahkan perbuatan yang akan menyebabkan kekafiran, seperti memerintahkan malaikat dan iblis untuk sujud kepada Nabi Adam (makhluk).

وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا إلا إبليس قال ءأسجد لمن خلقت طينا قال أرأيت هذا الذي كرمت علي
"Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?" (QS. Al-Isra': 61-62)

Sujud yang dilakukan Malaikat tersebut adalah sujud penghormatan kepada makhluk yang dimulyakan oleh Allah SWT, bukanlah sujud ibadah. Banyak orang salah paham mengenai hakikat makna penghormatan dan ibadah, keduanya dicampur-adukkan dan menganggap penghormatan adalah bagian dari ibadah.

Disebutkan pula didalam al-Qur'an mengenai kisah Nabi Yusuf as,

ورفع أبويه على العرش وخروا له سجدا
"Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada nabi Yusuf". (QS. Yusuf: 100)

Ini adalah bentuk sujud penghormatan dan pemulyaan, sujud tersebut adalah bentuk ta'at kepada perintah Allah, tetapi bukan sujud ibadah.

Sujud yang bisa menyebabkan kekafiran adalah sujud dalam rangka beribadah. Sedangkan sujud dalam rangka penghormatan atau memulyakan tidak menyebabkan kekafiran, tetapi dalam syariat kita dilarang (haram), yang berarti bagian dari ma'siat, berdosa.

Imam Adz-Dzahabi dalam Mu`jam al-Shuyukh (1/55) pernah menjelaskan :

ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وسلم قالوا : ألا نسجد لك ؟
فقال : لا ، فلو أذن لهم لسجدوا له سجود إجلال وتوقير ، لا سجود عبادة ، كما قد سجد إخوة يوسف عليه السلام ، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلا ، بل يكون عاصيا فليُعَرَّفْ أن هذا منهيٌ عنه ، وكذلك الصلاة إلى القبر
"Apakah kalian tidak tahu bahwa para sahhabat karena saking cintanya pada Nabi Saw, mereka berkata pada Nabi SAW: Bolehkah aku bersujud pada engkau?? maka Nabi berkata: jangan. Seandainya Nabi mengijinkan maka mereka akan sujud pada Nabi dengan sujud penghornatan dan pemuliaan, bukan sujud ibadah ,itu sebagaimana sujudnya saudara- saudara Nabi Yusuf pada Nabi Yusuf, begitu juga hukum tentang sujudnya seorang muslim kepada qubur Nabi Saw. dengan sujud pemuliaan dan penghormatan, maka itu bukanlah kekafiran secara asalnya, tetapi hal itu adalah maksiat , maka ketahuilah hal itu [sujud] di larang sebagaimana sholat menghadap quburan".

Hal ini dijelaskan pulan oleh Dewan Fatwa Mesir (Dar al-Ifta al-Mishriyyah) didalam situs resminya :

والمسلم يعتقد أيضًا أنَّ العبادة لا يجوز صرفها إلا لله وحده، والمشرك يعتقد جواز صرفها لغير الله تعالى، فإذا رأينا مسلمًا صدر منه لغير الله ما يحتمل العبادة وغيرها وجب حمل فعله على ما يناسب اعتقاده كمسلم؛ لأن من ثبت له عقد الإسلام بيقين لم يزل عنه بالشك والاحتمال؛ ولذلك لما سجد معاذ بن جبل رضي الله عنه للنبي صلى الله عليه وآله وسلم - فيما رواه ابن ماجه وصححه ابن حبان - نهاه النبي صلى الله عليه وآله وسلم عن ذلك، ولكنه لم يصف فعله هذا بالشرك أو الكفر، وبَدَهِيٌّ أن معاذًا رضي الله عنه -وهو أعلم الأمة بالحلال والحرام- لم يكن يجهل أن السجود عبادة وأن العبادة لا يجوز صرفها لغير الله، ولكن لما كان السجود يحتمل وجهًا آخر غير عبادة المسجود له لم يجز حمله على العبادة إذا صدر من المسلم أو تكفيره بحال، وفي ذلك يقول الحافظ الذهبي: "ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وآله وسلم قالوا: ألا نسجد لك؟ فقال: «لَا»، فلو أذن لهم لسجدوا له سجود إجلال وتوقير لا سجود عبادة، كما قد سجد إخوة يوسف عليه السلام ليوسف، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وآله وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلًا، بل يكون عاصيًا، فليعرَّفْ أن هذا منهي عنه، وكذلك الصلاة إلى القبر" اهـ من "معجم الشيوخ: ص 56
Seorang muslim juga meyakini bahwa ibadah tidak boleh dipersembahkan kecuali untuk Allah semata. Sedangkan orang musyrik berkeyakinan bahwa ibadah boleh dipersembahkan kepada selain Allah. Oleh karena itu, jika kita melihat seorang muslim melakukan suatu perbuatan yang ditujukan untuk selain Allah tapi mempunyai kemungkinan sebagai suatu ibadah dan kemungkinan yang lain, maka kita harus memahami perbuatannya itu sesuai dengan akidahnya sebagai seorang muslim. Karena barang siapa yang benar-benar telah menyatakan keislamannya dengan penuh keyakinan, maka keislamannya itu tidak dapat hilang hanya dengan keraguan dan kemungkinan-kemungkinan.

Oleh karena itu, ketika Mu'adz bin Jabal r.a. bersujud kepada Nabi saw. –sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Ibnu Hiban--, maka beliau pun melarangnya. Namun beliau tidak menyebut perbuatan Muadz itu sebagai sebuah kemusyrikan atau kekafiran. Mu'adz bin Jabal r.a. –seorang sahabat yang paling tahu tentang halal dan haram— tentu bukan tidak mengetahui bahwa sujud adalah ibadah, dan ibadah tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah. Akan tetapi, ketika sujud mengandung kemungkinan lain selain penyembahan kepada sesuatu yang disujudi, maka tindakan itu tidak boleh dipahami sebagai sebuah penyembahan jika dilakukan oleh seorang muslim, atau juga tidak boleh langsung mengafirkannya.

Al-Hafzih adz-Dzahabi berkata, "Tidakkah engkau melihat bahwa para sahabat karena kecintaan mereka yang sangat mendalam kepada Nabi saw. maka mereka berkata, "Apakah kami boleh bersujud kepadamu?" Beliau menjawab, "Jangan." Seandainya beliau mengizinkan mereka untuk bersujud niscaya mereka bersujud kepada beliau sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan, bukan sujud ibadah. Hal ini sebagaimana sujudnya saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. kepadanya. Demikian juga tentang sujud seorang muslim ke kuburan Nabi saw. untuk memuliakan dan mengagungkan beliau tidaklah membuatnya kafir, melainkan dia hanya berbuat dosa (maksiat). Orang itu harus diberitahu bahwa perbuatannya tersebut dilarang. Demikian juga salat ke arah kuburan. (Dari Mu'jam asy-Syuyûkh, hlm. 56).

Wallahu A'lam

Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2014/06/ada-kabar-capres-sujud-ke-makam.html#ixzz34NMoxv7K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar